Tiga Cincin untuk raja-raja Peri di bawah langit,
Tujuh untuk raja-raja Kurcaci di balairung batu mereka,
Sembilan untuk Insan Manusia yang ditakdirkan mati,
Satu untuk Penguasa Kegelapan di takhtanya yang kelam
Di Negeri Mordor di mana Bayang-bayang merajalela.
Satu Cincin
'tuk menguasai mereka semua, Satu Cincin ‘tuk menemukan mereka,
Satu Cincin 'tuk membawa mereka semua dan dalam kegelapan mengikat mereka
Di Negeri Mordor di mana Bayang-bayang merajalela.
Daftar Isi
Prolog
BUKU SATU
1. Pesta yang Ditunggu-tunggu
2. Bayangan Masa Lalu
3. Tiga Menjadi Rombongan
4. Jalan Pintas Menuju Jamur
5. Komplotan Terbongkar
6. Old Forest
7. Di Rumah Tom Bombadil
8. Kabut di Atas Barrow-Downs
9. Di Bawah Papan Nama Kuda Menari
10. Strider
11. Pisau dalam Gelap
12. Pelarian ke Ford
BUKU DUA
1. Banyak Pertemuan
2. Dewan Penasihat Elrond
3. Cincin Pergi ke Selatan
4. Perjalanan dalam Gelap
5. Jembatan Khazad-Dum
6. Lothlorien
7. Cermin Galadriel
8. Selamat Tinggal Lorien
9. Sungai Besar
10. Perpecahan
PROLOG
1. Tentang Para Hobbit
Sebagian besar buku ini adalah mengenai para hobbit, dan dari lembar-lembar
isinya, pembaca bisa menemukan banyak hal tentang karakter serta sedikit
sejarah mereka. Informasi lebih lanjut bisa ditemukan dalam cuplikan dari Buku
Merah Westmarch yang sudah diterbitkan dengan judul Hobbit. Kisah itu diambil
dari bab-bab awal Bukit Merah karangan Bilbo sendiri-hobbit pertama yang
menjadi terkenal di dunia luas-yang olehnya dinamakan Pergi dan Kembali, sebab
di dalam bab-bab itu ia menceritakan perjalanannya ke Timur, serta
kepulangannya: petualangan tersebut kelak melibatkan seluruh hobbit dalam
peristiwa-peristiwa besar pada Zaman tersebut, yang dipaparkan di sini.
Banyak pembaca mungkin
ingin tahu lebih banyak tentang tokoh-tokoh dalam buku ini, dan mungkin tidak
semua pembaca memiliki buku yang sebelumnya. Karena itu, di sini akan
disampaikan point-point penting yang dikumpulkan dari hobbit-lore serta
petualangan yang pertama, yang digambarkan secara singkat.
Kaum hobbit adalah kaum yang tidak suka menonjolkan diri dan sudah sangat
tua umumya. Dulu jumlah mereka lebih banyak daripada sekarang ini; mereka
mencintai kedamaian, ketenangan, dan tanah yang digarap dengan baik. Mereka
senang berada di daerah pedesaan yang teratur rapi dan diurus dengan baik.
Sejak dulu sampai sekarang mereka tidak memahami dan tidak menyukai mesin yang
susunannya lebih rumit daripada pengembus api, kincir air, ataupun mesin tenun
tangan, meski mereka sangat terampil menggunakan berbagai perkakas. Sejak zaman
dahulu kala, mereka takut pada "Makhluk Besar"-sebutan mereka untuk
kita, manusia-dan sekarang mereka lebih suka menghindari kita, hingga sukar
bagi kita untuk menemukan mereka. Mereka punya pendengaran dan penglihatan
tajam; meski cenderung gemuk dan tidak suka terburu-buru, gerakan mereka cepat
dan cekatan. Sejak dulu mereka punya keahlian menghilang dengan cepat, tanpa
suara, kalau kebetulan berpapasan dengan Manusia yang tidak ingin mereka temui.
Mereka sudah mengembangkan keahlian ini sedemikian rupa, hingga bagi Manusia
kelihatannya seperti sihir. Tapi sebenarnya kaum hobbit tidak pernah belajar
sihir apa pun; kemahiran mereka menghilang semata-mata merupakan keterampilan
profesional yang diwariskan turun-temurun, juga berkat latihan dan kedekatan
yang begitu erat dengan tanah, dan keahlian ini tak bisa ditiru oleh
makhluk-makhluk yang lebih besar dan lebih canggung.
Kaum hobbit ini adalah
makhluk-makhluk kecil, lebih kecil daripada Kurcaci: tidak terlalu kekar dan
gempal, walau sebenarnya mereka tak bisa dikatakan jauh lebih pendek daripada
Kurcaci. Tinggi badan mereka bervariasi, antara enam puluh satu sampai seratus
dua puluh dua sentimeter menurut ukuran kita, manusia. Sekarang ini jarang di
antara mereka yang tingginya mencapai sembilan puluh satu senti; kata orang,
mereka sudah semakin menyusut; pada zaman dahulu, mereka lebih tinggi. Menurut
Buku Merah, Bandobras Took (Bullroarer), putra Isengrim Kedua, tingginya
seratus tiga puluh sembilan senti dan bisa mengendarai kuda. Yang bisa menandinginya
dalam semua catatan kaum hobbit hanyalah dua tokoh terkenal dari zaman lampau;
tapi hal tersebut bisa dibaca nanti dalam buku ini.
Mengenai para hobbit dari
Shire—yang menjadi sentral dalam kisah-kisah ini—pada masa damai dan
kelimpahan, mereka adalah kaum yang riang gembira. Mereka suka mengenakan
pakaian dengan warna-warni cerah, dan terutama suka sekali warna kuning dan
hijau; tapi mereka jarang memakai sepatu, sebab telapak kaki mereka liat
seperti kulit dan dilapisi rambut tebal dan ikal, mirip sekali dengan rambut
kepala mereka, yang umumnya berwarna cokelat. Karenanya, membuat sepatu menjadi
satu-satunya kerajinan yang jarang sekali dipraktekkan di antara mereka; tapi
mereka memiliki jemari panjang dan terampil, dan mereka bisa membuat banyak
perkakas lain yang sederhana namun berguna. Wajah mereka lebih berkesan ramah
daripada indah, lebar, dengan mata berbinar-binar, pipi merah, dan mulut yang
suka tertawa, juga suka makan dan minum. Dan memang, mereka suka tertawa, juga
suka makan dan minum, sering dan penuh semangat, sebab mereka suka bercanda
sepanjang waktu, dan suka makan enam kali sehari (kalau ada makanan yang bisa
diperoleh). Mereka ramah, suka berpesta, dan suka hadiah. Mereka mudah
memberikan hadiah, dan juga senang menerimanya.
Jelaslah bahwa kaum hobbit
adalah kerabat kita juga, walau kelak mereka menjauhkan diri dari Manusia;
mereka jauh lebih dekat dengan kita daripada kaum Peri, atau bahkan kaum
Kurcaci. Dulu mereka berbicara bahasa Manusia, dengan cara mereka sendiri;
apa-apa yang mereka sukai dan tidak mereka sukai banyak miripnya dengan apa-apa
yang disukai dan tidak disukai Manusia. Tapi apa persisnya kaitan kita dengan
mereka sudah tidak lagi diketahui. Awal mula kaum hobbit mengacu jauh ke
belakang, pada Zaman Peri yang sekarang sudah hilang dan terlupakan. Hanya kaum
Peri yang masih menyimpan catatan tentang masa-masa yang telah hilang itu,
namun catatan mereka hampir seluruhnya hanya mengenai sejarah mereka sendiri,
dan di dalamnya Manusia jarang muncul dan kaum hobbit sama sekali tidak
disebut-sebut. Namun jelas bahwa kaum hobbit sebenarnya sudah bertahun-tahun
tinggal tanpa banyak ribut-ribut di Dunia Tengah, sebelum makhluk-makhluk lain
menyadari keberadaan mereka. Dan berhubung dunia ini memang penuh dengan
makhluk-makhluk aneh yang tak terhitung banyaknya, maka kaum kecil ini tidak
tampak terlalu penting. Namun pada masa Bilbo, dan Frodo pewarisnya,
sekonyong-konyong mereka menjadi penting dan terkenal walau mereka sendiri
tidak menghendakinya--dan menjadi masalah bagi kaum Bijak dan Berkuasa.
Masa-masa Zaman Ketiga Dunia Tengah kini telah lama berlalu, dan bentuk
semua negeri pun telah berubah; namun wilayah di mana kaum hobbit dulu tinggal,
tak diragukan lagi sama dengan wilayah-wilayah di mana mereka masih menetap: sebelah
Barat-Laut Eropa, di timur Laut-an. Mengenai asal-usul asli mereka, kaum hobbit
yang hidup pada masa Bilbo sama sekali tidak tahu-menahu. Minat belajar (selain
pengetahuan tentang silsilah) bukanlah hal yang umum di antara mereka, tapi
masih ada beberapa hobbit dari keluarga-keluarga lama yang mempelajari
buku-buku mereka sendiri, dan bahkan mengumpulkan laporan-laporan tentang
masa-masa lalu dan negeri-negeri jauh dari kaum Peri, Kurcaci, dan Manusia.
Catatan yang mereka buat sendiri baru dimulai setelah terbentuknya Shire, dan
legenda-legenda mereka yang paling kuno boleh dikatakan hanya sejauh Masa-Masa
Mengembara mereka. Namun dari legenda-legenda ini, dan dari bukti tentang
kata-kata dan adat-istiadat mereka yang aneh, jelas bahwa seperti banyak
makhluk lainnya, pada zaman dahulu kala kaum hobbit telah bergerak ke barat.
Kisah-kisah mereka yang paling awal -sepertinya mengacu sekilas pada masa
ketika mereka tinggal di lembah-lembah sebelah atas Anduin, di antara
tonjolan-tonjolan Greenwood
the Great dan Pegunungan Berkabut. Kenapa mereka kemudian melakukan perjalanan
berbahaya dan sulit melintasi pegunungan tersebut, menuju Eriador, tidak lagi
diketahui pasti. Menurut catatan mereka, alasannya karena semakin banyaknya
Manusia di tanah itu, dan karena ada bayangan yang jatuh menyelubungi hutan,
hingga hutan itu menjadi gelap dan diberi nama baru Mirkwood.
Sebelum perjalanan
melintasi pegunungan itu, kaum hobbit sudah dibagi menjadi tiga jenis berbeda:
Harfoot, Stoor, dan Fallohide. Jenis Harfoot berkulit lebih cokelat, lebih
kecil, dan lebih pendek; mereka tidak berjanggut dan tidak memakai sepatu;
tangan dan kaki mereka bagus dan cekatan, dan mereka lebih suka tinggal di
dataran-dataran tinggi serta lereng-lereng bukit. Jenis Stoor lebih lebar dan kekar;
kaki dan tangan mereka lebih besar, dan mereka lebih suka tinggal di
dataran-dataran serta tepi-tepi sungai. Jenis Fallohide memiliki kulit dan
rambut lebih terang, mereka juga lebih tinggi dan ramping daripada kedua jenis
terdahulu; mereka sangat menyukai pepohonan dan hutan.
Jenis Harfoot merupakan
kerabat dekat Kurcaci pada zaman dahulu kala, dan mereka lama tinggal di
kaki-kaki pegunungan. Mereka suh dah lebih dulu pindah ke barat, mengembara
melintasi Eriador, hingga sejauh Weathertop, sementara yang lain-lainnya masih
berada di Belantara. Mereka merupakan jenis yang paling normal dan paling
mewakili kaum hobbit, dan jumlah mereka juga paling banyak. Merekalah yang
paling memiliki kecenderungan menetap di satu tempat, juga paling lama mempertahankan
kebiasaan tinggal di terowongan-terowongan dan lubang-lubang.
Jenis Stoor lama tinggal
di tepi-tepi Sungai Besar Anduin, dan tidak begitu takut pada Manusia. Mereka
pindah ke barat, menyusul kaum Harfoot, dan mengikuti aliran Loudwater ke arah
selatan; di sana banyak di antara mereka tinggal lama di antara Tharbad dan
perbatasan-perbatasan Dunland, sebelum pindah kembali ke utara.
Jenis Fallohide, yang
jumlahnya paling sedikit, merupakan kelompok yang tinggal di utara. Mereka
lebih akrab dengan para Peri daripada jenis-jenis hobbit lainnya, dan lebih
terampil berbahasa dan menyanyi daripada membuat kerajinan; dulu mereka lebih
suka berburu daripada menggarap tanah. Mereka melintasi pegunungan sebelah
utara Rivendell dan datang ke Sungai Hoarwell. Di Eriador mereka segera berbaur
dengan kaum-kaum hobbit lain yang lebih dulu menetap di sana, tapi karena
mereka lebih berani dan lebih berjiwa petualang, sering kali mereka menjadi
pemimpin atau kepala suku di antara klan-klan Harfoot atau Stoor. Bahkan pada
masa Bilbo darah Fallohide yang kuat masih tampak jelas di antara
keluarga-keluarga terkemuka, seperti keluarga Took dan Para Penguasa Buckland.
Di wilayah barat Eriador,
di antara Pegunungan Berkabut dan pegunungan Lune, kaum hobbit menemukan
Manusia dan Peri. Bahkan sisa-sisa kaum Dunedain—raja-raja Manusia yang
menyeberangi Laut dari Westernesse—masih tinggal di sana; tapi jumlah mereka menyusut dengan
cepat, dan wilayah-wilayah Kerajaan Utara mereka mulai mengalami keruntuhan di
mana-mana. Ada
tempat untuk para pendatang baru, dan tak lama kemudian kaum hobbit mulai
menetap dalam komunitas-komunitas yang teratur. Sebagian besar tempat menetap
mereka sebelumnya telah lama hilang dan terlupakan pada masa hidup Bilbo; tapi
salah satu dari tempat yang pertama menjadi penting kelak, masih bertahan,
walau luasnya telah berkurang; tempat itu ada di Bree, dan di Chetwood yang
terbentang di sekitarnya, sekitar empat puluh mil sebelah timur Shire.
Tak diragukan lagi, pada
masa-masa awal inilah kaum hobbit mulai belajar mengenal huruf, dan mulai
menulis seperti kaum Dunedain, yang lama berselang telah mempelajari seni
menulis dari para Peri. Dan pada masa-masa itu pulalah mereka lupa pada bahasa
entah apa yang sebelumnya mereka gunakan; sesudahnya mereka berbicara Bahasa
Umum, bahasa Westron, yang dikenal di seluruh wilayah raja-raja dari Arnor
hingga ke Gondor, dan di seluruh pantai-pantai Laut mulai dari Belfalas hingga
ke Lune. Namun mereka masih mempertahankan beberapa kata dari bahasa mereka
sendiri, berikut nama-nama bulan dan hari; serta sejumlah besar nama pribadi
dari masa lampau.
Sekitar masa ini, legenda
di antara kaum hobbit mulai berkembang menjadi sejarah, dengan penghitungan
tahun. Sebab pada tahun seribu enam ratus satu dari Zaman Ketiga inilah dua bersaudara
Fallohide, Marcho dan Blanco, berangkat dari Bree; setelah mendapatkan izin
dari raja tinggi di Fornost—menurut catatan sejarah Gondor, raja yang dimaksud
ini adalah Argeleb II, keturunan kedua puluh dari raja-raja Utara, yang
berakhir dengan Arvedui tiga ratus tahun kemudian—mereka menyeberangi Sungai
Baranduin yang cokelat, diikuti oleh sejumlah besar hobbit. Mereka melewati
Jembatan Stonebows yang dibangun pada masa kekuasaan Kerajaan Utara, dan mereka
mengambil seluruh wilayah di seberangnya untuk tempat tinggal mereka, di antara
sungai tersebut dan Far Downs. Mereka hanya diminta menjaga kondisi Jembatan
Besar tersebut, juga semua jembatan dan jalan lainnya, mempermudah perjalanan
para kurir Raja, dan mengakui kedaulatan sang raja.
Maka dimulailah masa
Hitungan Shire (H.S.), sebab tahun penyeberangan Sungai Brandywine
(nama yang diberikan kaum hobbit untuk Baranduin) menjadi Tahun Pertama Shire,
dan semua tanggal berikutnya dihitung dari peristiwa tersebut. Dengan demikian,
tahun-tahun pada Zaman Ketiga dalam penghitungan kaum Peri dan kaum Dunedain
bisa ditemukan dengan menambahkan 1600 pada tanggal-tanggal Hitungan-Shire.
Kaum hobbit dari barat ini dengan segera jatuh cinta pada tanah mereka yang
baru; mereka pun menetap di sana, dan tak lama kemudian sekali lagi mereka
keluar dari catatan sejarah Manusia dan Peri. Sementara masih ada raja yang
berkuasa, secara formal mereka dianggap rakyat dari raja tersebut, tapi
sebenarnya mereka mempunyai kepala-kepala suku sendiri dan sama sekali tidak ikut
campur dengan segala urusan di dunia luar. Ketika terjadi pertempuran terakhir
di Fornost melawan Raja Sihir dari Angmar, mereka mengirimkan sejumlah pemanah
untuk membantu raja Dunedain, atau begitulah kata mereka, walau hal ini tak
pernah disebut-sebut dalam catatan sejarah Manusia. Namun dalam perang tersebut
berakhirlah riwayat Kerajaan Utara; kaum hobbit mengambil tanah itu menjadi
milik mereka, dan mereka memilih seorang Thain dari antara kepala-kepala suku
mereka sendiri, untuk memegang kekuasaan menggantikan sang raja yang sudah
tiada. Selama seribu tahun mereka hidup dalam damai, tidak terganggu oleh
perang; mereka hidup dalam kelimpahan dan berkembang biak setelah peristiwa
Wabah Kegelapan (H.S. 37) hingga malapetaka Musim Dingin Yang Panjang serta
masa kelaparan yang menyusul kemudian. Ribuan hobbit tewas ketika itu, namun
pada masa terjadinya cerita ini, Hari-Hari Kematian (1158-1160) tersebut telah
lama berlalu dan kaum . hobbit sudah kembali hidup dalam kelimpahan. Tanah
mereka subur dan ramah, dan meski tanah itu telah lama ditinggalkan ketika
mereka memasukinya, sebelumnya tanah itu telah digarap dengan baik; di sana
sang raja pernah memiliki banyak pertanian, ladang-ladang jagung, ladang-ladang
anggur, dan hutan-hutan.
Tanah itu membentang
seluas empat puluh league dari Far Downs ke Jembatan Brandywine, dan lima puluh league dari
padang-padang belantara di sebelah utara ke rawa-rawa di sebelah selatan. Kaum
hobbit menamai wilayah itu Shire, wilayah kekuasaan Thain mereka, sebuah
distrik usaha yang teratur rapi; dan di sana, di sudut dunia yang nyaman itu,
mereka menjalani kehidupan yang tenang, dan mereka semakin tidak peduli akan
dunia di luar, di mana berbagai unsur kegelapan berkeliaran. Mereka mulai
menganggap bahwa kedamaian dan kelimpahan merupakan kelaziman belaka di Dunia
Tengah, dan menjadi hak orang-orang yang berakal sehat. Mereka lupa atau tidak
mengacuhkan sedikit informasi yang pernah mereka dengar tentang Para Penjaga,
serta tentang hasil kerja keras mereka-mereka yang memungkinkan terciptanya
kedamaian panjang di Shire tersebut. Sebenarnya mereka menjalani kehidupan yang
terlindung, tapi mereka tak lagi ingat hal itu.
Sejak dulu kaum hobbit
tidak suka berperang, dan di antara mereka sendiri juga tak pernah terjadi
perselisihan. Pada zaman lampau, tentu saja mereka sering terpaksa berperang
demi mempertahankan diri di dunia yang keras, tapi pada masa hidup Bilbo, itu
sudah menjadi sejarah lama. Pertempuran terakhir, sebelum kisah ini bermula,
dan satu-satunya pertempuran yang terjadi di dalam wilayah Shire, sudah lepas
dari ingatan siapa pun yang masih hidup, yakni Pertempuran Greenfields, H.S.
1147, di mana Bandobras Took mengadakan invasi terhadap kaum Orc. Bahkan cuaca
pun sudah lebih lunak, dan serigala-serigala yang dulu berkeliaran keluar dari
Utara dalam musim dingin yang tajam membeku sekarang sudah menjadi cerita masa
lalu belaka. Jadi, walaupun masih ada sisa-sisa senjata di Shire, semua itu
kebanyakan hanya dijadikan pajangan, digantung di atas perapian atau di tembok-tembok,
atau dikumpulkan di museum di Michel Delving, yang disebut Mathom-house-sebab
segala sesuatu yang dianggap tidak bermanfaat oleh para hobbit, tapi tidak mall
mereka buang, mereka sebut mathom. Tempat-tempat tinggal mereka cenderung
menjadi agak sesak oleh mathom-mathom ini, dan banyak hadiah yang beredar dari
tangan ke tangan adalah benda-benda semacam itu.
Namun demikian, anehnya
mereka tetap merupakan kaum yang tangguh, walau terbiasa hidup nyaman dalam
kedamaian. Mereka sulit untuk ditakut-takuti atau dibunuh; dan mereka begitu
menyukai barang-barang bagus, walau jika terpaksa mereka bisa hidup tanpa semua
itu; mereka juga bisa bertahan menghadapi kesedihan, musuh, atau cuaca, dengan
cara yang membuat terperangah orang-orang yang tidak mengenal mereka dengan
baik, yang hanya melihat perut serta wajah mereka yang sehat dan cukup makan.
Walau tidak suka bertengkar atau membunuh makhluk hidup sekadar untuk
menyenangkan diri, mereka tergolong berani dan kalau perlu masih bisa
mengangkat senjata. Mereka mahir memanah, sebab mereka bermata tajam dan bisa
mengenai sasaran dengan tepat. Bukan hanya dengan busur dan anak panah. Kalau
seorang hobbit membungkuk mengambil batu, sebaiknya cepat-cepatlah mencari
perlindungan; semua binatang yang melintas lewat perbatasan mereka sudah tahu
betul hal itu.
Semua hobbit mulanya
tinggal di dalam lubang-lubang di tanah, atau begitulah anggapan mereka. Di
tempat-tempat semacam itulah mereka merasa paling nyaman; tapi seiring
perjalanan waktu, mereka terpaksa beradaptasi dengan bentuk-bentuk tempat
tinggal yang lain. Sebenarnya di wilayah Shire pada zaman Bilbo, hanya
hobbit-hobbit paling kaya dan paling miskin yang masih mempertahankan kebiasaan
lama tersebut. Hobbit yang paling miskin masih tinggal di liang-liang yang paling
primitif, yang benar-benar hanya berupa lubang, dengan satu jendela atau tanpa
jendela sama sekali; sementara itu, hobbit-hobbit kaya masih membangun
lubang-lubang dalam versi lebih mewah daripada sekadar lubang zaman dulu yang
digali begitu saja. Namun tidak mudah menemukan tempat-tempat yang sesuai untuk
membuat terowongan-terowongan besar dan bercabang-cabang ini (smials, menurut
istilah mereka). Maka di tanah-tanah datar dan distrik-distrik yang terletak
rendah, kaum hobbit yang telah berkembang biak mulai membangun di atas tanah.
Bahkan di daerah-daerah berbukit dan desa-desa yang lebih tua, seperti di
Hobbiton atau Tuckborough, atau di kota utama Shire, Michel Delving di White
Downs, sekarang banyak rumah terbuat dari kayu, batu bata, atau batu.
Rumah-rumah semacam ini terutama disukai oleh para hobbit yang menjadi
penggiling padi, pandai besi, pembuat tali, dan pembuat kereta serta profesi
lain semacamnya; sebab meski mereka tinggal di lubang-lubang, kaum hobbit sudah
lama terbiasa membangun gudang dan bengkel-bengkel kerja.
Kebiasaan membuat
rumah-rumah pertanian dan lumbung-lumbung konon dimulai di antara penduduk
Marish di tepi Brandywine. Kaum hobbit di
sana, yang disebut penduduk Wilayah Timur, bertubuh agak besar, dengan gerakan
lamban, dan mereka mengenakan sepatu bot kurcaci pada musim hujan. Tapi mereka
dikenal banyak memiliki darah Stoor, seperti terlihat dari janggut yang banyak
dipelihara di antara mereka. Tidak ada kaum Harfoot atau Fallohide yang
memelihara janggut. Golongan yang tinggal di Marish dan Buckland, di sebelah
timur Sungai yang sesudahnya mereka tempati, kelak sebagian besar datang ke
wilayah Shire dari arah selatan; mereka masih tetap memiliki nama-nama aneh
serta kata-kata asing yang tidak ditemukan di bagian lain Shire.
Kemungkinan seni membuat
bangunan, seperti halnya seni-seni lainnya, dipelajari dari kaum Dunedain. Tapi
mungkin juga para hobbit ini mempelajarinya secara langsung dari para Peri,
yang menjadi guru Manusia semasa muda. Sebab para Per' Keturunan Bangsawan
belum meninggalkan Dunia Tengah, dan ketika itu mereka masih tinggal di Grey
Havens jauh di barat, dan di tempat-tempat lain yang masih dalam jangkauan
Shire. Tiga menara Peri yang sudah ada entah sejak kapan masih bisa dilihat di
Bukit-Bukit Menara di seberang perbatasan-perbatasan sebelah barat. Mereka suka
bersinar dari kejauhan, dalam cahaya bulan. Menara tertinggi terletak paling
jauh, tegak sendirian di sebuah bukit hijau. Kaum hobbit dari Wilayah Barat
mengatakan bahwa orang bisa melihat Laut dari puncak menara itu; tapi belum
pernah ada seorang hobbit pun yang naik ke sana. Sedikit sekali kaum hobbit
yang pernah melihat atau berlayar di Laut, dan lebih sedikit lagi yang kembali
untuk melaporkan pengalaman mereka. Sebagian besar hobbit bahkan sangat tidak
menyukai sungai dan perahu-perahu kecil sekalipun, dan tidak banyak di antara
mereka bisa berenang. Sementara hari-hari di Shire semakin panjang, mereka
semakin jarang berbicara dengan kaum Peri, dan menjadi takut pada mereka, juga
tak percaya pada makhluk-makhluk yang berurusan dengan Peri; dan Laut pun
menjadi kata yang ditakuti di antara mereka, sebuah tanda kematian, dan mereka
pun berpaling dari perbukitan di barat.
Seni mendirikan bangunan
mungkin dipelajari dari kaum Peri atau Manusia, tapi para hobbit menggunakannya
dengan cara mereka sendiri. Mereka tidak suka membangun menara. Rumah-rumah
mereka biasanya berbentuk panjang, rendah, dan nyaman. Jenis rumah yang paling
tua bahkan sekadar merupakan imitasi dari smials, dilapisi rumput kering atau
jerami, atau diberi atap dari tanah berumput, dengan tembok-tembok agak tebal.
Tapi tahap tersebut hanyalah bagian dari masa-masa awal Shire. Sejak saat itu,
kecakapan kaum hobbit dalam membuat bangunan telah semakin maju, dengan
digunakannya berbagai peralatan, yang dipelajari dari kaum Kurcaci atau
merupakan temuan mereka sendiri. Sisa-sisa khas arsitektur hobbit ada pada
jendela-jendela berbentuk bundar, bahkan pintu-pintu yang juga bundar.
Rumah-rumah dan
lubang-lubang tempat tinggal kaum hobbit di Shire sering kali berukuran besar,
dan dihuni oleh keluarga-keluarga besar. (Bilbo dan Frodo Baggins, yang
keduanya bujangan, merupakan perkecualian, juga dalam hal-hal lainnya, seperti
misalnya persahabatan mereka dengan kaum Peri.) Kadang-kadang, seperti dalam
kasus keluarga Took dari Great Smials, atau keluarga Brandybuck dari Brandy
Hall, banyak kerabat yang, hingga bergenerasi-generasi, tinggal bersama dalam
suasana (relatif) damai di satu rumah pusaka berukuran besar berterowongan
banyak. Semua hobbit pada dasarnya suka membentuk klan, dan mereka mencatat
hubungan kekerabatan mereka dengan sangat saksama. Mereka membuat pohon
silsilah yang panjang dan rumit, dengan cabang-cabang tak terhitung banyaknya.
Kalau berurusan dengan para hobbit, penting untuk mengingat siapa berkerabat
dengan siapa, dan sampai sedekat apa. Dalam buku ini tak mungkin menyelipkan
pohon silsilah yang mencakup para anggota keluarga yang lebih penting dari
keluarga-keluarga yang lebih terkemuka pada masa terjadinya kisah-kisah di sini.
Pohon-pohon silsilah yang ada di akhir Buku Merah Westmarch sudah merupakan
buku kecil tersendiri, dan tidak bakal ada orang yang tertarik membacanya,
kecuali para hobbit sendiri. Kaum hobbit sangat menyukai hal-hal semacam itu,
kalau dibuat dengan akurat; mereka senang mengisi buku-buku dengan hal-hal yang
sudah mereka ketahui, yang dipaparkan apa adanya, tanpa kontradiksi.
***
2. Mengenai Rumput Pipa
Ada satu hal lain yang mengejutkan tentang para hobbit zaman dahulu; kebiasaan
mereka yang mengejutkan: mereka suka menggunakan pipa dari tanah liat atau kayu
untuk mengisap atau menghirup asap dedaunan obat yang dibakar, yang mereka
sebut rumput pipa atau daun, kemungkinan merupakan varietas Nicotiana. Banyak
sekali misteri seputar asal-usul kebiasaan—atau "seni"—aneh ini. Dan
satu-satunya informasi yang bisa ditemukan dari masa lampau tentang kebiasaan
ini disusun oleh Meriadoc Brandybuck (kelak menjadi Penguasa Buckland); dan
berhubung ia serta tembakau dari Wilayah Selatan ikut memainkan peran dalam
sejarah yang menyusul kemudian, pernyataannya dalam bagian pendahuluan buku
Asal-usul Tanaman di Shire karangannya boleh dikutip di bawah ini.
"Ini," katanya,
"adalah satu-satunya seni yang bisa kita katakan sebagai penemuan kita
sendiri. Kapan persisnya kaum hobbit mulai merokok tidaklah diketahui, sebab
semua legenda dan sejarah keluarga menganggap kebiasaan ini sudah ada sejak
lama; selama bertahun-tahun kaum hobbit di Shire sudah mengisap berbagai
dedaunan, ada yang baunya menyengat, ada juga yang manis. Tapi semua sependapat
bahwa Tobold Hornblower dari Longbottom di Wilayah Selatan-lah yang pertama
kali menanam rumput pipa di kebun-kebunnya pada masa Isengrim Kedua, sekitar
tahun 1070 Hitungan Shire. Sampai sekarang, hasil tanam terbaik masih berasal
dari distrik tersebut, terutama varietas-varietas yang kini dikenal sebagai
Daun Longbottom, Old Toby, dan Bintang Selatan.
"Bagaimana Old Toby
menemukan tanaman itu tidaklah diketahui, sebab sampai saat kematiannya dia tak
mau memberitahukan. Dia tahu banyak tentang dedaunan, tapi dia bukan seorang
pengembara. Kabarnya semasa muda dia sering pergi ke Bree, walaupun jelas dia
tak pernah pergi meninggalkan Shire lebih jauh dari situ. Karenanya sangat
mungkin dia mengetahui tentang tanaman ini di Bree; sekarang di sana tanaman tersebut
tumbuh subur di lereng-lereng bukit selatan. Para
hobbit di Bree menyatakan diri sebagai yang pertama-tama menjadi pemakai rumput
pipa. Memang mereka suka mengaku-aku telah melakukan ini-itu lebih dulu
daripada orang-orang di Shire, yang mereka sebut "penduduk baru";
tapi dalam kasus ini saya rasa pernyataan mereka ada benarnya. Dan memang dari
Bree-lah seni mengisap rumput ini menyebar pada abad-abad belakangan ini di
antara kaum Kurcaci dan lain-lainnya, Para Penjaga Hutan, Penyihir, atau
pengembara yang masih mondar-mandir di jalur jalanan tua itu. Tapi rumah dan
pusat seni tersebut bisa ditemukan di sebuah penginapan tua di Bree, Kuda
Menari, yang dikelola keluarga Butterbur sejak zaman entah kapan.
"Tapi berdasarkan
observasi-observasi yang saya buat sendiri dalam sekian banyak perjalanan saya
ke selatan, saya yakin bahwa rumput itu bukan berasal dari bagian dunia kami,
melainkan dari utara, dari bagian hilir Anduin, dan saya duga yang mula-mula
membawanya ke sana adalah Orang-Orang Westernesse, melalui Laut. Rumput itu
banyak tumbuh di Gondor, lebih lebat dan lebih banyak daripada di Utara. Di
Utara tidak pernah ditemukan rumput tersebut tumbuh liar, sebab ia hanya bisa
berkembang di tempat-tempat hangat dan terlindung seperti Longbottom.
Orang-Orang Gondor menamainya galenas manis, dan mereka menyukainya hanya
karena keharuman bunganya. Dari tanah itu, rumput tersebut pasti dibawa ke
Greenway, selama abad-abad panjang di antara kedatangan Elendil dan hari-hari
kami sendiri. Tapi bahkan kaum Dunedain di Gondor mengakui satu hal ini: kaum
hobbit-lah yang pertama-tama menggunakan rumput itu dengan pipa. Bahkan para
Penyihir pun tidak terpikir untuk melakukan itu. Tapi ada seorang Penyihir yang
saya kenal, yang mempraktekkan seni ini lama berselang, dan menjadi begitu
mahir menggunakannya, seperti dalam hal-hal lain yang diseriusinya."
3. Mengenai Pembagian Wilayah Shire {
Wilayah Shire dibagi menjadi empat bagian: Wilayah Utara, Selatan, Timur,
dan Barat; dan keempat wilayah ini dibagi-bagi lagi, masing-masing menjadi
sejumlah tanah rakyat yang masih menyandang nama-nama beberapa keluarga lama
yang terkemuka, walaupun pada masa sejarah ini terjadi, nama-nama tersebut
bukan lagi hanya dipakai di tanah-tanah mereka yang semestinya. Hampir semua
keluarga Took masih tinggal di Tookland, tapi tidak demikian halnya dengan
banyak keluarga lainnya, misalnya keluarga Baggins atau Boffin. Di luar
Wilayah-Wilayah tersebut terletak Perbatasan-Perbatasan Timur dan Barat:
Buckland; dan Westmarch yang ditambahkan pada wilayah Shire pada H.S. 1462.
Pada masa itu, di wilayah
Shire hampir-hampir tidak ada "pemerintahan" apa pun.
Keluarga-keluarga di sana
boleh dikatakan mengurus urusan masing-masing. Menanam tanaman pangan dan
memakannya sudah menghabiskan sebagian besar waktu mereka. Dalam urusan-urusan
lain, mereka umumnya bersifat murah hati dan tidak rakus, merasa puas dan hidup
sederhana, sehingga tanah-tanah milik, lahan-lahan pertanian, bengkel-bengkel
kerja, dan usaha-usaha kecil cenderung tidak mengalami perubahan selama
turun-temurun.
Tapi tentu saja ada
tradisi lama yang menyangkut raja tinggi di Fornost, atau Norbury, seperti
sebutan mereka, jauh di sebelah utara Shire. Tapi di sana sudah tak lagi ada raja selama hampir
seribu tahun; bahkan reruntuhan Kings' Norbury telah diselimuti rumput. Namun
para hobbit masih juga menyebut-nyebut tentang orang-orang liar dan
makhluk-makhluk jahat (seperti troll) hingga mereka tidak tahu kabar sang raja.
Mereka menghubungkan seluruh hukum penting mereka pada sang raja; dan biasanya
mereka mempertahankan hukum kehendak bebas, sebab bagi mereka itulah Hukum yang
paling penting, (seperti kata mereka), hukum lama dan adil.
Memang benar bahwa sejak
lama berselang keluarga Took telah memiliki kedudukan terkemuka; jabatan
sebagai Thain jatuh ke tangan mereka (dari keluarga Oldbuck) beberapa abad
sebelumnya, dan sejak saat itu kepala suku Took memangku gelar tersebut.
Seorang Thain merangkap menjadi Hakim Agung Shire, kapten Kepala Pasukan dan
Angkatan Bersenjata Hobbit, tapi berhubung prajurit dan persenjataan hanya
digunakan pada saat-saat genting, yang tidak lagi dialami, jabatan Thain itu
hanya merupakan formalitas belaka. Keluarga Took masih mendapatkan respek
khusus, karena jumlah mereka yang banyak dan kekayaan mereka yang luar biasa,
dan karena dalam setiap generasi mereka sanggup memunculkan orang-orang kuat
dengan kebiasaan-kebiasaan aneh serta berjiwa petualang. Namun kedua unsur
tersebut kini lebih banyak ditolerir (di kalangan kaya) daripada disetujui.
Tetapi kebiasaan lama tetap bertahan, yakni kebiasaan untuk menyebut kepala
keluarga sebagai Sang Took, dan di belakang namanya ditambahkan angka: misalnya
Isengrim Kedua.
Satu-satunya pejabat resmi
di Shire pada masa itu adalah Wali Kota Michel Delving (atau Wali Kota Shire)
yang dipilih setiap tujuh tahun di Free Fair, yang diadakan di White Downs,
Lithe, pada pertengahan musim panas. Sebagai wali kota, boleh dikatakan
satu-satunya tugasnya adalah mengetuai acara-acara pesta makan-makan yang diselenggarakan
pada hari-hari libur Shire yang sering sekali terjadi. Tapi jabatan Kepala
Kantor Pos dan First Shirriff juga merupakan tanggung jawab seorang wall kota,
maka ia juga mesti mengelola Jasa Kurir dan Ronda. Hanya dua itulah jasa
pelayanan di Shire, dan Jasa Kurirlah yang paling banyak pegawainya serta jauh
lebih sibuk daripada Jasa Ronda. Tidak semua hobbit mengenal huruf, tapi
mereka-mereka yang bisa baca-tulis selalu saja menulis pada teman-teman mereka
(dan pada sejumlah kerabat) yang jarak tempat tinggalnya lebih jauh daripada
sesiangan berjalan kaki.
Shirriff adalah sebutan
kaum hobbit untuk polisi mereka, atau kesatuan setara polisi yang mereka
miliki. Tentu saja Shirriff-Shirriff ini tidak memakai seragam (hal-hal semacam
itu tidak dikenal di kalangan hobbit). Mereka hanya memakai sehelai bulu di
topi mereka, dan dalam prakteknya mereka lebih banyak mengurusi hewan-hewan
yang tersesat daripada mengurusi orang. Hanya ada dua belas Shirriff di seluruh
wilayah Shire, tiga di setiap Wilayah, untuk Urusan Dalam Negeri. Ada juga
suatu kesatuan lain yang agak lebih besar jumlahnya tergantung kebutuhan-untuk
"menjaga perbatasan", dan memastikan bahwa orang-orang luar dari
jenis apa pun, besar maupun kecil, tidak membuat masalah.
Pada masa cerita ini bermula,
Para Penjaga Perbatasan-itu sebutannya jumlahnya sudah jauh bertambah. Banyak
laporan dan keluhan tentang orang-orang dan makhluk-makhluk tak dikenal yang
berkeliaran di sekitar perbatasan, atau malah memasukinya: tanda pertama bahwa
segala sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya, seperti biasa, kecuali
dalam cerita-cerita dan legenda-legenda masa lalu. Tapi hanya sedikit yang
memperhatikan tanda ini; bahkan Bilbo sendiri belum menyadari apa yang bakal
terjadi. Enam puluh tahun telah berlalu sejak ia pertama kali memulai
perjalanannya yang bersejarah, dan ia sudah terhitung tua, untuk ukuran hobbit
sekalipun, yang sering mencapai umur seratus tahun; namun kekayaan besar yang
dibawanya masih banyak tersisa. Seberapa banyak atau seberapa sedikit kekayaan
itu, ia tak pernah mengungkapkannya pada siapa pun, tidak juga kepada Frodo,
"keponakan" kesayangannya. Dan ia masih tetap merahasiakan cincin
yang dulu ditemukannya.
4. Tentang Penemuan Cincin
Seperti dikisahkan dalam The Hobbit, suatu hari datang ke rumah Bilbo sang
Penyihir besar, Gandalf si Kelabu, bersama tiga betas kurcaci. Ketiga betas
kurcaci itu tidak lain adalah Thorin Oakenshield, keturunan raja-raja, berikut
kedua betas rekannya yang tengah dalam pengasingan. Bersama mereka Bilbo berangkat—ia
sendiri masih tetap terheran-heran akan hal ini—pada suatu pagi bulan April,
tahun 1341 Hitungan Shire, untuk mencari harta karun besar milik Raja-Raja yang
disembunyikan oleh para kurcaci di bawah Gunung Erebor di Dale, jauh di Timur sana. Pencarian mereka
berhasil, Naga yang menjaga harta karun itu berhasil dikalahkan. Tapi, walau
sebelumnya terjadi Pertempuran Lima Pasukan—di mana Thorin tewas terbunuh dan
banyak tindakan gagah berani dilakukan—peristiwa ini tidak akan terlalu
diperhatikan dalam sejarah kemudian, dan mungkin hanya akan ditulis sebagai
catatan pendek dalam sejarah panjang Zaman Ketiga, kalau bukan karena suatu
peristiwa "kebetulan". Kelompok mereka diserang para Orc di sebuah
celah terjal Pegunungan Berkabut ketika mereka hendak menuju Belantara;
kebetulan Bilbo tersesat selama beberapa waktu di tambang-tambang Orc yang
gelap, jauh di bawah pegunungan. DI sana,
ketika sedang meraba-raba dalam gelap, tangannya menyentuh sebentuk cincin yang
tergeletak di dasar terowongan. Ia memasukkan cincin itu ke sakunya.
Ketika itu semuanya seolah kebetulan belaka.
Bilbo, yang mencoba
mencari jalan keluar, terus turun ke dasar-dasar pegunungan, hingga tak bisa
maju lebih jauh lagi. Di dasar terowongan tampak sebuah danau dingin yang jauh
dari cahaya, dan di sebuah pulau karang di danau itu tinggallah Gollum. Gollum
adalah makhluk kecil yang menjijikkan: ia mengayuh sebuah perahu kecil dengan
kaki-kakinya yang besar dan datar, sepasang matanya pucat bersinar-sinar; ia
menangkap ikan-ikan buta dengan jemarinya yang panjang dan memakan mereka mentah-mentah. Ia makan makhluk hidup apa saja, termasuk Orc, kalau bisa menangkapnya dan
mencekiknya tanpa perlawanan. Ia punya sebuah harta rahasia yang
diperolehnya lama berselang, ketika ia masih hidup dalam terang cahaya:
sebentuk cincin emas yang bisa membuat pemakainya tidak tampak. Itulah
satu-satunya benda yang dicintainya, "hartanya yang paling berharga",
dan ia suka mengajak bicara cincin itu, bahkan saat cincin itu sedang tidak
dibawanya. Sebab ia menyembunyikan cincin itu di sebuah lubang di pulaunya,
kecuali kalau ia sedang berburu atau mengintai para Orc di tambang-tambang.
Mungkin ia akan menyerang
Bilbo pada saat itu juga, kalau cincin itu sedang dipakainya ketika mereka
bertemu; tapi Gollum sedang tidak memakai cincin tersebut, dan di tangan Bilbo
ada sebilah pisau Peri yang berfungsi sebagai pedang. Maka, untuk mengulur
waktu, Gollum menantang Bilbo untuk bermain Teka-Teki. Katanya, kalau Bilbo tak
bisa menjawab teka-tekinya, ia akan membunuh Bilbo dan memakannya; tapi kalau
Bilbo berhasil mengalahkannya, maka ia akan memenuhi permintaan Bilbo:
menuntunnya keluar dari terowongan-terowongan itu.
Berhubung Bilbo tersesat
dalam gelap, tanpa harapan, dan tidak bisa mundur ataupun maju, ia pun menerima
tantangan Gollum; mereka saling melemparkan teka-teki. Pada akhirnya, Bilbo
yang menang, lebih karena keberuntungan belaka (tampaknya) daripada karena
kecerdikannya; ketika sudah kehabisan teka-teki, Bilbo memasukkan tangan ke
sakunya dan menyentuh cincin yang tadi diambilnya, namun telah ia lupakan; ia
pun berseru, Ada apa ini di sakuku? Gollum tak bisa menjawab, walau sudah minta
diberi tiga kesempatan.
Di antara Yang Berwenang
memang ada perbedaan pendapat, apakah pertanyaan terakhir itu sekadar
"pertanyaan" atau bisa disebut "teka-teki" menurut
peraturan ketat Permainan; tapi semua sependapat bahwa, setelah menerima
"pertanyaan" tersebut dan mencoba menebak jawabannya, Gollum terikat
pada janjinya tadi. Dan Bilbo mendesaknya untuk menepati janji; terpikir
olehnya bahwa makhluk licin ini mungkin saja akan menipunya, walaupun janji
semacam itu dianggap keramat, dan pada zaman dulu, hanya makhluk-makhluk paling
jahat Yang berani ingkar janji. Namun setelah tinggal sendirian begitu lama
dalam kegelapan, hati Gollum sudah menghitam dan di dalamnya tersimpan kecurangan. Ia menyelinap pergi dan kembali ke pulaunya, Yang sama sekali tidak diketahui
Bilbo, tak jauh di perairan yang gelap. Ia mengira cincinnya ada di sana. Ia sudah lapar sekarang, Juga marah, dan begitu cincin itu dipakainya, ia tak
perlu takut lagi akan senjata apa pun.
Tapi cincin itu tak ada di
pulau; cincin itu sudah hilang. Jeritan nyaring Gollum membuat Bilbo merinding
ngeri, walau ia belum mengerti apa yang terjadi. Namun akhirnya Gollum berhasil
menebak, walau sudah terlambat. Ada
apa di sakurnya itu? serunya. Matanya berkilat-kilat seperti api hijau saat ia
berbalik cepat untuk membunuh hobbit itu dan merebut kembali
"kesayangannya". Tepat pada waktunya, Bilbo melihat bahaya yang
mengancam, dan ia pun lari membabi buta di terowongan itu, menjauhi air; sekali
lagi ia diselamatkan oleh keberuntungannya. Sebab sambil lari ia memasukkan
tangan ke sakunya dan cincin itu pun melingkar di jarinya. Maka Gollum
melewatinya tanpa bisa melihatnya, lalu berdiri berjaga di jalan keluar supaya
si "pencuri" tak bisa melarikan diri. Dengan cemas Bilbo mengikuti
Gollum yang berjalan sambil menyumpah-nyumpah dan bicara sendiri tentang
"kesayangannya" itu; dari celotehannya, akhirnya Bilbo bisa menebak
kebenarannya, dan secercah harapan kembali muncul di hatinya, dalam kegelapan:
ia telah menemukan cincin bertuah itu, dan ia punya kesempatan untuk lepas dari
para Orc dan dari Gollum.
Akhirnya mereka berhenti
di depan sebuah bukaan tak terlihat, yang mengarah ke gerbang-gerbang tambang
yang lebih rendah, yang berada di sisi sebelah timur pegunungan. Di sana Gollum berjongkok
menunggu, mengendus-endus dan memasang telinga; Bilbo tergoda untuk menebasnya
dengan pedang, tapi perasaan iba membuat ia mengurungkan niatnya. Meski ia
tetap menyimpan cincin itu, yang merupakan satu-satunya harapannya, ia tak mau
menggunakannya untuk membantunya membunuh makhluk malang yang tidak berdaya itu. Akhirnya,
dengan mengerahkan seluruh keberaniannya, ia melompati Gollum dalam gelap, dan
lari di terowongan, dikejar oleh teriakan benci dan putus asa musuhnya:
Pencuri, pencuri! Baggins! Kami benci kalian selamanya!
Anehnya, cerita di atas bukanlah cerita yang mula-mula disampaikan Bilbo
pada teman-temannya. Pada mereka, ia mengatakan bahwa Gollum telah berjanji
akan memberinya hadiah, kalau ia menang dalam permainan itu; tapi ketika Gollum
hendak mengambil hadiah itu dari pulaunya, ternyata benda itu sudah hilang:
sebentuk cincin ajaib yang diberikan padanya lama berselang, pada hari ulang
tahunnya. Bilbo menduga cincin yang ditemukannya itulah yang dimaksud, dan
berhubung ia menang dalam permainan tersebut, berarti cincin in, memang menjadi
haknya. Tapi, berhubung posisinya tidak menguntungkan, ia tidak mengatakan
apa-apa tentang cincin itu; ia minta Gollum menunjukkan jalan keluar, sebagai
penghargaan untuk menggantikan hadiah tersebut. Bilbo menuliskan kisah ini
dalam catatan perjalanan hidupnya, dan sepertinya ia tak pernah mengubah versi
ini, tidak juga di hadapan Dewan Elrond. Rupanya versi ini masih tetap muncul
dalam edisi orisinal Buku Merah, juga dalam beberapa salinan dan edisi-edisi
ringkasnya. Tapi banyak salinan buku itu yang mengandung kisah sebenarnya
(sebagai alternatif), yang pasti diambil dari catatan-catatan Frodo atau
Samwise, yang sama-sama mengetahui peristiwa sesungguhnya, walau mereka
tampaknya enggan menghapuskan apa-apa yang telah ditulis oleh hobbit tua itu
sendiri.
Namun demikian, begitu
mendengar cerita yang mula-mula disampaikan Bilbo, Gandalf langsung tidak
mempercayainya, dan ia tetap merasa sangat penasaran tentang cincin itu. Lambat
laun ia berhasil juga mendapatkan cerita sesungguhnya dari Bilbo, setelah lama
menanyainya, sampai-sampai untuk sementara persahabatan mereka terganggu
karenanya; tapi penyihir itu rupanya menganggap kebenarannya sangatlah penting.
Tidak dikatakannya pada Bilbo bahwa selain penting, ia juga merasa sangat
terganggu mendapati hobbit yang baik itu pada mulanya tidak mengatakan yang
sebenarnya: ini sangat berlawanan dengan kebiasaannya. Masalah
"hadiah" itu bukan sekadar reka-rekaan khas hobbit, tapi juga muncul
dalam kepala Bilbo—seperti diakuinya kemudian—karena mendengar celotehan
Gollum; Gollum memang berkali-kali mengatakan bahwa cincin itu adalah
"hadiah ulang tahunnya". Ini juga dianggap aneh dan mencurigakan oleh
Gandalf, tapi baru bertahun-tahun kemudian ia menemukan kebenaran tentang hal
tersebut, seperti bisa kita lihat nanti dalam buku ini.
Mengenai petualangan-petualangan Bilbo sesudahnya, tidak banyak yang perlu
diceritakan di. sini. Dengan bantuan cincin tersebut, ia berhasil
meloloskan diri dari para penjaga Orc di gerbang, dan bergabung kembali dengan teman-temannya. Ia berulang kali menggunakan cincin itu dalam petualangannya. terutama untuk
menolong teman-temannya; tapi ia tetap merahasiakan cincin itu selama mungkin.
Setelah pulang ke rumah, ia tak pernah membicarakannya lagi dengan siapa pun,
kecuali dengan Gandalf dan Frodo; tak ada orang lain di Shire yang tahu
keberadaan cincin itu, atau begitulah yang diyakininya. Hanya kepada Frodo ia
memperlihatkan catatan Perjalanan yang sedang ditulisnya.
Pedangnya, Sting,
digantungnya di atas perapian, dan rompi logamnya—hadiah dari para Kurcaci,
perolehan dari harta karun Naga, dipinjamkannya ke museum, ke Michel Delving
Mathom-house. Tapi mantel dan kerudung tua yang ia kenakan dalam
perjalanan-perjalanannya ia simpan di dalam laci di Bag End; sementara
cincinnya tetap disimpan di dalam saku, setelah diberi rantai halus.
Ia kembali ke rumahnya di
Bag End pada tanggal dua puluh dua Juni, dalam usianya yang kelima puluh dua
(H.S. 1342). Tidak ada kejadian penting di Shire, sampai Mr. Baggins memulai
persiapan untuk merayakan ulang tahunnya yang keseratus sebelas (H.S. 1401).
Pada titik ini barulah Sejarah dimulai.
CATATAN TENTANG SEJARAH-SEJARAH SHIRE
Pada akhir Zaman Ketiga, peran para hobbit dalam peristiwa-peristiwa besar
yang mengarah pada masuknya Shire menjadi wilayah Kerajaan Bersatu, telah
membangkitkan minat yang lebih besar pada diri mereka, mengenai sejarah mereka
sendiri; banyak tradisi mereka, yang sampai saat itu sebagian besar masih
disampaikan secara oral, kini dikumpulkan menjadi bentuk tertulis.
Keluarga-keluarga yang lebih terkemuka juga merasa berkepentingan dengan
peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam Kerajaan tersebut secara garis besar,
dan banyak anggota keluarga mereka mempelajari sejarah-sejarah serta
legenda-legenda lamanya. Menjelang akhir abad pertama Zaman Keempat, di Shire
sudah bisa ditemukan beberapa perpustakaan yang menyimpan banyak buku dan catatan
sejarah.
Koleksi terbesar yang
mereka miliki mungkin ada di Under-towers, di Great Smials, dan di
Brandy Hall. Catatan tentang akhir Zaman Ketiga ini terutama diambil dari Buku
Merah Westmarch. Sumber paling penting untuk sejarah Perang Cincin itu dinamakan
demikian karena lama tersimpan di Undertowers, rumah keluarga Fairbairn, Para
Pengawas Westmarch. Buku itu sebenarnya adalah buku harian pribadi Bilbo, yang
dibawanya ke Rivendell. Frodo membawa kembali buku itu ke Shire, berikut banyak
lembar catatan lepas lainnya, dan selama H.S. 1420-1, ia hampir memenuhi
lembar-lembar buku tersebut dengan catatannya tentang Perang. Namun bersama
buku itu terdapat tiga buku tebal lainnya, dijilid dalam kulit merah-barangkali
disimpan menjadi satu di sebuah kotak merah-yang diberikan Bilbo padanya
sebagai hadiah perpisahan. Di Westmarch, pada keempat buku tersebut kemudian
ditambahkan buku kelima berisi berbagai komentar, silsilah, dan macam-macam hal
lainnya yang menyangkut para hobbit dalam Rombongan Sembilan Pembawa Cincin.
Buku Merah yang asli sudah
tidak ada, tapi salinannya banyak dibuat, terutama volume pertamanya, untuk
keperluan keturunan anak-anak Master Samwise. Namun salinan yang paling penting
menyimpan sejarah berbeda. Salinan tersebut disimpan di Great Smials, namun
ditulis di Gondor, kemungkinan atas permintaan cucu buyut Peregrin, dan
diselesaikan pada H.S. 1592 (Zaman Keempat 172). Juru tulis dari selatan
menambahkan catatan ini: Findegil, Juru Tulis Raja, menyelesaikan karya ini
pada IV 172. Ini adalah salinan setepatnya dari seluruh detail dalam Buku sang
Thain di Minas Tirith. Buku tersebut merupakan salinan yang dibuat atas
permintaan Raja Elessar, dari Buku Merah Periannath, dan dibawa kepadanya oleh
Thain Peregrin ketika ia mengundurkan diri ke Gondor pada IV 64.
Buku sang Thain den-an
demikian merupakan salinan pertama yang dibuat dari Buku Merah, dan berisi
banyak hal yang kelak dihapus atau hilang. Di Minas Tirith, buku itu
mendapatkan banyak catatan serta koreksi, terutama pada nama-nama, kata-kata,
dan kutipan-kutipan dalam bahasa Peri di dalamnya; dan di situ ditambahkan pula
versi ringkas bagian-bagian dari Kisah Aragorn dan Arwen, yang berada di luar
catatan tentang Perang. Kisah selengkapnya kabarnya ditulis oleh Barahir, cucu
laki-laki Faramir, beberapa lama setelah kematian sang Raja. Tapi yang paling
penting dari salinan yang dibuat Findegil adalah salinan itulah satu-satun'ya
yang menyimpan keseluruhan "Terjemahan dari bahasa Peri" yang ditulis
Bilbo. Ketiga buku ini merupakan hasil karya yang memerlukan kecakapan tinggi
serta pengetahuan luas, dan untuk menuliskannya, antara tahun 1403 sampai 1418
Bilbo telah menggunakan segala sumber yang bisa diperolehnya di Rivendell, baik
dari mereka yang masih hidup maupun yang diperolehnya secara tertulis. Tapi
berhubung ketiga buku ini jarang dipergunakan oleh Frodo, karena hampir
sepenuhnya berisi catatan tentang Zaman Peri, maka ketiganya tidak dibahas
lebih lanjut di sini.
Berhubung Meriadoc dan
Peregrin menjadi kepala-kepala keluarga terkemuka kelak, dan berhubung mereka
juga terus menjalin hubungan dengan Rohan dan Gondor, maka
perpustakaan-perpustakaan di Bucklebury dan Tuckborough menyimpan banyak
catatan yang tidak muncul dalam Buku Merah. Di Brandy Hall banyak karya yang
berkaitan dengan Eriador serta sejarah Rohan. Beberapa di antaranya disusun
atau dimulai oleh Meriadoc sendiri, walaupun di Shire ia terutama dikenang
karena karyanya Asal-usul Tanaman di Shire, dan Penghitungan Tahun, di mana ia
membahas hubungan antara kalender-kalender Shire dan Bree dengan
kalender-kalender Rivendell, Gondor, dan Rohan. Ia juga menulis risalat singkat
tentang Kata-Kata Lama dan Nama-Nama di Shire, di mana ia menunjukkan minat
khusus dalam menemukan kaitan antara "kata-kata Shire"—seperti mathom
dan unsur-unsur lama dalam nama-nama tempat—dengan bahasa Rohirrim.
Di Great Smials, buku-buku
ini tidak terlalu diminati oleh penduduk Shire, walau mereka punya arti penting
dalam skala sejarah yang lebih besar. Dari keseluruhan buku tersebut, tak satu
pun yang ditulis oleh Peregrin, namun ia dan para penerusnya mengumpulkan
banyak manuskrip yang ditulis oleh para juru tulis Gondor: terutama
salinan-salinan atau ringkasan-ringkasan sejarah atau legenda-legenda yang
berkaitan dengan Elendil dan para pewarisnya. Hanya di Shire bisa ditemukan
bahan-bahan ekstensif tentang sejarah Numenor serta kebangkitan Sauron.
Kemungkinan di Great Smials-lah Kisah Perjalanan Tahun disatukan, dengan
bantuan materi yang dikumpulkan oleh Meriadoc. Walaupun tanggal-tanggal yang
dicantumkan sering kali merupakan perkiraan belaka, terutama untuk Zaman Kedua,
namun tanggal-tanggal tersebut layak diperhatikan. Kemungkinan Meriadoc
mendapatkan bantuan dan informasi dari Rivendell, yang dikunjunginya lebih dari
sekali. Di sana, meskipun Elrond telah pergi, anak-anaknya masih lama tinggal
di tempat itu, bersama beberapa kaum Peri Tinggi. Kabamya Celeborn masih terus
tinggal di sana setelah kepergian Galadriel; tapi tak ada catatan tentang hari
ketika ia akhirnya berangkat ke Grey Havens, dan bersamanya lenyaplah kenangan
terakhir yang hidup tentang Zaman Peri di Dunia Tengah.
0 komentar:
:ilovekaskus :iloveindonesia :kiss :maho
:najis :nosara :marah :berduka
:malu: :ngakak :repost: :repost2:
:sup2: :cendolbig :batabig :recsel
:takut :ngacir2: :shakehand2: :bingung
:cekpm :cd :hammer :peluk
:toast :hoax: :cystg :dp
:selamat :thumbup :2thumbup :angel
:matabelo :mewek: :request :babyboy:
:babyboy1: :babymaho :babyboy2: :babygirl
:sorry :kr: :travel :nohope
:kimpoi :ngacir: :ultah :salahkamar
:rate5 :cool :bola
by Pakto
:mewek2: :rate-5 :supermaho :4L4Y
:hoax2: :nyimak :hotrit :sungkem
:cektkp :hope :Pertamax :thxmomod
:laper :siul :2malu: :ngintip
:hny :cendolnya
by misterdarvus
:maintenis: :maintenis2: :soccer :devil
:kr2: :sunny
Posting Komentar