BAB 9
DI BAWAH PAPAN NAMA KUDA MENARI
Bree merupakan desa utama di Bree-land, suatu wilayah kecil berpenduduk,
seperti sebuah pulau di tengah tanah-tanah kosong di sekelilingnya. Selain
Bree, ada Staddle di sisi lain bukit, Combe di lembah dalam sedikit lebih ke
timur, dan Archet di pinggir hutan Chetwood. Di sekitar Bree-hill dan
desa-desanya terletak wilayah kecil yang terdiri atas padang rumput dan hutan
jinak yang hanya beberapa mil luasnya.
Orang-orang Bree berambut
cokelat, berbadan lebar dan agak pendek, periang dan sangat bebas: mereka
bangsa merdeka, tapi mereka lebih akrab dengan kaum hobbit, Kurcaci, Peri, dan
penduduk lain di dunia sekitar mereka daripada Makhluk-Makhluk Besar lain.
Menurut dongeng mereka sendiri, mereka penduduk asli dan keturunan Manusia
pertama yang pernah mengembara ke bagian Barat Dunia Tengah. Hanya sedikit yang
bertahan dalam huru-hara di Zaman Peri; tapi ketika para Raja kembali lagi
melalui Laut Besar, mereka menemukan orang-orang Bree masih di sana, dan
sekarang pun mereka masih di sana, ketika ingatan kepada Raja-Raja lama sudah
memudar ke dalam rumput.
Pada masa itu belum ada
Manusia lain yang mendirikan hunian begitu jauh ke barat, atau dalam jarak
seratus mil dari Shire. Tapi di negeri liar di luar Bree banyak pengembara
misterius. Bangsa Bree menamai mereka para Penjaga Hutan, dan tidak tahu-menahu
tentang asal-usul mereka. Mereka lebih tinggi dan lebih gelap daripada
Orang-Orang Bree, dan diyakini memiliki kekuatan-kekuatan pendengaran dan
penglihatan yang aneh, serta bisa. mengerti bahasa hewan dan burung. Mereka
mengembara ke selatan sesukanya, dan ke timur bahkan sampai sejauh Pegunungan
Berkabut; tapi sekarang jumlah mereka hanya sedikit dan jarang terlihat. Bila
muncul, mereka membawa berita dan jauh, dan menceritakan dongeng-dongeng aneh
yang terlupakan, yang sangat disukai orang-orang; tapi bangsa Bree tidak
bersahabat dengan mereka.
Banyak juga keluarga
hobbit di Bree-land, dan mereka bersikeras bahwa desa mereka adalah
perkampungan hobbit tertua di dunia, yang sudah lama didirikan jauh sebelum
Brandywine diseberangi dan Shire dihuni. Mereka kebanyakan tinggal di Staddle,
meski ada beberapa yang tinggal di Bree, terutama di lereng-lereng bukit yang
lebih tinggi, di alas perumahan Manusia. Bangsa Besar dan Bangsa Kecil
(sebagaimana mereka saling menyebut) berhubungan baik, mengurusi masalah mereka
sendiri dengan cara mereka sendiri, tapi keduanya menganggap diri mereka
sebagai bagian yang perlu dari bangsa Bree. Tidak ada tempat lain di dunia di
mana aturan ganjil (tetapi bagus) ini bisa ditemukan.
Bangsa Bree sendiri, Besar
dan Kecil, tidak banyak bepergian; dan urusan keempat desa itu menjadi
perhatian utama mereka. Kadang-kadang para hobbit dari Bree pergi sampai sejauh
Buckland, atau Wilayah Timur, tapi, meski negeri kecil mereka tidak lebih jauh
daripada sehari perjalanan naik kuda ke arah timur Jembatan Brandywine, para
hobbit dari Shire sekarang jarang mengunjunginya. Sesekali seorang Keluarga
Buckland atau Took yang gemar bertualang akan datang ke Kuda Menari untuk
semalam dua malam, tapi itu pun sudah semakin jarang. Hobbit dari Shire
menyebut hobbit dari Bree, dan yang lain yang tinggal di luar perbatasan,
sebagai Orang Luar, dan sangat tidak tertarik pada mereka, menganggap mereka
membosankan dan tak tahu adat. Mungkin lebih banyak lagi Orang Luar yang
tersebar di bagian Barat Dunia di masa itu, daripada yang dibayangkan
orang-orang dari Shire. Beberapa bisa dikatakan tidak lebih baik daripada
gelandangan, siap menggali lubang di tebing mana saja dan tinggal selama mereka
mau. Tapi setidaknya hobbit di Bree-land adalah golongan beradab dan kaya, dan
tidak lebih kasar daripada kebanyakan saudara °mereka di Dalam Shire. Mereka belum
lupa bahwa pernah ada masa ketika para hobbit Shire dan Bree saling bolak-balik
mengunjungi. Dalam keluarga Brandybuck setidaknya mengalir darah Bree.
Desa Bree mempunyai beberapa ratus rumah batu milik Makhluk-Makhluk Besar,
kebanyakan di atas Jalan Timur, bersandar pada lereng bukit dengan
jendela-jendela menghadap ke barat. Pada sisi itu, menjulur lebih dari setengah
lingkaran dari bukit dan melingkar kembali kepadanya, ada sebuah tanggul dalam
dengan pagar tebal di sebelah dalam. Jalan Timur melintas di atasnya dengan
jalan lintas atas; tapi di bagian yang menembus pagar, jalan itu tertutup
sebuah gerbang besar. Ada gerbang lain di sudut sebelah selatan, di tempat
Jalan Timur mengarah ke luar desa. Gerbang-gerbang itu ditutup pada malam hari,
tapi persis di dalamnya ada pondok-pondok kecil untuk para penjaga gerbang.
Di pinggir Jalan Timur, di
bagian yang membelok ke kanan untuk mengitari bukit, ada sebuah penginapan
besar. Penginapan itu dibangun lama berselang, ketika lalu lintas di
jalan-jalan jauh lebih ramai. Bree berdiri di suatu pertemuan jalan-jalan lama;
ada jalan kuno lain yang memotong Jalan Timur, persis di luar tanggul di ujung
barat desa, dan di masa lalu Manusia dan berbagai bangsa lain banyak bepergian
melewatinya. Ungkapan "Aneh seperti kabar dari Bree" masih digunakan
di Wilayah Timur, berasal dari masa-masa itu, ketika kabar dari Utara, Selatan,
dan Barat bisa didengar di penginapan tersebut, dan ketika para hobbit Shire
lebih sering pergi untuk mendengarnya. Tapi Negeri-Negeri Utara sudah lama
kosong, dan Jalan Utara jarang digunakan sekarang; jalan itu dipenuhi rumput
dan bangsa Bree menyebutnya Greenway, Jalan Hijau.
Namun begitu, penginapan
tersebut masih ada di sana, dan pemiliknya adalah orang pouting. Rumahnya
menjadi tempat pertemuan para penganggur, mereka yang senang mengobrol, dan
yang suka ingin tahu di antara penduduk besar dan kecil dari keempat desa;
penginapan itu juga menjadi tempat menginap bagi Penjaga-Penjaga Hutan dan
pengembara lain, serta para pelancong (kebanyakan kurcaci) yang masih bepergian
melewati Jalan Timur, ke dan dari Pegunungan.
Sudah gelap, bintang-bintang putih bersinar ketika Frodo dan rombongannya
akhirnya tiba di persimpangan Greenway dan mendekati desa. Mereka sampai di
Gerbang Barat dan melihat gerbangnya sudah tertutup, tapi pada pintu pondok
sebelah dalam, seorang laki-laki tampak sedang duduk. Ia melompat mengambil lentera, dan memandang mereka dengan tercengang dari
atas gerbang.
"Mau apa dan dari
mana kalian?" ia bertanya kasar.
"Kami mau ke
penginapan di sini," jawab Frodo. "Kami sedang melancong ke timur dan
tidak bisa meneruskan perjalanan malam
"Hobbit! Empat
hobbit! Dari Shire, kalau mendengar cara mereka berbicara," kata penjaga
gerbang itu pelan, seolah pada dirinya sendiri. Ia menatap curiga ke arah mereka untuk beberapa saat, lalu dengan perlahan
membuka gerbang dan membiarkan mereka lewat.
"Kami tidak sering
melihat bangsa Shire di Jalan Timur pada malam hari," lanjutnya, saat
mereka berhenti sebentar di dekat pintunya. "Maaf kalau aku bertanya-tanya
urusan apa yang membawa kalian pergi ke timur Bree! Siapa nama Anda sekalian,
kalau aku boleh tanya?"
"Nama dan urusan kami
adalah milik kami, dan tampaknya ini bukan tempat yang tepat untuk
membahasnya," kata Frodo, yang tidak menyukai penampilan maupun nada suara
laki-laki itu.
"Memang urusan Anda
adalah urusan Anda sendiri," kata pria itu, "tapi aku berhak
mengajukan pertanyaan setelah malam tiba."
"Kami hobbit dari Buckland,
kami ingin melancong dan tinggal di penginapan di sini," tambah Merry.
"Aku Mr. Brandybuck. Sudah cukup? Bangsa Bree biasanya ramah pada para
pelancong, atau setidaknya begitulah yang kudengar."
"Baiklah,
baiklah!" kata pria itu. "Aku tidak mau menyinggung perasaan. Tapi
akan kalian lihat nanti, lebih banyak orang daripada Harry di gerbang yang akan
menanyakan ini-itu pada kalian. Banyak orang aneh di sekitar sini. Kalau kalian
pergi ke penginapan itu, kalian akan lihat bahwa bukan kalian saja tamu di sana."
Ia mengucapkan selamat
malam, dan mereka tidak berbicara lagi; dalam cahaya lentera, Frodo melihat
pria itu masih memandang mereka dengan penuh rasa ingin tahu. Frodo senang
mendengar gerbang tertutup di belakang mereka, ketika mereka melangkah maju. Ia bertanya dalam hati, mengapa pria itu begitu curiga, dan apakah sudah ada
orang yang menanyakan kabar tentang rombongan hobbit. Gandalf barangkali?
Mungkin ia sudah sampai, sementara mereka tertahan di Forest dan di Downs. Tapi
ada sesuatu dalam tatapan dan suara penjaga gerbang itu yang membuatnya merasa
tidak nyaman.
Pria itu masih terus
menatap para hobbit untuk beberapa saat, lalu kembali ke rumahnya. Begitu ia
membalikkan badan, sebuah sosok gelap memanjat cepat melewati gerbang, dan
berbaur dalam keremangan di jalan desa.
Keempat hobbit itu mendaki suatu lereng landai, melewati beberapa rumah
lepas, dan berhenti di luar penginapan. Rumah-rumah kelihatan besar dan aneh
bagi mereka. Sam menatap bangunan penginapan yang terdiri alas tiga tingkat,
dengan banyak jendela, dan merasa semangatnya merosot. Ia sudah membayangkan akan bertemu raksasa yang lebih besar daripada pohon,
dan makhluk-makhluk lain yang lebih mengerikan, dalam perjalanannya; tapi saat
pertama kali melihat Manusia dan rumah mereka yang tinggi sudah lebih dari
cukup baginya, bahkan terlalu berlebihan sebagai akhir yang gelap dari hari
yang melelahkan ini. Ia membayangkan kuda-kuda hitam berdiri siap dalam
bayangan di halaman penginapan, dan para Penunggang Hitam mengintip dari
jendela-jendela gelap di atas.
"Kita toh tidak akan
tinggal di sini malam ini, Sir?" serunya. "Kalau ada bangsa hobbit
yang tinggal di sini, mengapa kita tidak mencari mereka yang mau membiarkan kita
menginap di rumahnya? Itu akan lebih terasa seperti di rumah."
"Apa yang salah
dengan penginapan ini?" kata Frodo. "Tom Bombadil menyarankannya.
Kupikir kita akan cukup merasa seperti rumah di dalamnya."
Bahkan dari luar
penginapan itu kelihatan seperti rumah nyaman bagi mata yang sudah terbiasa.
Bagian depannya menghadap ke Jalan Timur, dan dua sayapnya memanjang ke
belakang, pada tanah yang sebagian dipotong dari lereng-lereng bukit yang lebih
rendah, sehingga di bagian belakangnya jendela-jendela lantai kedua berada satu
level dengan permukaan tanah. Ada lengkungan lebar yang menuntun ke pelataran
di antara kedua sayap bangunan itu, dan di sebelah kiri, di bawah lengkungan,
ada ambang pintu besar dengan beberapa anak tangga lebar. Pintunya terbuka dan
cahaya mengalir keluar dari sana. Di atas lengkungan ada lampu, dan di bawahnya
tergantung sebuah papan nama besar: seekor kuda putih gemuk berdiri pada kaki
belakangnya. Di atas pintu terpampang tulisan dengan cat putih: KUDA MENARI
oleh BARLIMAN BUTTERBUR. Banyak jendela di bawah memperlihatkan cahaya di balik
tirai-tirai tebal.
Saat mereka berdiri
bimbang dalam kegelapan di luar, seseorang mulai menyanyikan lagu gembira di
dalam, dan banyak suara riang bergabung nyaring dalam paduan suara. Sejenak mereka
mendengarkan suara yang membangkitkan 'semangat itu, lalu turun dari kuda-kuda.
Lagu itu berakhir, terdengar ledakan tawa dan tepukan tangan.
Mereka menuntun kuda-kuda
ke bawah lengkungan, dan meninggalkan hewan-hewan itu berdiri sementara mereka
menaiki tangga. Frodo maju dan hampir bertabrakan dengan seorang laki-laki
gemuk pendek berkepala botak dan berwajah merah. Ia memakai celemek putih, dan sibuk keluar satu pintu dan masuk pintu yang
lain, sambil membawa baki penuh mug.
"Bisakah
kami...," Frodo memulai.
"Setengah
menit!" teriak laki-laki itu sambil menoleh, lalu menghilang ke dalam
hiruk-pikuk suara dan kepulan asap. Sejenak kemudian ia sudah keluar lagi,
menyeka tangan pada celemeknya.
"Selamat sore, tuan
kecil!" katanya sambil membungkuk. "Apa yang kalian perlukan?"
"Tempat tidur untuk
empat orang, dan kandang untuk lima kuda, kalau bisa diatur. Apakah Anda Mr.
Butterbur?"
"Betul! Barliman
namaku. Barliman Butterbur siap melayani Anda! Kalian dari Shire bukan?"
katanya, lalu tiba-tiba ia menepukkan tangannya ke dahi, seolah mencoba
mengingat sesuatu. "Hobbit!" serunya. "Wah, mengingatkan aku
pada apa, ya? Bolehkah aku tahu nama kalian, Sir?"
"Mr. Took dan Mr.
Brandybuck," kata Frodo, "dan ini Sam Gamgee. Namaku Underhill."
"Aah!" kata Mr.
Butterbur, menceklikkan jarinya. "Sudah hilang lagi! Tapi nanti pasti
ingat lagi, kalau aku punya waktu untuk berpikir. Aku terlalu sibuk; tapi akan
kulihat apa yang bisa kulakukan untuk kalian. Tidak sering kami menerima kedatangan
rombongan dari Shire akhir-akhir ini, dan aku akan menyesal kalau tidak bisa
menyambut kalian. Tapi sudah banyak tamu di penginapan malam ini, padahal ini
sudah cukup lama tidak terjadi. Tidak pernah hujan, tapi begitu turun, deras
sekali, begitulah kata orang Bree.
"Hei! Nob!"
teriaknya. "Di mana kau, kaki lembek melempem? Nob!"
"Datang, Sir! Aku
datang!" Seorang hobbit bertampang riang melompat dari sebuah pintu, dan
ketika melihat para pelancong itu, ia berhenti kaget dan menatap mereka dengan penuh
minat.
"Di mana Bob?"
tanya pemilik penginapan. "Kau tidak tahu? Well, carilah dia! Cepat! Aku
tidak punya enam kaki dan enam mata! Katakan pada Bob, ada lima kuda yang perlu dimasukkan ke kandang.
Pokoknya dia harus menyediakan tempat." Nob berlari keluar sambil nyengir
dan mengedipkan mata.
"Nah, tadi aku mau
bilang apa, ya?" kata Mr. Butterbur, sambil mengetuk dahinya.
"Berbagai hal datang silih berganti, begitulah. Aku sibuk sekali malam
ini, sampai kepalaku pusing. Ada
rombongan yang datang lewat Greenway dari Selatan tadi malam-itu saja sudah
cukup aneh. Lalu ada rombongan kurcaci yang akan pergi ke Barat, datang sore
tadi. Dan sekarang ada kalian. Seandainya kalian bukan hobbit, belum tentu aku
bisa menyediakan tempat untuk kalian. Tapi kami punya satu-dua kamar di sayap
utara, yang dibuat khusus untuk hobbit ketika tempat ini dibangun. Di lantai
bawah, seperti kesukaan mereka; berikut jendela-jendela bundar dan sebagainya.
Kuharap kalian merasa nyaman. Pasti kalian ingin makan malam. Akan segera
dihidangkan. Lewat sini!"
Ia membimbing mereka
melewati selasar, dan membuka sebuah pintu. "Di sini ada ruang duduk kecil
yang nyaman!" katanya. "Kuharap cocok. Sekarang aku permisi. Aku
sibuk sekali. Tidak ada waktu untuk mengobrol. Aku harus lari lagi. Berat kalau
cuma punya dua kaki, tapi aku tidak kurus-kurus juga. Aku akan menengok kalian
lagi nanti. Kalau kalian butuh sesuatu, bunyikan bel, dan Nob akan datang.
Kalau dia tidak datang, bunyikan bel dan teriaklah!"
Akhirnya ia keluar,
meninggalkan mereka dengan perasaan agak terengah-engah. Mr. Butterbur
tampaknya mampu berbicara tanpa henti, betapapun sibuknya dia. Mereka berada
dalam ruangan kecil dan nyaman. Ada
api kecil menyala terang di perapian, di depannya ada beberapa kursi rendah dan
nyaman. Ada
meja bundar yang sudah diberi taplak putih, dan di atasnya ada bel-tangan
besar. Tapi sebelum mereka sempat membunyikan bel, Nob, si hobbit pelayan,
sudah masuk membawa lilin dan baki penuh piring.
"Apakah Anda ingin
minum sesuatu, Tuan-Tuan?" tanyanya. "Dan bolehkah aku menunjukkan
kamar tidur Anda, sementara makan malam disiapkan?"
Mereka sudah mandi dan
sedang minum bir enak dalam mug besar ketika Mr. Butterbur dan Nob masuk lagi.
Dalam sekejap meja ditata. Ada sup panas, daging dingin, kue tar blackberry,
roti baru, lempengan mentega, dan separuh keju matang: makanan sederhana yang
enak, seenak yang ada di Shire, dan cukup terasa seperti di rumah sendiri,
hingga bisa menghilangkan perasaan waswas Sam (yang sudah agak lega karena
kelezatan bir yang diminumnya).
Pemilik penginapan
berlama-lama sedikit, lalu bersiap meninggalkan mereka. "Aku tidak tahu
apakah kalian mau bergabung dengan rombongan lain, kalau kalian sudah selesai
makan malam," ia berkata sambil berdiri di pintu. "Mungkin kalian,
memilih tidur. Tapi para tamu lain akan senang menyambut kalian, kalau kalian
bersedia. Kami tidak sering menerima Orang Luar-pelancong dari Shire, maksudku,
maaf-dan kami ingin mendengar berita, atau cerita, atau lag" yang kalian
suka. Tapi terserah kalian! Bunyikan bel, kalau butuh sesuatu !"
Mereka merasa sangat segar
dan bersemangat pada akhir makan malam (selama tiga perempat jam makan terus
tanpa terganggu obrolan yang tidak perlu), sampai-sampai Frodo, Pippin, dan Sam
memutuskan bergabung dengan rombongan lainnya. Merry enggan ikut serta, terlalu
ramai, katanya. "Aku mau duduk sejenak dekat perapian, dan mungkin nanti
keluar sebentar untuk menghirup hawa segar. Ingat, bicara yang sopan, dan
jangan lupa... kita sedang melarikan diri secara rahasia, dan masih berada di
jalan utama, belum jauh dari Shire!"
"Baiklah!" kata
Pippin. "Jaga dirimu sendiri! Jangan sampai tersesat, dan jangan lupa
bahwa di dalam lebih aman!"
Rombongan lainnya berada di ruang besar penginapan tersebut. Kumpulan
berbagai macam orang, seperti yang dilihat Frodo ketika matanya sudah terbiasa
dengan cahaya. Cahaya itu terutama datang dari kobaran nyala api unggun, karena
ketiga lampu yang tergantung di balok langit-langit hanya mengeluarkan cahaya
suram dan setengah terselubung asap. Barliman Butterbur sedang berdiri dekat
api, berbicara dengan beberapa kurcaci dan satu-dua orang yang kelihatan aneh.
Di bangku-bangku duduk berbagai macam orang: Orang-Orang Bree, sekumpulan
hobbit setempat (duduk mengobrol bersama), beberapa kurcaci lagi, dan
sosok-sosok lain yang samar-samar serta sulit dikenali dalam keremangan, dan di
sudut-sudut.
Begitu para hobbit masuk,
Orang-Orang Bree serempak menyapa mereka. Orang-orang asing, terutama yang
datang melalui Greenway, memandang mereka dengan rasa ingin tahu. Pemilik
penginapan memperkenalkan mereka pada orang-orang Bree, menyebutkan nama-nama
dengan begitu cepat, sampai-sampai mereka tidak tahu siapa si pemilik nama itu.
Orang-Orang Bree tampaknya mempunyai nama-nama mirip nama tanaman (dan bagi orang
Shire terasa aneh), seperti misalnya Rushlight, Goatleaf, Heathertoes,
Appledore, Thistlewool, dan Ferny (termasuk juga Butterbur). Beberapa kaum
hobbit mempunyai nama sama. Nama Mugwort, misalnya, tak terhitung banyaknya.
Tapi kebanyakan mereka mempunyai nama wajar, seperti Banks, Brockhouse,
Longhole, Sandheaver, dan Tunnelly, yang juga banyak digunakan di Shire. Ada
beberapa Underhill dari Staddle, dan berhubung merasa mempunyai nama belakang
yang sama, mereka menyambut Frodo seperti sepupu yang sudah lama hilang.
Hobbit-hobbit Bree
ternyata ramah dan penuh rasa ingin tahu, dan Frodo segera menyadari bahwa mau
tak mau ia mesti memberikan sedikit penjelasan tentang dirinya. Ia mengaku tertarik pada sejarah dan ilmu bumi (para pendengarnya
geleng-geleng kepala, meski kedua kata itu jarang digunakan dalam logat Bree).
Ia mengatakan berniat menulis buku (yang membuat orang-orang terdiam heran),
dan bahwa ia dan kawan-kawannya ingin mengumpulkan keterangan tentang hobbit-hobbit
yang tinggal di luar Shire, terutama di negeri-negeri timur.
Mendengar itu, orang-orang
langsung berbicara serempak. Kalau Frodo benar-benar ingin menulis buku, dan
mempunyai banyak telinga, ia pasti bisa mendapat bahan tulisan untuk sekian
bab, dalam beberapa menit saja. Dan seakan-akan itu belum cukup, ia diberi
daftar nama lengkap, diawali dengan "Barliman tua ini", pada siapa ia
bisa me- minta keterangan lebih lanjut. Tapi, setelah beberapa saat, karena
Frodo tidak menunjukkan tanda-tanda akan langsung menulis buku di situ, para
hobbit kembali pada pertanyaan mereka tentang peristiwa-peristiwa di Shire.
Ternyata Frodo tidak begitu komunikatif, dan tak lama kemudian ia cuma duduk
sendirian di pojok, mendengarkan dan melihat-lihat sekelilingnya.
Manusia-Manusia dan para
Kurcaci kebanyakan membicarakan peristiwa-peristiwa di tempat jauh dan
memberitakan jenis-jenis kabar yang sekarang sudah sangat dikenal. Ada kesulitan di Selatan,
dan tampaknya Manusia-Manusia yang
datang lewat Greenway hendak pindah tempat tinggal, mencari wilayah yang bisa
menawarkan hidup tenteram. Bangsa Bree menaruh simpati, tapi jelas tidak siap
untuk menerima sejumlah besar orang asing di negeri mereka yang kecil Salah
seorang pelancong, bermata juling dan tidak ramah, meramalkan bahwa semakin
banyak orang akan datang ke utara dalam waktu dekat. "Kalau tidak
disediakan tempat untuk mereka, mereka akan mencarinya sendiri. Mereka punya
hak untuk hidup, sama seperti orang lain," katanya nyaring. Penduduk
setempat kelihatan tak senang mendengar ramalan itu.
Para
hobbit tidak begitu menghiraukan semua itu, dan saat ini segala berita tersebut
kelihatannya tidak begitu berhubungan dengan kaum hobbit. Makhluk-Makhluk Besar
tak mungkin memohon ikut tinggal dalam lubang hobbit. Mereka lebih tertarik
pada Pippin dan Sam, yang sekarang sudah mulai merasa betah, dan bercakap-cakap
riang tentang kejadian-kejadian di Shire. Pippin menimbulkan tawa cukup ramai
dengan menceritakan keruntuhan atap Town Hole di Michel Delving: Will Whitfoot,
sang Wali Kota, dan hobbit paling gemuk di Wilayah Barat, terkubur dalam kapur,
dan keluar dengan tampang seperti kue bola berlapis tepung. Tapi ada beberapa
pertanyaan yang membuat Frodo merasa tidak nyaman. Salah satu orang Bree, yang
tampaknya sudah beberapa kali mengunjungi Shire, ingin tahu di mana keluarga
Underhill tinggal, dan dengan siapa mereka bertalian keluarga.
Tiba-tiba Frodo
memperhatikan ada seorang pria berpenampilan asing, dengan wajah keras dimakan
cuaca, sedang duduk di tempat gelap dekat dinding; orang itu juga mendengarkan
omongan kaum hobbit dengan penuh perhatian. Sebuah cangkir logam ada di
depannya, dan ia mengisap sebatang pipa bertangkai panjang dengan ukiran aneh.
Kakinya dijulurkan ke depan, menunjukkan sepatu bot dari kulit lentur yang pas
sekali, tapi tampaknya sudah sering dipakai dan sekarang dikotori lumpur
kering. Mantel dari kain hijau tua, yang sudah usang karena perjalanan, menutup
rapat tubuhnya, dan meski ruangan itu panas, ia memakai kerudung menutupi
wajahnya; tapi kilatan matanya terlihat ketika ia memperhatikan para hobbit.
"Siapa itu?"
tanya Frodo, ketika mendapat kesempatan untuk berbisik pada Mr. Butterbur.
"Rasanya Anda belum memperkenalkan dia."
"Dia?" si
pemilik penginapan menjawab dengan berbisik juga, melirik tanpa menolehkan
kepala. "Aku tidak begitu tahu. Dia salah satu dari bangsa pengembara-para
Penjaga Hutan, kami menyebut mereka. Dia jarang berbicara, tapi dia bisa
menceritakan. kisah langka kalau mau. Dia suka menghilang selama sebulan, atau
setahun, lalu muncul lagi. Musim semi lalu dia sering keluar-masuk; tapi
akhir-akhir ini aku belum melihatnya. Siapa namanya, aku belum pernah dengar,
tapi di sekitar sini dia dikenal sebagai Strider. Berjalan kaki ke sana kemari cepat sekali,
dan tak pernah cerita pada siapa pun, apa alasannya dia terburu-buru. Tapi
Timur dan Barat memang tak bisa diuraikan, begitulah kata orang di
Bree-maksudnya kaum Penjaga Hutan dan orang-orang dari Shire, maaf. Lucu bahwa
Anda menanyakan tentang dia." Tapi tepat pada saat itu Mr. Butterbur
dipanggil karena ada permintaan bir lebih banyak lagi, jadi ia tak sempat
menjelaskan komentarnya yang terakhir.
Frodo sekarang melihat
Strider sedang memandangnya, seolah ia telah mendengar atau menduga semua yang
dibicarakan. Tak lama kemudian, dengan lambaian tangan dan anggukan, Strider
mengundang Frodo untuk mendekat dan duduk bersamanya. Saat Frodo mendekat,
Strider membuka kerudungnya. Maka tersingkaplah kepala berambut panjang gelap
bebercak kelabu, dan sepasang mata kelabu tajam dalam wajah pucat dan kaku.
"Orang-orang
memanggilku Strider," katanya dengan suara rendah. "Aku sangat senang
bertemu denganmu, Master... Underhill, kalau Butterbur tua mendengar namamu
dengan benar."
"Nah, Master
Underhill," kata Strider, "kalau aku jadi kau, aku akan menghentikan
kawan-kawanmu yang muda berbicara terlalu banyak Minum, perapian, dan pertemuan
kebetulan sangat menyenangkan, tapi, well... di sini bukan Shire. Banyak orang
aneh berkeliaran. Meski kubilang jangan, kau boleh memikirkannya,"
tambahnya dengan senyum sedih, melihat lirikan Frodo. "Dan bahkan ada
pelancong yang lebih aneh lagi melewati Bree akhir-akhir ini," lanjutnya
sambil memperhatikan wajah Frodo.
Frodo membalas tatapannya,
tapi tidak mengatakan apa pun. Strider tidak memberi isyarat lagi. Perhatiannya
tiba-tiba tertuju pada Pippin. Dengan tercengang Frodo menyadari bahwa si Took
muda yang konyol itu rupanya semakin bersemangat karena keberhasilannya dengan
kisah Wall Kota Michel Delving yang gemuk, dan sekarang ia malah menyajikan
uraian jenaka tentang pesta perpisahan Bilbo. Ia sudah mulai meniru pidato
Bilbo, dan hampir mendekati bagian tentang lenyapnya Bilbo secara misterius.
Frodo jengkel. Kisah itu
tidak begitu berbahaya bagi kebanyakan hobbit setempat: hanya sebuah kisah
jenaka tentang orang-orang lucu di seberang Sungai; tapi beberapa orang
(Butterbur tua misalnya) tahu satu-dua hal, dan mungkin sudah lama mendengar
desas-desus tentang hilangnya Bilbo. Itu akan memunculkan nama Baggins dalam
pikiran mereka, terutama kalau sudah ada pertanyaan tentang nama itu di Bree.
Frodo gelisah,
bertanya-tanya dalam hati, apa yang harus ia lakukan. Pippin rupanya sangat
menikmati perhatian yang diperolehnya, dan mulai lupa bahaya yang mengancam
mereka. Frodo takut Pippin akan menyebut-nyebut Cincin itu; kalau itu terjadi,
berbahaya sekali.
"Sebaiknya kau segera
bertindak!" bisik Strider di telinganya.
Frodo melompat ke atas
meja, dan mulai berbicara. Perhatian penonton Pippin teralihkan. Beberapa
hobbit memandang Frodo, lalu tertawa dan bertepuk tangan, karena mengira Mr.
Underhill sudah mabuk kebanyakan minum bir.
Frodo mendadak merasa
bodoh sekali, dan menyadari dirinya (seperti kebiasaannya kalau sedang
berpidato) meraba-raba benda-benda di sakunya. Ia meraba
Cincin pada rantainya, dan tanpa bisa dijelaskan, muncul hasrat untuk
mengenakannya dan menghilang dari keadaan sulit itu. Hasrat itu seolah datang
dari luar dirinya, dari seseorang atau sesuatu di dalam ruangan itu. Dengan
tegas ia menahan godaan tersebut, dan memegang Cincin di tangannya, seolah
mencengkeramnya, mencegahnya lari atau berbuat nakal. Tapi hal itu tidak
memberinya ilham. Ia mengucapkan beberapa "kata-kata pantas", seperti biasa dilakukan
di Shire: kami semua sangat bersyukur dengan keramahan penyambutan Anda
sekalian, dan aku memberanikan diri berharap bahwa kunjungan singkat ini akan membantu
memperbaharui tali persahabatan lama antara Shire dan Bree; lalu ia berhenti
dan batuk-batuk.
Semua di ruangan itu
sekarang memandangnya. "Nyanyi!" teriak salah seorang hobbit.
"Nyanyi! Nyanyi!" teriak semua yang lain, “Ayo, Master, nyanyikan sesuatu
untuk kami, yang belum pernah kami dengar!"
Untuk beberapa saat Frodo
berdiri melongo. Lalu dengan nekat ia mulai menyanyikan sebuah lagu konyol yang
dulu disukai Bilbo (dan bahkan dibanggakannya karena ia sendiri yang mengarang
kata-katanya). Lagu itu tentang sebuah penginapan, dan mungkin karena itulah ia
terlintas dalam benak Frodo saat itu. Berikut ini sajaknya yang lengkap.
Sekarang hanya beberapa kata yang diingat, biasanya.
Ada sebuah penginapan, penginapan tua ceria
di bawah bukit tua kelabu letaknya,
Bir buatan mereka begitu cokelat
Sampai Manusia Bulan sendiri turun melihat
Suatu malam untuk minum sepuasnya.
Pengasuh kuda punya kucing mabuk
yang sangat mahir main biola;
Gesek ke atas, gesek ke bawah,
Kadang melengking tinggi, kadang mendengkur rendah,
meliak-liuk dengan nada ceria.
Pemilik penginapan punya anjing kecil
yang suka sekali mendengar kelakar;
Kalau tetamu sedang bercanda, Dia ikut memasang telinga
dan tertawa sampai tergetar-getar
Sapi bertanduk pun mereka punya
angkuhnya bukan kepalang;
Mendengar musik membuatnya bergoyang,
Melambaikan ekornya dengan girang
Dia berdansa di rumput sampai siang.
Dan lihatlah barisan piring perak
deretan sendok perak serta garpu!
Untuk hari Minggu ada sepasang khusus, Yang digosok hati-hati agar tampak
mulus
pada siang-siang hari Sabtu.
Manusia Bulan minum banyak,
si kucing pun melolong tak terkira;
Piring-sendok di meja berdansa,
Sapi di kebun berjingkrak jingkrak gila,
dan anjing kecil mengejar ekornya.
Manusia Bulan mengambil mug lain
lalu berguling ke bawah kursi;
Dia tidur nyenyak dan bermimpi,
Sampai bintang-bintang tak bersinar lagi,
dan datanglah fajar pagi.
Kata pengasuh kuda pada kucing mabuk:
"Kuda-kuda putih dari Bulan,
Mereka meringkik mengentakkan kaki;
Tapi titan mereka sudah asyik bermimpi,
sementara malam terus berjalan!"
Maka kucing memainkan biola hei-tra la la,
irama cepat dan riuh setengah mati:
Mendecit nada cepat tak terperikan,
Sementara pemilik penginapan mengguncang Manusia Bulan:
katanya, "Sudah lewat jam tiga pagi!"
Manusia Bulan digulingkan ke bukit
dibungkus masuk ke dalam Bulan,
Sementara kuda-kudanya berderap di belakang,
Dan sapi melonjak-lonjak ikut datang,
piring-sendok pun muncul berlarian.
Biola berbunyi semakin cepat;
anjing mulai menggeram,
Sapi dan kuda-kuda berdiri di atas kepala;
Tamu-tamu melompat dari ranjang dengan gembira
dan berdansa riang berdentam-dentam.
Ping, pong, senar biola putus!
sapi meloncat melewati Bulan,
Si anjing kecil tertawa geli melihat kelucuan,
Piring hari Sabtu berlari lintang pukang
disusul sendok hari Minggu di belakang.
Bulan bulat berguling ke balik bukit,
memberi giliran kepada Matahari,
Dan Matahari hampir-hampir tak percaya;
Sebab meski sudah siang, betapa ajaibnya,
semua orang malah justru tidur lagi!
Tepuk tangan keras dan
panjang terdengar. Suara Frodo lumayan bagus, dan lagu itu menyenangkan mereka.
"Di mana si tua Barley?" seru mereka. "Dia harus dengar ini. Bob
harus mengajari kucingnya main biola, lalu kita bisa berdansa." Mereka meminta
lebih banyak bir, lalu mulai berteriak, "Ayo, lagi, Master! Ayolah! Sekali
lagi!"
Mereka memaksa Frodo minum
lagi, lalu mulai bernyanyi lagi, diikuti oleh banyak di antara mereka, karena
lagu itu cukup terkenal, dan mereka cepat hafal kata-katanya. Sekarang giliran
Frodo merasa puas dengan dirinya sendiri. Ia menari-nari gembira di atas meja;
dan ketika untuk kedua kalinya ia sampai pada sapi meloncat melewati Bulan, ia
melompat ke atas. Terlalu bersemangat, hingga ia jatuh... beng... ke atas baki
penuh mug, dan tergelincir, lalu menggelinding dan meja dengan bunyi gedubrak,
kelontang, dan bam! Penonton membuka mulut lebar-lebar untuk tertawa, tapi lalu
diam melongo; karena si penyanyi sudah menghilang. Ia lenyap begitu saja, seolah tembus lewat lantai, tanpa meninggalkan lubang!
Hobbit-hobbit setempat
memandang tercengang, lalu melompat dan berteriak memanggil Barliman. Seluruh
kumpulan itu menjauhkan diri dari Pippin dan Sam, yang ditinggal berduaan di pojok,
dipandangi dengan curiga dan ragu dari kejauhan. Sudah jelas sekarang, mereka
dianggap pendamping seorang tukang sihir pengembara, yang punya kekuatan tak
terduga dan tujuan entah apa. Tapi ada satu orang Bree kehitaman yang menatap
mereka dengan ekspresi tahu dan setengah mengejek, yang membuat mereka merasa
sangat tidak nyaman. Akhirnya ia menyelinap keluar dari pintu, diikuti si orang
selatan yang juling: kedua orang itu sudah berbisik berdua cukup lama sepanjang
sore. Harry, si penjaga gerbang, juga keluar menyusul mereka.
Frodo merasa bodoh sekali.
Karena tidak tahu harus berbuat apa, ia merangkak keluar dari bawah meja-meja,
ke sudut gelap dekat Strider, yang duduk tak bergerak dan tidak menunjukkan
reaksi apa Pun. Frodo bersandar pada dinding dan melepaskan Cincin-nya.
Bagaimana Cincin itu bisa terpasang pada jarinya, ia tidak tahu. Ia hanya bisa menduga bahwa ia meraba-raba benda itu di sakunya sementara
bernyanyi, dan jarinya masuk ke Cincin itu ketika ia menjulurkan tangan untuk
menghindari terjatuh. Sejenak ia bertanya dalam hati, apakah bukan Cincin itu
sendiri yang mempermainkannya; mungkin ia mencoba menyingkap sesuatu, sebagai
jawaban atas suatu keinginan atau perintah yang terasa di ruangan itu. Frodo
tidak suka pada orang-orang yang tadi pergi keluar.
"Well?" kata
Strider ketika ia muncul kembali. "Kenapa kaulakukan itu? Lebih buruk
daripada celotehan kawan-kawanmu! Tindakanmu sama sekali tidak bijaksana!"
"Aku tidak mengerti
maksudmu,"' kata Frodo, jengkel dan takut.
"Ah, kau tahu,"
jawab Strider, "tapi sebaiknya kita menunggu sampai kegemparan mereda.
Lalu, Mr. Baggins, aku ingin bicara dengan tenang denganmu."
"Tentang apa?"
tanya Frodo, tidak mengacuhkan sapaan Strider atas nama aslinya.
"Suatu masalah
penting-bagi kita berdua," jawab Strider, sambil menatap mata Frodo
lekat-lekat. "Kau mungkin akan mendengar sesuatu yang menguntungkan
bagimu."
"Baiklah," kata
Frodo, berusaha kelihatan acuh tak acuh. "Aku akan berbicara denganmu
nanti."
Sementara itu, sebuah perdebatan berlangsung dekat perapian. Mr. Butterbur
berlari masuk, dan sekarang berusaha mendengarkan beberapa uraian yang saling
berlawanan tentang kejadian tersebut pada saat bersamaan.
"Aku melihatnya, Mr.
Butterbur," kata seorang hobbit, "maksudku... aku tidak melihatnya
lagi, kalau Anda paham maksudku. Dia lenyap begitu saja, bisa dikatakan
begitu."
"Ah, masa, Mr.
Mugwort!" kata pemilik penginapan, kelihatan heran. "Ya, benar!"
jawab Mugwort. "Lagi pula, aku berkata benar." "Pasti ada yang salah,"
kata Butterbur sambil menggelengkan kepala. "Tak mungkin Mr. Underhill
bisa lenyap begitu saja; di tengah orang banyak begitu."
"Lalu di mana
dia?" teriak beberapa suara.
"Mana aku tahu? Dia
boleh pergi ke mana dia suka, asal dia bayar besok pagi. Itu Mr. Took: dia
tidak menghilang."
"Pokoknya aku melihat
apa yang kulihat, dan aku melihat apa yang tidak kulihat," kata Mugwort
keras kepala.
"Dan aku bilang ada
kesalahan," ulang Butterbur, sambil memungut baki dan mengumpulkan
benda-benda tembikar yang pecah.
"Tentu saja ada
kesalahan!" kata Frodo. "Aku tidak menghilang. Ini aku! Aku baru saja
mengobrol sedikit dengan Strider di pojok."
Ia maju ke dalam cahaya
api; tapi kebanyakan dari mereka mundur menjauh, bahkan lebih gelisah daripada
sebelumnya. Mereka sama sekali tidak puas dengan penjelasannya bahwa tadi ia
merangkak di bawah meja-meja setelah terjatuh. Kebanyakan para hobbit dan
Orang-Orang Bree langsung pergi dengan marah saat itu juga, sama sekali tak
ingin melanjutkan hiburan malam itu. Satu-dua memandang Frodo dengan curiga,
dan pergi sambil menggerutu di antara mereka sendiri. para Kurcaci, dan dua
atau tiga orang asing yang masih tertinggal, bangkit berdiri dan mengucapkan
selamat malam kepada pemilik penginapan, tapi tidak kepada Frodo dan
kawan-kawannya. Tak lama kemudian, tinggal Strider yang terus duduk tak
diperhatikan di dekat dinding.
Mr. Butterbur tidak tampak
terpengaruh. Mungkin ia merasa penginapannya akan penuh lagi pada malam-malam
mendatang, setelah misteri yang sekarang terjadi didiskusikan dengan saksama.
"Nah, apa yang sudah kaulakukan, Mr. Underhill?" tanyanya.
"Menakut-nakuti pelangganku dan memecahkan tembikarku dengan
akrobatmu!"
"Aku sangat menyesal
telah menimbulkan masalah," kata Frodo. "Ini tidak disengaja, yakinlah.
Ini kecelakaan yang sangat sial."
"Baiklah, Mr.
Underhill! Tapi kalau hendak melakukan jungkir-balik, atau sulap, atau apa pun,
sebaiknya kau memberitahu dulu-dan memperingatkan aku. Kami di sini agak curiga
pada apa pun yang sedikit aneh-gaib, maksudku; dan kami tidak bisa begitu saja
menyukainya."
"Aku tidak akan
melakukan hal semacam itu lagi, Mr. Butterbur, aku janji. Dan sekarang aku akan
pergi tidur. Kami akan berangkat besok, pagi-pagi. Maukah kau mengatur agar
kuda-kuda kami siap jam delapan?"
"Baik! Tapi, sebelum
kau pergi, aku mau bicara secara pribadi denganmu, Mr. Underhill. Aku baru
teringat sesuatu yang harus kuceritakan padamu. Kuharap kau tidak akan salah
terima. Kalau aku sudah membereskan beberapa hal, aku akan datang ke kamarmu, kalau
kauizinkan."
"Tentu saja!"
kata Frodo, tapi semangatnya merosot. Ia bertanya-tanya, berapa banyak
pembicaraan pribadi yang mesti dilayaninya sebelum ia bisa tidur, dan apa yang
akan terungkap. Apakah semua orang ini bersekongkol melawannya? ia bahkan mulai
curiga akan adanya rencana-rencana gelap tersembunyi di balik wajah gemuk si
Butterbur tua.
BAB 10
STRIDER
Frodo, Pippin, dan Sam kembali ke ruang duduk. Tidak ada cahaya di sana. Merry tidak ada, dan
api sudah mengecil. Baru setelah nyala api mereka embus sampai berkobar tinggi,
dan beberapa kayu bakar dilemparkan ke atasnya, mereka sadar bahwa Strider
mengikuti mereka. Itu dia duduk dengan tenang di dekat pintu!
"Halo!" kata
Pippin. "Siapa kau, dan apa maumu?"
"Aku dipanggil
Strider," jawabnya, "mungkin temanmu lupa, tapi dia sudah berjanji
akan berbicara denganku."
"Katamu aku akan
mendengar sesuatu yang mungkin menguntungkan bagiku," kata Frodo.
"Jadi, apa yang mau kaukatakan?"
"Beberapa hat,"
jawab Strider. "Tapi, tentu saja, aku punya harga."
"Apa maksudmu?"
tanya Frodo tajam.
"Jangan kaget!
Maksudku hanya begini: aku akan menceritakan
apa yang kuketahui, dan
memberimu nasihat bagus-tapi aku vmenginginkan imbalan."
"Dan apakah imbalan
itu?" tanya Frodo. Ia menduga yang dihadapinya ini seorang bajingan, dan
dengan perasaan kurang enak ia ingat bahwa ia hanya membawa sedikit uang.
Jumlahnya tidak akan memuaskan seorang bajingan, dan ia tak bisa menyisihkan
uang itu sedikit pun. "Tidak lebih daripada kemampuanmu," jawab
Strider dengan senyuman lamban, seolah bisa menebak pikiran Frodo. "Hanya
ini: kau harus membawaku serta dengan rombonganmu, sampai aku mau meninggalkan
kalian."
"Oh, begitu!"
jawab Frodo, tercengang tapi tidak begitu lega. "Kalaupun aku butuh
pendamping lain, aku tidak akan begitu saja menerimamu, sampai aku tahu lebih
banyak tentang dirimu dan kegiatanmu."
“Bagus!” seru Strider,
menyilangkan kakinya dan duduk bersandar dengan nyaman. "Kelihatannya kau
sudah memakai akal sehat lagi, baguslah. Kau terlalu ceroboh sejauh ini.
Baiklah! Aku akan menceritakan apa yang kuketahui, dan membiarkanmu memutuskan
tentang imbalanku. Kau mungkin akan senang memberikannya, kalau kau sudah
mendengar ceritaku."
"Teruskan!" kata
Frodo. "Apa yang kauketahui?"
"Terlalu banyak;
terlalu banyak hal-hal gelap," kata Strider muram. "Tapi mengenai
urusanmu..." ia bangkit berdiri dan pergi ke pintu, membukanya cepat, dan
melihat ke luar. Lalu ia menutupnya perlahan dan duduk lagi. "Aku punya telinga
tajam," lanjutnya, merendahkan suaranya, "dan meski aku tak bisa
menghilang, aku sudah memburu banyak makhluk liar dan waspada, dan aku bisa
menghindari ketahuan, kalau aku mau. Nah, semalam aku berada di balik pagar, di
Jalan sebelah barat Bree, ketika empat hobbit keluar dari Downlands. Tak perlu
kuulangi semua yang mereka katakan pada Bombadil tua, atau di antara mereka
sendiri, tapi satu hat menarik perhatianku. Ingat, kata salah satu dad mereka,
nama Baggins tak boleh disebut-sebut. Aku Mr Underhill, kalau ada nama yang
harus disebut. Itu sangat menarik perhatianku, maka aku pun mengikuti mereka ke
sini. Aku menyelinap memanjat gerbang, persis di belakang mereka. Mungkin Mr.
Baggins mempunyai alasan jujur untuk menyembunyikan namanya; kalau begitu, aku
harus menasihati dia dan kawan-kawannya agar lebih berhati-hati."
"Aku tidak mengerti,
apa daya tarik namaku untuk orang-orang di Bree," kata Frodo marah,
"dan aku masih belum tahu, mengapa ini menarik perhatianmu. Mr. Strider
mungkin punya alasan jujur untuk memata-matai dan menguping; kalau memang
begitu, aku minta dia menjelaskannya."
"Jawaban bagus!"
kata Strider sambil tertawa. "Tapi penjelasannya sederhana: aku sedang
mencari hobbit bernama Frodo Baggins. Aku ingin segera menemukannya. Aku sudah
tahu dia pergi dari Shire sambil membawa, well, sebuah rahasia yang berhubungan
denganku dan teman-temanku.
"Nah, jangan salah
tangkap!" seru Strider, saat Frodo bangkit dari kursinya, dan Sam melompat
sambil mengerutkan dahi. "Aku akan lebih berhati-hati dengan rahasia itu daripada
kalian. Dan kehati-hatian memang diperlukan!" ia mencondongkan badannya ke
depan dan memandang mereka. "Waspadai setiap bayangan!" katanya
dengan suara rendah. "Para Penunggang Hitam sudah melewati Bree. Hari
Senin ada satu yang datang melalui Greenway, kata orang; dan satu lagi muncul
kemudian, datang melewati Greenway dari selatan."
Sepi sebentar. Akhirnya
Frodo berbicara pada Pippin dan Sam, "Seharusnya aku sudah menduga, dari
cara penjaga gerbang menyalami kita," katanya. "Dan rupanya pemilik penginapan
juga tahu sesuatu. Kenapa dia mendesak kita untuk bergabung den-an rombongan
lainnya? Dan mengapa kita bersikap begitu bodoh? Seharusnya kita tetap di dalam
sini dengan tenang."
"Itu akan lebih
baik," kata Strider. "Sebenarnya aku mencoba mencegah kalian masuk ke
ruang utama, seandainya bisa; tapi pemilik penginapan tidak mengizinkan aku
menemuimu, atau mengantarkan pesan."
"Apakah menurutmu
dia...," Frodo memulai.
"Tidak, aku tidak
punya pandangan buruk tentang Butterbur tua. Hanya saja dia tidak menyukai
pengembara misterius seperti aku." Frodo memandangnya dengan heran.
"Well, penampilanku memang agak seperti bajingan, bukan?" kata
Strider sambil mengulum bibirnya, dan kilauan aneh muncul di matanya.
"Tapi kuharap kita bisa saling mengenal lebih baik. Setelah itu, kuharap
kau mau menjelaskan apa yang terjadi pada akhir nyanyianmu. Olok-olok kecil
itu..."
"Itu hanya
kecelakaan!" sela Frodo.
"Aku ragu," kata
Strider. "Kecelakaan, eh? Kecelakaan itu telah membahayakan
posisimu."
"Tidak lebih membahayakan
daripada sebelumnya," kata Frodo. "Aku tahu para Penunggang kuda itu
mengejarku; tapi sekarang tampaknya mereka sudah gagal dan sudah pergi."
"Jangan harap!"
kata Strider tajam. "Mereka akan kembali. Dan lebih banyak lagi yang bakal
datang. Ada yang lain-lainnya. Aku tahu jumlahnya. Aku kenal
Penunggang-Penunggang ini." ia berhenti, matanya dingin dan keras.
"Dan ada beberapa orang di Bree yang tidak bisa dipercaya,"
lanjutnya. "Bill Ferny, misalnya. Reputasinya jelek di Bree-land, dan
orang-orang aneh suka mengunjunginya. Pasti kau melihatnya di kumpulan
orang-orang tadi; seorang pria kehitaman yang tampak selalu mengejek. Dia dekat
sekali dengan salah satu pendatang asing dari Selatan, dan mereka menyelinap
keluar persis setelah 'kecelakaanmu'. Tidak semua orang Selatan itu bermaksud
baik; dan tentang Ferny, dia akan menjual apa pun pada siapa pun; atau membuat
keonaran hanya demi kesenangan."
"Apa yang akan dijual
Ferny, dan apa hubungan kecelakaanku dengannya?" kata Frodo, masih
bertekad untuk pura-pura tak mengerti
"Berita tentang kau,
tentu," jawab Strider. "Uraian tentang pertunjukanmu akan sangat
menarik perhatian beberapa orang tertentu. Setelah itu, mereka tak perlu
diberitahu namamu yang sebenarnya. Menurutku, sebelum malam ini berakhir mereka
sudah mendengar tentang peristiwa tadi. Apakah itu sudah cukup? Terserah kau
tentang imbalanku; kau boleh mengajakku sebagai pemandu jalan, atau tidak.
Boleh kukatakan aku tahu semua negeri di antara Shire dan Pegunungan Berkabut,
karena aku sudah mengembara di sana bertahun-tahun. Aku lebih tua daripada
penampilanku. Siapa tahu aku akan berguna. Kau harus meninggalkan jalan terbuka
setelah malam ini, karena para Penunggang itu akan mengawasinya siang-malam.
Mungkin kau bisa melarikan diri dari Bree dan akan dibiarkan melangkah maju
sementara Matahari bersinar; tapi kau tidak akan pergi jauh. Mereka akan
menyergapmu di belantara, di suatu tempat gelap di mana tidak ada pertolongan.
Apakah kau ingin mereka menemukanmu? Mereka sangat mengerikan!"
Para hobbit memandangnya,
dan kaget melihat wajahnya menyeringai bagai kesakitan, tangannya mencengkeram
kedua lengan kursinya. Ruangan itu sepi dan sangat hening, cahaya seolah
semakin suram. Untuk beberapa saat Strider duduk dengan tatapan kosong, seolah sedang
mengembara jauh dalam ingatannya, atau mendengarkan bunyi-bunyi Malam di
kejauhan.
"Nah!" serunya
setelah beberapa saat, menyapukan tangan ke dahinya. "Barangkali aku tahu
lebih banyak tentang pengejarmu daripada kalian. Kalian takut pada mereka, tapi
belum cukup takut. Besok kalian harus lari, kalau bisa. Strider bisa membawa
kalian melalui jalan-jalan yang jarang dilalui. Kau mau mengajakku?"
Keheningan berat mencekam.
Frodo tidak menjawab, benaknya bingung, penuh keraguan dan ketakutan. Sam mengerutkan
dahi dan menatap majikannya, dan akhirnya mencetuskan,
"Dengan seizin Anda,
Mr. Frodo, aku akan bilang tidak! Strider ini, dia memperingatkan kita dan
bilang supaya hati-hati; aku bilang ya untuk itu, dan kita mulai dengan dia.
Dia datang dari daerah Belantara, dan aku belum pernah mendengar kebaikan apa
pun tentang orang-orang macam dia. Dia memang tahu sesuatu, itu jelas, dan dia
tahu lebih banyak daripada yang kuanggap aman; tapi itu bukan alasan untuk
membiarkan dia memimpin kita keluar ke suatu tempat gelap di mana tidak ada
pertolongan, seperti katanya."
Pippin gelisah dan
kelihatan tidak nyaman. Strider tidak menjawab Sam, tapi memalingkan matanya
yang tajam ke arah Frodo. Frodo menangkap lirikannya dan membuang muka.
"Tidak," katanya perlahan.
"Aku tidak setuju.
Kupikir, kupikir kau bukan seperti penampilanmu
Kau mulai berbicara padaku
seperti orang Bree, tapi suaramu berubah. Tapi Sam kelihatannya benar tentang
ini: Aku tidak mengerti, mengapa kau menyuruh kami hati-hati, tapi juga meminta
kami menerimamu atas dasar kepercayaan belaka. Kenapa harus menyamar? Siapa
kau? Apa yang sebenarnya kauketahui tentang... urusanku, dan bagaimana kau tahu
itu?"
"Pelajaran tentang
kewaspadaan sudah kalian pelajari dengan baik," kata Strider dengan senyuman
muram. "Tapi kewaspadaan dan keraguan adalah dua hal berbeda. Kalian tidak
akan pernah sampai ke Rivendell sendirian, dan mempercayaiku adalah kesempatan
kalian satu-satunya. Kalian harus memutuskan. Aku akan menjawab beberapa
pertanyaan kalian, kalau itu membantu untuk mengambil keputusan. Tapi mengapa
harus mempercayai ceritaku, kalau kalian toh tidak mempercayaiku? Bagaimanapun,
beginilah ceritanya..."
Saat itu terdengar ketukan di pintu. Mr. Butterbur datang membawa
lilin-lilin, dan di belakangnya ada Nob dengan kaleng-kaleng penuh air panas.
Strider mundur ke pojok gelap.
"Aku datang untuk
mengucapkan selamat malam," kata pemilik penginapan itu, sambil meletakkan
lilin-lilin di meja. "Nob! Bawa airnya ke kamar-kamar!" ia masuk dan
menutup pintu.
"Begini,"
Butterbur memulai, sambil ragu dan kelihatan khawatir. "Kalau aku
melakukan sesuatu yang merugikan, aku menyesal sekali. Tapi satu hal mendorong
yang lainnya, seperti kalian tahu; dan aku orang sibuk. Berbagai urusan dalam
minggu ini telah membuatku jadi pelupa, seperti kata pepatah; tapi
mudah-mudahan tidak terlambat. Begini, aku diminta menunggu hobbit-hobbit dari
Shire, dan terutama satu yang bernama Baggins."
"Lalu apa hubungannya
dengan aku?" tanya Frodo.
"Ah! Kau pasti:
tahu," kata pemilik penginapan dengan penuh arti. "Aku tidak akan
membuka rahasiamu, tapi aku diberitahu bahwa Baggins ini akan memakai nama
Underhill, dan aku diberikan uraian yang cocok betul denganmu, kalau boleh
kukatakan."
"Oh, ya? Kalau
begitu, ayo katakan!" kata Frodo, menyela dengan kurang bijak.
"Seorang pria gagah
kecil dengan pipi merah, " kata Mr. Butterbur dengan khidmat. Pippin
tertawa kecil, tapi Sam kelihatan marah. "Itu tidak banyak membantu;
kebanyakan hobbit tampangnya seperti itu, Barley, dia berkata padaku,"
lanjut Mr. Butterbur sambil melirik pippin. "Tapi yang ini lebih tinggi
dari kebanyakan, dan lebih bagus dari kebanyakan, dan dia mempunyai belahan
pada dagunya; laki-laki keren dengan mata tajam. Maaf, tapi dia yang mengatakan
itu, bukan aku."
"Dia yang
mengatakannya? Dan siapa dia itu?" tanya Frodo bersemangat.
"Ah! Gandalf, kalau
kau tahu maksudku. Kata orang, dia tukang sihir, tapi bagaimanapun dia teman
baikku. Sekarang aku tidak tahu apa yang akan dikatakannya padaku, kalau aku
bertemu lagi dengannya: entah dia akan membuat seluruh bir di sini menjadi
masam, atau mengubahku menjadi sebatang kayu, aku tidak akan heran. Dia agak
tergesa-gesa. Namun apa yang sudah terjadi tak bisa dibatalkan."
"Well, apa yang sudah
kaulakukan?" kata Frodo, mulai tak sabar dengan penuturan Butterbur yang
lamban dan bertele-tele.
"Sampai di mana
aku?" tanya pemilik penginapan itu sambil menjentikkan jarinya. "Oh,
ya! Gandalf. Tiga bulan yang lalu, dia masuk langsung ke kamarku tanpa mengetuk
pintu. Barley, katanya, aku akan pergi besok pagi. Kau mau melakukan sesuatu
untukku? Katakan saja, kataku. Aku terburu-buru, katanya, dan aku sendiri tidak
punya waktu, tapi aku ingin pesanku dibawa ke Shire. Apa kau punya orang untuk
mengirimkannya, dan yang bisa dipercaya untuk pergi? Aku bisa mencarikan
seseorang, kataku, besok, mungkin, atau lusa. Besok saja, katanya, lalu dia
memberikan sepucuk surat padaku.
"Ada alamatnya yang
jelas," kata Mr. Butterbur, mengeluarkan sepucuk surat dari sakunya, lalu
membacakan alamatnya dengan perlahan dan bangga (ia sangat menghargai
reputasinya sebagai orang terpelajar),
Mr FRODO BAGGINS, BAG END,
HOBBITON di SHIRE.
"Surat untukku dari
Gandalf!" seru Frodo.
"Ah!" kata Mr.
Butterbur. "Kalau begitu, namamu yang sebenarnya memang Baggins?"
"Memang," kata
Frodo, "dan sebaiknya kau segera memberikan surat itu padaku, dan
menjelaskan kenapa kau tidak pernah mengirimkannya. Kurasa itulah yang tadi
hendak kauceritakan padaku, meski kau menghabiskan waktu lama sekali untuk
sampai pada masalah sebenarnya."
Mr. Butterbur tampak
gelisah. "Kau benar, Master," katanya, "dan aku minta maaf. Aku
benar-benar takut akan apa yang dikatakan Gandalf, kalau kelalaianku ternyata
mencelakakan. Tapi aku tidak menyimpannya dengan sengaja. Aku mengamankannya. Aku
tak bisa menemukan orang yang mau pergi ke Shire keesokannya, atau hari
berikutnya, dan anak buahku sendiri tak bisa kubiarkan pergi; lalu satu dan
lain hal mengusir surat itu dari benakku. Aku orang sibuk Aku akan berusaha
melakukan apa pun untuk membetulkannya, dan kalau aku bisa menolong, sebutkan
saja.
"Terlepas dari surat
itu, aku sudah berjanji pada Gandalf. Barley, katanya padaku, sahabatku ini
dari Shire, dia mungkin akan datang ke sini tak lama lagi, dia dan yang
lainnya. Dia akan menyebut dirinya Underhill. Ingat itu! Tapi kau tidak perlu
menanyakan apa-apa. Kalau aku tidak bersamanya, mungkin dia bakal mendapat
kesulitan, dan butuh pertolongan. Lakukan apa yang bisa kaulakukan untuknya,
dan aku akan bersyukur, katanya. Sekarang di sinilah kau, dan kesulitan
tampaknya tidak jauh darimu."
"Apa maksudmu?"
tanya Frodo.
"Orang-orang hitam
ini," kata si pemilik penginapan, merendahkan suaranya. "Mereka
mencari Baggins, dan kalau mereka bermaksud baik, maka aku mungkin bukan
manusia, tapi hobbit. Waktu itu hari Senin, semua anjing melolong dan
angsa-angsa meleter. Ajaib, kataku. Nob, dia datang memberitahuku bahwa ada dua
orang hitam di depan pintu, menanyakan seorang hobbit bernama Baggins. Rambut
Nob semuanya berdiri. Aku menyuruh kedua orang hitam itu pergi, dan membanting
pintu di depan mereka; tapi mereka sudah menanyakan hal yang sama sepanjang
jalan sampai ke Archet, kudengar. Dan si Strider itu, dia juga bertanya-tanya.
Berusaha masuk ke sini menemuimu, sebelum kau makan."
"Memang!" kata
Strider tiba-tiba, maju ke dalam cahaya. "Dan banyak kesulitan bisa
dihindari, seandainya kau membiarkannya masuk, Barliman."
Pemilik penginapan itu
melompat kaget. "Kau!" teriaknya. "Kau selalu muncul. Apa yang
kauinginkan sekarang?"
"Dia di sini dengan
seizinku," kata Frodo. "Dia datang untuk menawarkan bantuannya."
"Well, mungkin kau
tahu urusanmu sendiri," kata Mr. Butterbur, sambil memandang Strider
dengan curiga. "Tapi kalau aku jadi kau, aku tidak akan menerima bantuan
seorang Penjaga Hutan."
"Kalau begitu, siapa
yang akan kauterima?" tanya Strider. "Seorang pemilik penginapan
gendut yang hanya ingat namanya sendiri karena orang-orang meneriakkannya
sepanjang hari? Mereka tak bisa selamanya tinggal di sini, dan mereka juga tak
bisa pulang. Perjalanan mereka masih panjang. Apa kau mau pergi bersama mereka,
mengusir orang-orang hitam itu?”
"Aku? Meninggalkan
Bree? Aku tak mau melakukan itu, biarpun dibayar," kata Mr. Butterbur,
kelihatan takut sekali. "Tapi kenapa kau tidak bisa tetap di sini dengan
tenang_ untuk sementara, Mr. Underhill? Apa maksudnya semua kejadian aneh ini?
Apa yang dikejar orang-orang hitam ini, dan dari mana mereka, aku ingin
tahu."
"Maaf, aku tak bisa
menjelaskan semuanya," jawab Frodo. "Aku lelah dan sangat cemas, dan
ceritanya panjang. Tapi kalau kau bermaksud membantu, aku perlu
memperingatkanmu bahwa kau dalam bahaya selama aku di rumahmu. Para Penunggang
Hitam ini: aku tidak yakin, tapi kukira, aku khawatir mereka datang
dari..."
"Mereka datang dari
Mordor," kata Strider dengan suara rendah. "Dari Mordor, Barliman,
kalau kau tahu apa artinya itu."
"Astaga!" teriak
Mr. Butterbur dengan wajah pucat; nama itu tampaknya ia kenal. "Itu berita
terburuk yang sampai ke Bree pada masa ini.”
"Memang," kata
Frodo. "Kau masih mau membantuku?"
"Aku mau," kata
Mr. Butterbur. "Lebih ingin dari semula. Meski aku tidak tahu, apa yang
bisa dilakukan orang seperti aku untuk melawan, melawan...," ia berkata
gugup.
"Melawan Bayangan di
Timur," kata Strider tenang. "Tidak banyak, Barliman, tapi sedikit
bantuan pun akan membantu. Kau bisa membiarkan Mr. Underhill tinggal di sini
malam ini, sebagai Mr. Underhill, dan kau bisa melupakan nama Baggins, sampai
dia sudah jauh dari sini."
"Akan
kulakukan," kata Butterbur. "Tapi tanpa bantuanku pun mereka akan
tahu bahwa dia ada di sini, itu yang kukhawatirkan. Sayang sekali Mr. Baggins
menarik perhatian orang-orang pada dirinya sendiri tadi sore. Kisah Mr. Bilbo
pergi sudah pernah didengar di Bree. Bahkan Nob yang lamban itu pun sudah bisa
menduga-duga; dan ada orang-orang lain di Bree yang lebih cepat mengerti
daripada dia."
"Yah, kita hanya bisa
berharap para Penunggang Hitam belum kembali," kata Frodo.
"Kuharap tidak,"
kata Butterbur. "Tapi hantu atau bukan hantu, mereka tidak akan mudah
masuk ke penginapan ini. Jangan khawatir sampai pagi. Nob tidak akan mengatakan
apa pun. Tidak akan ada orang hitam masuk pintuku, sementara aku masih berdiri.
Aku dan anak buahku akan berjaga malam ini; tapi sebaiknya kalian tidur sebisa
mungkin."
"Bagaimanapun, kami
harus dibangunkan saat fajar," kata Frodo. "Kami harus berangkat
sepagi mungkin. Sarapan jam enam tiga puluh, kalau bisa."
"Baik! Aku akan
mengurusnya," kata si pemilik penginapan. "Selamat malam, Mr.
Baggins—Underhill, mestinya! Selamat malam—nah! Ke mana Mr. Brandybuck?"
"Aku tidak
tahu," kata Frodo, tiba-tiba cemas sekali. Mereka lupa tentang Merry, dan
malam sudah larut. "Aku khawatir dia sedang ke luar. Dia bilang ingin
keluar untuk menghirup hawa segar."
"Well, kalian memang
perlu dijaga dan jangan salah: anggap saja rombongan kalian ini sedang
berlibur!" kata Butterbur. "Aku harus pergi dan secepatnya menutup
pintu-pintu, tapi aku akan memastikan temanmu dibiarkan masuk bila dia datang.
Sebaiknya kusuruh Nob mencarinya, Selamat malam semuanya!" Akhirnya Mr.
Butterbur pergi, dengan lirikan ragu ke arah Strider dan gelengan kepala. Bunyi
langkah kakinya . menghilang melewati selasar.
"Nah," kata Strider. "Kapan kau akan membuka surat
itu?" Frodo mengamati segelnya dengan cermat, sebelum membukanya.
Tampaknyal memang dari Gandalf. Di dalamnya ada pesan berikut, tertulis dalam
tulisan tangan tukang sihir yang tegas tapi luwes:
KUDA MENARI, BREE. Hari
Pertengahan Tahun, Tahun Shire, 1418.
Frodo yang baik,
Berita buruk sampai
kepadaku. Aku harus segera pergi. Sebaiknya kau segera meninggalkan Bag End dan
keluar dari Shire, paling lambat sebelum akhir Juli. Aku akan kembali sesegera
mungkin, dan aku akan menyusulmu kalau ternyata kau sudah pergi. Tinggalkan
pesan untukku di sini, kalau kau melewati Bree. Kau bisa mempercayai pemilik
penginapan ini (Butterbur). Kau mungkin akan bertemu seorang sahabatku di Jalan
Timur: seorang Manusia, kurus, gelap, jangkung, oleh beberapa orang dipanggil
Strider Dia tahu urusan kita dan akan membantumu. Pergilah ke Rivendell. Di
sana kuharap kita akan bertemu lagi. Kalau aku tidak datang, Elrond akan
memberitahumu.
Sahabatmu yang terburu-buru,
GANDALF.
PS. JANGAN gunakan ITU
lagi, walau dengan alasan apa pun! Jangan berjalan di malam hari!
PPS. Pastikan dia benar-benar
Strider yang asli. Banyak orang asing di jalan. Nama aslinya Aragorn.
Emas belum tentu gemerlap,
Tak semua pengembara tersesat;
Yang tua tapi kokoh akan bertahan tetap,
Akar yang tertanam dalam akan bertahan kuat.
Dari abu akan menyala api,
Dari bayangan akan muncul cahaya;
Mata pisau yang patah akan diperbaharui,
Yang tidak bermahkota 'kan kembali menjadi raja.
PPPS. Kuharap Butterbur segera
mengirimkan ini. Dia orang baik, tapi ingatannya seperti gudang sesak: barang
yang dibutuhkan selalu terkubur. Kalau dia lupa, akan kupanggang dia.
Selamat jalan!
Frodo membaca surat itu,
lalu menyerahkannya pada Pippin dan Sam. "Butterbur tua benar-benar
mengacaukan keadaan!" katanya. "Dia pantas dipanggang. Kalau aku
segera menerima surat ini, kita semua mungkin sudah aman di Rivendell sekarang.
Tapi apa yang terjadi pada Gandalf? Dia menulis seolah dia dalam bahaya
besar."
"Dia sudah melakukan
itu bertahun-tahun," kata Strider.
Frodo menoleh dan
memandang Strider sambil merenung, bertanya-tanya tentang catatan tambahan
kedua dalam surat Gandalf. "Kenapa kau tidak segera mengatakan kau sahabat
Gandalf?" tanyanya. "Itu akan menghemat waktu."
"O ya? Apakah di
antara kalian ada yang percaya padaku sebelumnya?" kata Strider. "Aku
tidak tahu apa pun tentang surat ini. Aku hanya tahu aku perlu membujukmu untuk
mempercayaiku, tanpa bukti-bukti, kalau aku harus menolongmu. Bagaimanapun, aku
memang tidak berniat langsung menceritakan semua tentang diriku. Aku harus
mempelajarimu dulu, dan harus merasa yakin tentang kalian. Musuh sudah pernah
memasang perangkap untukku. Kalau sudah yakin, aku siap menceritakan apa saja
yang kautanyakan. Tapi perlu kuakui," tambahnya dengan tawa ganjil,
"bahwa aku berharap kau akan menerimaku apa adanya. Orang yang dikejar-kejar
kadang-kadang jemu dengan kecurigaan dan mendambakan persahabatan. Tapi... yah,
penampilanku memang merugikan aku."
"Memang—setidaknya
pada pandangan pertama," tawa Pippin yang sekarang merasa lega, setelah
membaca surat Gandalf. "Penampilan memang bisa menipu, seperti kata
orang-orang di Shire; dan aku yakin kami juga akan kelihatan sepertimu kalau
berhari-hari berbaring di selokan dan parit."
"Makan waktu lebih
dari beberapa hari, atau minggu, atau tahun, mengembara di wilayah Belantara
untuk membuatmu tampak seperti Strider," jawabnya. "Dan kau akan mati
duluan, kecuali kau lebih kuat daripada kelihatannya:"
Pippin mengalah; tapi Sam
masih penasaran, dan masih memandang Strider dengan curiga. "Bagaimana
kami tahu kau adalah Strider yang dibicarakan Gandalf?" tuntutnya.
"Kau sama sekali tidak menyebut-nyebut Gandalf, sampai suratnya muncul.
Kau bisa saja mata-mata yang menyamar, mencoba agar kami mau ikut denganmu.
Sekarang, apa katamu?"
"Kataku, kau orang
yang berani," jawab Strider, "tapi satu-satunya jawaban yang bisa
kuberikan padamu, Sam Gamgee, hanya ini. Kalau aku sudah membunuh Strider yang
asli, aku juga bisa membunuhmu. Dan aku pasti sudah akan membunuhmu tanpa
banyak bicara. Kalau aku mengejar Cincin itu, aku bisa mendapatkannya—SEKARANG!"
Ia berdiri, dan mendadak
sosoknya seolah semakin tinggi. Matanya menyorotkan cahaya tajam berwibawa. Ia menyingkap mantelnya ke belakang, dan meletakkan tangannya pada pangkal
pedang yang tersembunyi menggantung di sisinya. Mereka tidak berani bergerak.
Sam duduk melongo sambil memandangnya dengan dungu.
"Tapi aku memang
Strider yang asli, untunglah," katanya sambil memandang mereka, wajahnya
melembut oleh senyuman tiba-tiba. "Aku Aragorn, putra Arathorn; dan kalau
dengan hidup atau mati aku bisa menyelamatkan kalian, aku akan
melakukannya."
Hening... lama sekali. Akhirnya Frodo berbicara dengan ragu-ragu. "Aku
sudah percaya kau seorang sahabat, bahkan sebelum surat itu datang,"
katanya, "atau setidaknya begitulah harapanku. Kau menakuti aku beberapa
kali malam ini, tapi tak pernah seperti yang bakal dilakukan para anak buah
Musuh, atau begitulah dalam bayanganku. Kukira mata-mata Musuh akan... yah,
kelihatan lebih bagus dari luar, tapi terasa lebih busuk di dalamnya, kalau kau
paham maksudku."
"Aku paham,"
tawa Strider. "Aku tampak buruk dari luar, tapi terasa bagus di dalamnya.
Begitukah? Emas belum tentu gemerlap, tak semua pengembara tersesat."
“Jadi, sajak itu
menggambarkan dirimu rupanya?” tanya Frodo
"Aku tadi tidak mengerti
maksudnya. Tapi bagaimana kau tahu sajak itu ada di dalam surat Gandalf, kalau
kau belum pernah melihatnya?"
"Aku tidak
tahu," jawabnya. "Tetapi aku Aragorn, dan sajak itu mendampingi
namaku." Ia menarik pedangnya, dan mereka melihat memang pedang itu pecah
satu kaki di bawah pangkalnya. "Tidak banyak berguna, bukan, Sam?"
kata Strider. "Tapi sebentar lagi pedang ini akan ditempa kembali."
Sam membisu.
"Nah," kata
Strider, "dengan seizin Sam, kita anggap urusan ini selesai. Strider akan
menjadi pemandu kalian. Kita akan menghadapi perjalanan berat besok. Meski kita
berhasil meninggalkan Bree tanpa halangan, sekarang kita tak bisa berharap
pergi tanpa diketahui. Tapi aku akan berusaha sesegera mungkin menghilangkan
jejak. Aku tahu satu-dua jalan keluar dari Bree-land, selain jalan utama.
Begitu kita bisa melepaskan diri dari pengejaran, aku akan pergi ke
Weathertop."
"Weathertop?"
kata Sam. "Apa itu?"
"Sebuah bukit di
sebelah utara Jalan Timur, sekitar separuh perjalanan dari sini ke Rivendell.
Dan sana pemandangannya luas ke sekitar; di sana kita bisa melihat sekeliling
kita. Gandalf akan pergi ke tempat itu kalau dia menyusul kita. Setelah
Weathertop, perjalanan akan semakin sulit, dan kita harus memilih antara
beberapa macam bahaya."
"Kapan terakhir kau
bertemu Gandalf?" tanya Frodo. "Apa kau tahu di mana dia, atau apa
yang dilakukannya?"
Strider tampak muram.
"Aku tidak tahu," katanya. "Aku pergi ke barat dengannya musim
semi lalu. Aku sering menjaga perbatasan Shire beberapa tahun belakangan ini,
saat Gandalf sibuk di tempat lain. Dia jarang membiarkannya tidak terjaga. Kami
terakhir bertemu pada hari pertama bulan Mei: di Sam Ford, dekat Brandywine.
Dia menceritakan padaku bahwa urusannya denganmu berjalan baik, dan bahwa kau
akan berangkat ke Rivendell pada minggu terakhir September. Karena aku tahu dia
mendampingimu, aku pergi untuk urusanku sendiri. Dan ternyata itu berakibat
buruk; Gandalf rupanya mendapat suatu berita, dan aku tidak ada di sana untuk
membantunya.
"Aku merasa cemas,
untuk pertama kali sejak aku kenal dengannya. Seharusnya kita sudah menerima
kabar, meski dia sendiri tak bisa datang. Ketika aku kembali, beberapa hari
yang lalu, aku mendengar kabar buruk itu. Sudah tersiar luas bahwa Gandalf
hilang, dan para Penunggang kuda sudah berkeliaran. Bangsa Peri dari Gildor
yang menceritakan ini padaku; kemudian mereka menceritakan bahwa kau sudah
meninggalkan rumahmu; tapi tak ada berita tentang kepergianmu dari Buckland.
Aku sudah mengawasi Jalan Timur dengan cemas."
"Menurutmu, apakah
para Penunggang Hitam itu ada hubungannya dengan ini—dengan hilangnya Gandalf,
maksudku?" tanya Frodo.
"Menurutku tidak ada
hal lain yang bisa menghambat dia, kecuali Musuh sendiri," kata Strider.
"Tapi jangan putus harapan! Gandalf lebih hebat daripada yang kalian
kira-biasanya kalian hanya melihat kelakar dan permainannya. Tapi urusan kita
ini akan menjadi tugasnya yang paling besar."
Pippin menguap.
"Maaf," katanya, "tapi aku lelah sekali. Meski banyak bahaya dan
kekhawatiran, aku harus tidur, kalau tidak aku akan tertidur sambil duduk di
sini. Ke mana kawan sinting kita, Merry? Benar-benar keterlaluan kalau kita
masih harus keluar dalam gelap untuk mencarinya."
Saat itu mereka mendengar bunyi pintu dibanting, lalu langkah kaki berlari
melewati selasar. Merry masuk secepat kilat, diikuti Nob. Ia menutup pintu
tergesa-gesa, dan bersandar di sana. Napasnya terengah-engah. Sejenak mereka
memandangnya dengan kaget, lalu ia berkata terengah-engah, "Aku melihat
mereka, Frodo! Aku melihat mereka! Para Penunggang Hitam!"
"Para Penunggang
Hitam!" seru Frodo. "Di mana?"
"Di sini. Di desa.
Aku tidak ke mana-mana selama satu jam. Lalu, karena kalian tidak kembali, aku
keluar untuk berjalan-jalan. Sepulangnya berjalan-jalan, aku berdiri di luar
cahaya lampu, sambil memandang bintang-bintang. Mendadak aku menggigil, dan
merasa sesuatu yang menyeramkan merangkak mendekatiku: ada semacam bayangan
yang lebih gelap di antara bayang-bayang di seberang jalan persis di luar batas
cahaya lampu. Penunggang itu segera menyelinap kembali ke dalam gelap, tanpa
suara. Tidak ada kuda."
"Ke mana dia
pergi?" tanya-Strider dengan tiba-tiba dan tajam.
Merry kaget, baru
menyadari kehadiran orang asing itu. "Lanjutkan!" kata Frodo.
"Ini teman Gandalf. Aku akan menjelaskan nanti."
"Tampaknya dia pergi
ke Jalan Timur, ke arah timur," lanjut Merry. "Aku berusaha
mengikutinya. Tapi dia langsung lenyap; aku membelok di tikungan, dan berjalan
sampai sejauh rumah terakhir di Jalan Timur."
Strider menatap Merry
keheranan. "Kau sangat berani," katanya, "tapi itu bodoh
sekali."
"Aku tidak
tahu," kata Merry. "Bukan berani maupun bodoh, kukira. Aku tak bisa
menahan diri. Aku seolah ditarik. Pokoknya, aku pergi, dan tiba-tiba aku
mendengar suara-suara dekat pagar. Satu menggerutu, satunya lagi berbisik atau
mendesis. Aku tak bisa mendengar satu kata pun yang diucapkan. Aku tidak
merangkak lebih dekat, karena seluruh tubuhku mulai gemetaran. Lalu aku merasa
ngeri, dan berbalik, dan baru saja akan lari pulang, ketika sesuatu datang dari
belakang dan aku... aku terjatuh."
"Aku menemukannya,
Sir," tambah Nob. "Mr. Butterbur menyuruhku pergi sambil membawa
lentera. Aku pergi ke Gerbang, Barat, lalu kembali ke arah Gerbang Selatan.
Persis dekat rumah Bill Ferny, rasanya aku melihat sesuatu di Jalan Timur. Aku
tak bisa memastikannya, tapi kelihatannya ada dua laki-laki sedang membungkuk
di atas sesuatu, dan mengangkatnya. Aku berteriak, tapi ketika aku sampai di
tempat itu, mereka sudah tak terlihat, dan hanya ada Mr. Brandybuck tengkurap
di pinggir jalan. Dia seperti sedang tidur. 'Aku mengira aku jatuh ke dalam air
dalam,' katanya padaku, ketika aku menggoyang-goyangkannya. Sikapnya aneh
sekali, dan begitu aku membangunkannya, dia bangkit dan lari kembali ke sini
seperti kelinci."
"Itu benar,"
kata Merry, "meski aku tidak tahu apa yang kukatakan tadi. Aku bermimpi
jelek sekali, dan tak bisa kuingat lagi. Aku hancur berantakan. Aku tidak tahu
apa yang terjadi denganku."
"Aku tahu," kata
Strider. "Napas Hitam. Para Penunggang itu pasti meninggalkan kuda mereka
di luar, dan masuk diam-diam melalui Gerbang Selatan. Mereka semua sekarang
sudah tahu beritanya, karena mereka mengunjungi Bill Ferny; dan mungkin
pendatang dari Selatan itu juga mata-mata. Mungkin akan terjadi sesuatu malam
ini, sebelum kita meninggalkan Bree."
"Apa yang akan
terjadi?" kata Merry. "Apa mereka akan menyerang penginapan
ini?"
"Tidak, kurasa
tidak," kata Strider. "Mereka belum semuanya terkumpul di sini. Dan
bagaimanapun, itu bukan cara mereka. Dalam kegelapan dan kesepian, mereka
paling kuat; mereka tidak akan secara terbuka menyerang rumah di mana ada lampu
dan banyak orang—kecuali mereka sudah nekat, dan mereka juga tidak akan
menyerang selama jarak bermil-mil ke Eriador masih terbentang di depan kita.
Tapi mereka bisa menebar teror, dan beberapa orang di Bree sudah berada dalam
cengkeraman mereka. Mereka akan mendorong orang-orang malang itu untuk
melakukan kejahatan: Ferny, dan beberapa orang asing, dan mungkin penjaga
gerbang juga. Mereka berbicara dengan Harry di Gerbang Barat kemarin. Aku
memperhatikan mereka. Harry pucat pasi dan gemetaran setelah mereka
pergi."
"Rupanya banyak musuh
di sekitar kita," kata Frodo. "Apa yang harus kita lakukan?"
"Tetaplah di sini,
dan jangan masuk ke kamar-kamar kalian' Mereka pasti sudah tahu yang mana kamar
kalian. Kamar-kamar hobbit mempunyai jendela menghadap ke utara, dan dekat ke
tanah. Kita semua akan berkumpul bersama, memalangi pintu dan jendela. Tapi Nob
dan aku akan mengambil barang-barang kalian dulu."
Sementara Strider pergi, Frodo
menceritakan dengan cepat pada Merry semua yang sudah terjadi setelah makan
malam. Merry masih membaca dan merenungi surat Gandalf ketika Strider dan Nob
kembali.
"Nah,
Tuan-Tuan," kata Nob, "aku sudah memberantakkan seprai-seprai dan
memasang guling di tengah setiap tempat tidur. Dan aku membuat tiruan bagus
kepala Anda dengan keset wol cokelat, Mr. Bag... Underhill, Sir,"
tambahnya sambil nyengir.
Pippin tertawa.
"Bagus sekali!" katanya. "Tapi apa yang akan terjadi kalau
mereka sudah membuka kedok penyamaran itu?"
"Kita lihat saja
nanti," kata Strider. "Moga-moga saja kita bisa mempertahankan kubu
ini sampai besok pagi."
"Selamat malam
semuanya," kata Nob, lalu pergi untuk turut berjaga mengawasi pintu-pintu.
Mereka menumpuk
ransel-ransel dan perlengkapan di lantai ruang duduk. Sebuah kursi diletakkan
di belakang pintu, dan jendela ditutup. Ketika Pippin mengintip keluar, ia
melihat malam masih sangat terang. Rasi bintang Beruang Besar masih mengayun
cerah di atas pundak bukit Bree. Lalu Pippin menutup dan memalang kerai-kerai
jendela sebelah dalam yang berat, dan menutup tirai-tirainya. Strider
membesarkan api dan meniup mati semua lilin.
Para hobbit berbaring di
selimut mereka, dengan kaki menghadap perapian, tapi Strider duduk di kursi di
belakang pintu. Mereka berbicara sebentar, karena Merry masih punya beberapa
pertanyaan.
"Sapi loncat lewat
Bulan!" Merry terkikik sambil menggulung diri ke dalam selimut.
"Konyol sekali kau, Frodo! Sayang aku tadi tidak ada di sana. Orang-orang
Bree pasti akan membahas kekonyolanmu sampai seratus tahun dari sekarang."
"Kuharap
begitu," kata Strider. Lalu mereka semua terdiam, dan satu demi satu para
hobbit tertidur.
0 komentar:
:ilovekaskus :iloveindonesia :kiss :maho
:najis :nosara :marah :berduka
:malu: :ngakak :repost: :repost2:
:sup2: :cendolbig :batabig :recsel
:takut :ngacir2: :shakehand2: :bingung
:cekpm :cd :hammer :peluk
:toast :hoax: :cystg :dp
:selamat :thumbup :2thumbup :angel
:matabelo :mewek: :request :babyboy:
:babyboy1: :babymaho :babyboy2: :babygirl
:sorry :kr: :travel :nohope
:kimpoi :ngacir: :ultah :salahkamar
:rate5 :cool :bola
by Pakto
:mewek2: :rate-5 :supermaho :4L4Y
:hoax2: :nyimak :hotrit :sungkem
:cektkp :hope :Pertamax :thxmomod
:laper :siul :2malu: :ngintip
:hny :cendolnya
by misterdarvus
:maintenis: :maintenis2: :soccer :devil
:kr2: :sunny
Posting Komentar