facebook

Minggu, 18 Januari 2015

tlotr buku 1 bab 9 & 10 (bukan untuk umum, bacaan pribadi)



BAB 9
DI BAWAH PAPAN NAMA KUDA MENARI

Bree merupakan desa utama di Bree-land, suatu wilayah kecil berpenduduk, seperti sebuah pulau di tengah tanah-tanah kosong di sekelilingnya. Selain Bree, ada Staddle di sisi lain bukit, Combe di lembah dalam sedikit lebih ke timur, dan Archet di pinggir hutan Chetwood. Di sekitar Bree-hill dan desa-desanya terletak wilayah kecil yang terdiri atas padang rumput dan hutan jinak yang hanya beberapa mil luasnya.

            Orang-orang Bree berambut cokelat, berbadan lebar dan agak pendek, periang dan sangat bebas: mereka bangsa merdeka, tapi mereka lebih akrab dengan kaum hobbit, Kurcaci, Peri, dan penduduk lain di dunia sekitar mereka daripada Makhluk-Makhluk Besar lain. Menurut dongeng mereka sendiri, mereka penduduk asli dan keturunan Manusia pertama yang pernah mengembara ke bagian Barat Dunia Tengah. Hanya sedikit yang bertahan dalam huru-hara di Zaman Peri; tapi ketika para Raja kembali lagi melalui Laut Besar, mereka menemukan orang-orang Bree masih di sana, dan sekarang pun mereka masih di sana, ketika ingatan kepada Raja-Raja lama sudah memudar ke dalam rumput.
            Pada masa itu belum ada Manusia lain yang mendirikan hunian begitu jauh ke barat, atau dalam jarak seratus mil dari Shire. Tapi di negeri liar di luar Bree banyak pengembara misterius. Bangsa Bree menamai mereka para Penjaga Hutan, dan tidak tahu-menahu tentang asal-usul mereka. Mereka lebih tinggi dan lebih gelap daripada Orang-Orang Bree, dan diyakini memiliki kekuatan-kekuatan pendengaran dan penglihatan yang aneh, serta bisa. mengerti bahasa hewan dan burung. Mereka mengembara ke selatan sesukanya, dan ke timur bahkan sampai sejauh Pegunungan Berkabut; tapi sekarang jumlah mereka hanya sedikit dan jarang terlihat. Bila muncul, mereka membawa berita dan jauh, dan menceritakan dongeng-dongeng aneh yang terlupakan, yang sangat disukai orang-orang; tapi bangsa Bree tidak bersahabat dengan mereka.
            Banyak juga keluarga hobbit di Bree-land, dan mereka bersikeras bahwa desa mereka adalah perkampungan hobbit tertua di dunia, yang sudah lama didirikan jauh sebelum Brandywine diseberangi dan Shire dihuni. Mereka kebanyakan tinggal di Staddle, meski ada beberapa yang tinggal di Bree, terutama di lereng-lereng bukit yang lebih tinggi, di alas perumahan Manusia. Bangsa Besar dan Bangsa Kecil (sebagaimana mereka saling menyebut) berhubungan baik, mengurusi masalah mereka sendiri dengan cara mereka sendiri, tapi keduanya menganggap diri mereka sebagai bagian yang perlu dari bangsa Bree. Tidak ada tempat lain di dunia di mana aturan ganjil (tetapi bagus) ini bisa ditemukan.
            Bangsa Bree sendiri, Besar dan Kecil, tidak banyak bepergian; dan urusan keempat desa itu menjadi perhatian utama mereka. Kadang-kadang para hobbit dari Bree pergi sampai sejauh Buckland, atau Wilayah Timur, tapi, meski negeri kecil mereka tidak lebih jauh daripada sehari perjalanan naik kuda ke arah timur Jembatan Brandywine, para hobbit dari Shire sekarang jarang mengunjunginya. Sesekali seorang Keluarga Buckland atau Took yang gemar bertualang akan datang ke Kuda Menari untuk semalam dua malam, tapi itu pun sudah semakin jarang. Hobbit dari Shire menyebut hobbit dari Bree, dan yang lain yang tinggal di luar perbatasan, sebagai Orang Luar, dan sangat tidak tertarik pada mereka, menganggap mereka membosankan dan tak tahu adat. Mungkin lebih banyak lagi Orang Luar yang tersebar di bagian Barat Dunia di masa itu, daripada yang dibayangkan orang-orang dari Shire. Beberapa bisa dikatakan tidak lebih baik daripada gelandangan, siap menggali lubang di tebing mana saja dan tinggal selama mereka mau. Tapi setidaknya hobbit di Bree-land adalah golongan beradab dan kaya, dan tidak lebih kasar daripada kebanyakan saudara °mereka di Dalam Shire. Mereka belum lupa bahwa pernah ada masa ketika para hobbit Shire dan Bree saling bolak-balik mengunjungi. Dalam keluarga Brandybuck setidaknya mengalir darah Bree.

Desa Bree mempunyai beberapa ratus rumah batu milik Makhluk-Makhluk Besar, kebanyakan di atas Jalan Timur, bersandar pada lereng bukit dengan jendela-jendela menghadap ke barat. Pada sisi itu, menjulur lebih dari setengah lingkaran dari bukit dan melingkar kembali kepadanya, ada sebuah tanggul dalam dengan pagar tebal di sebelah dalam. Jalan Timur melintas di atasnya dengan jalan lintas atas; tapi di bagian yang menembus pagar, jalan itu tertutup sebuah gerbang besar. Ada gerbang lain di sudut sebelah selatan, di tempat Jalan Timur mengarah ke luar desa. Gerbang-gerbang itu ditutup pada malam hari, tapi persis di dalamnya ada pondok-pondok kecil untuk para penjaga gerbang.
            Di pinggir Jalan Timur, di bagian yang membelok ke kanan untuk mengitari bukit, ada sebuah penginapan besar. Penginapan itu dibangun lama berselang, ketika lalu lintas di jalan-jalan jauh lebih ramai. Bree berdiri di suatu pertemuan jalan-jalan lama; ada jalan kuno lain yang memotong Jalan Timur, persis di luar tanggul di ujung barat desa, dan di masa lalu Manusia dan berbagai bangsa lain banyak bepergian melewatinya. Ungkapan "Aneh seperti kabar dari Bree" masih digunakan di Wilayah Timur, berasal dari masa-masa itu, ketika kabar dari Utara, Selatan, dan Barat bisa didengar di penginapan tersebut, dan ketika para hobbit Shire lebih sering pergi untuk mendengarnya. Tapi Negeri-Negeri Utara sudah lama kosong, dan Jalan Utara jarang digunakan sekarang; jalan itu dipenuhi rumput dan bangsa Bree menyebutnya Greenway, Jalan Hijau.
            Namun begitu, penginapan tersebut masih ada di sana, dan pemiliknya adalah orang pouting. Rumahnya menjadi tempat pertemuan para penganggur, mereka yang senang mengobrol, dan yang suka ingin tahu di antara penduduk besar dan kecil dari keempat desa; penginapan itu juga menjadi tempat menginap bagi Penjaga-Penjaga Hutan dan pengembara lain, serta para pelancong (kebanyakan kurcaci) yang masih bepergian melewati Jalan Timur, ke dan dari Pegunungan.

Sudah gelap, bintang-bintang putih bersinar ketika Frodo dan rombongannya akhirnya tiba di persimpangan Greenway dan mendekati desa. Mereka sampai di Gerbang Barat dan melihat gerbangnya sudah tertutup, tapi pada pintu pondok sebelah dalam, seorang laki-laki tampak sedang duduk. Ia melompat mengambil lentera, dan memandang mereka dengan tercengang dari atas gerbang.
            "Mau apa dan dari mana kalian?" ia bertanya kasar.
            "Kami mau ke penginapan di sini," jawab Frodo. "Kami sedang melancong ke timur dan tidak bisa meneruskan perjalanan malam
            "Hobbit! Empat hobbit! Dari Shire, kalau mendengar cara mereka berbicara," kata penjaga gerbang itu pelan, seolah pada dirinya sendiri. Ia menatap curiga ke arah mereka untuk beberapa saat, lalu dengan perlahan membuka gerbang dan membiarkan mereka lewat.
            "Kami tidak sering melihat bangsa Shire di Jalan Timur pada malam hari," lanjutnya, saat mereka berhenti sebentar di dekat pintunya. "Maaf kalau aku bertanya-tanya urusan apa yang membawa kalian pergi ke timur Bree! Siapa nama Anda sekalian, kalau aku boleh tanya?"
            "Nama dan urusan kami adalah milik kami, dan tampaknya ini bukan tempat yang tepat untuk membahasnya," kata Frodo, yang tidak menyukai penampilan maupun nada suara laki-laki itu.
            "Memang urusan Anda adalah urusan Anda sendiri," kata pria itu, "tapi aku berhak mengajukan pertanyaan setelah malam tiba."
            "Kami hobbit dari Buckland, kami ingin melancong dan tinggal di penginapan di sini," tambah Merry. "Aku Mr. Brandybuck. Sudah cukup? Bangsa Bree biasanya ramah pada para pelancong, atau setidaknya begitulah yang kudengar."
            "Baiklah, baiklah!" kata pria itu. "Aku tidak mau menyinggung perasaan. Tapi akan kalian lihat nanti, lebih banyak orang daripada Harry di gerbang yang akan menanyakan ini-itu pada kalian. Banyak orang aneh di sekitar sini. Kalau kalian pergi ke penginapan itu, kalian akan lihat bahwa bukan kalian saja tamu di sana."
            Ia mengucapkan selamat malam, dan mereka tidak berbicara lagi; dalam cahaya lentera, Frodo melihat pria itu masih memandang mereka dengan penuh rasa ingin tahu. Frodo senang mendengar gerbang tertutup di belakang mereka, ketika mereka melangkah maju. Ia bertanya dalam hati, mengapa pria itu begitu curiga, dan apakah sudah ada orang yang menanyakan kabar tentang rombongan hobbit. Gandalf barangkali? Mungkin ia sudah sampai, sementara mereka tertahan di Forest dan di Downs. Tapi ada sesuatu dalam tatapan dan suara penjaga gerbang itu yang membuatnya merasa tidak nyaman.
            Pria itu masih terus menatap para hobbit untuk beberapa saat, lalu kembali ke rumahnya. Begitu ia membalikkan badan, sebuah sosok gelap memanjat cepat melewati gerbang, dan berbaur dalam keremangan di jalan desa.

Keempat hobbit itu mendaki suatu lereng landai, melewati beberapa rumah lepas, dan berhenti di luar penginapan. Rumah-rumah kelihatan besar dan aneh bagi mereka. Sam menatap bangunan penginapan yang terdiri alas tiga tingkat, dengan banyak jendela, dan merasa semangatnya merosot. Ia sudah membayangkan akan bertemu raksasa yang lebih besar daripada pohon, dan makhluk-makhluk lain yang lebih mengerikan, dalam perjalanannya; tapi saat pertama kali melihat Manusia dan rumah mereka yang tinggi sudah lebih dari cukup baginya, bahkan terlalu berlebihan sebagai akhir yang gelap dari hari yang melelahkan ini. Ia membayangkan kuda-kuda hitam berdiri siap dalam bayangan di halaman penginapan, dan para Penunggang Hitam mengintip dari jendela-jendela gelap di atas.
            "Kita toh tidak akan tinggal di sini malam ini, Sir?" serunya. "Kalau ada bangsa hobbit yang tinggal di sini, mengapa kita tidak mencari mereka yang mau membiarkan kita menginap di rumahnya? Itu akan lebih terasa seperti di rumah."
            "Apa yang salah dengan penginapan ini?" kata Frodo. "Tom Bombadil menyarankannya. Kupikir kita akan cukup merasa seperti rumah di dalamnya."
            Bahkan dari luar penginapan itu kelihatan seperti rumah nyaman bagi mata yang sudah terbiasa. Bagian depannya menghadap ke Jalan Timur, dan dua sayapnya memanjang ke belakang, pada tanah yang sebagian dipotong dari lereng-lereng bukit yang lebih rendah, sehingga di bagian belakangnya jendela-jendela lantai kedua berada satu level dengan permukaan tanah. Ada lengkungan lebar yang menuntun ke pelataran di antara kedua sayap bangunan itu, dan di sebelah kiri, di bawah lengkungan, ada ambang pintu besar dengan beberapa anak tangga lebar. Pintunya terbuka dan cahaya mengalir keluar dari sana. Di atas lengkungan ada lampu, dan di bawahnya tergantung sebuah papan nama besar: seekor kuda putih gemuk berdiri pada kaki belakangnya. Di atas pintu terpampang tulisan dengan cat putih: KUDA MENARI oleh BARLIMAN BUTTERBUR. Banyak jendela di bawah memperlihatkan cahaya di balik tirai-tirai tebal.
            Saat mereka berdiri bimbang dalam kegelapan di luar, seseorang mulai menyanyikan lagu gembira di dalam, dan banyak suara riang bergabung nyaring dalam paduan suara. Sejenak mereka mendengarkan suara yang membangkitkan 'semangat itu, lalu turun dari kuda-kuda. Lagu itu berakhir, terdengar ledakan tawa dan tepukan tangan.
            Mereka menuntun kuda-kuda ke bawah lengkungan, dan meninggalkan hewan-hewan itu berdiri sementara mereka menaiki tangga. Frodo maju dan hampir bertabrakan dengan seorang laki-laki gemuk pendek berkepala botak dan berwajah merah. Ia memakai celemek putih, dan sibuk keluar satu pintu dan masuk pintu yang lain, sambil membawa baki penuh mug.
            "Bisakah kami...," Frodo memulai.
            "Setengah menit!" teriak laki-laki itu sambil menoleh, lalu menghilang ke dalam hiruk-pikuk suara dan kepulan asap. Sejenak kemudian ia sudah keluar lagi, menyeka tangan pada celemeknya.
            "Selamat sore, tuan kecil!" katanya sambil membungkuk. "Apa yang kalian perlukan?"
            "Tempat tidur untuk empat orang, dan kandang untuk lima kuda, kalau bisa diatur. Apakah Anda Mr. Butterbur?"
            "Betul! Barliman namaku. Barliman Butterbur siap melayani Anda! Kalian dari Shire bukan?" katanya, lalu tiba-tiba ia menepukkan tangannya ke dahi, seolah mencoba mengingat sesuatu. "Hobbit!" serunya. "Wah, mengingatkan aku pada apa, ya? Bolehkah aku tahu nama kalian, Sir?"
            "Mr. Took dan Mr. Brandybuck," kata Frodo, "dan ini Sam Gamgee. Namaku Underhill."
            "Aah!" kata Mr. Butterbur, menceklikkan jarinya. "Sudah hilang lagi! Tapi nanti pasti ingat lagi, kalau aku punya waktu untuk berpikir. Aku terlalu sibuk; tapi akan kulihat apa yang bisa kulakukan untuk kalian. Tidak sering kami menerima kedatangan rombongan dari Shire akhir-akhir ini, dan aku akan menyesal kalau tidak bisa menyambut kalian. Tapi sudah banyak tamu di penginapan malam ini, padahal ini sudah cukup lama tidak terjadi. Tidak pernah hujan, tapi begitu turun, deras sekali, begitulah kata orang Bree.
            "Hei! Nob!" teriaknya. "Di mana kau, kaki lembek melempem? Nob!"
            "Datang, Sir! Aku datang!" Seorang hobbit bertampang riang melompat dari sebuah pintu, dan ketika melihat para pelancong itu, ia berhenti kaget dan menatap mereka dengan penuh minat.
            "Di mana Bob?" tanya pemilik penginapan. "Kau tidak tahu? Well, carilah dia! Cepat! Aku tidak punya enam kaki dan enam mata! Katakan pada Bob, ada lima kuda yang perlu dimasukkan ke kandang. Pokoknya dia harus menyediakan tempat." Nob berlari keluar sambil nyengir dan mengedipkan mata.
            "Nah, tadi aku mau bilang apa, ya?" kata Mr. Butterbur, sambil mengetuk dahinya. "Berbagai hal datang silih berganti, begitulah. Aku sibuk sekali malam ini, sampai kepalaku pusing. Ada rombongan yang datang lewat Greenway dari Selatan tadi malam-itu saja sudah cukup aneh. Lalu ada rombongan kurcaci yang akan pergi ke Barat, datang sore tadi. Dan sekarang ada kalian. Seandainya kalian bukan hobbit, belum tentu aku bisa menyediakan tempat untuk kalian. Tapi kami punya satu-dua kamar di sayap utara, yang dibuat khusus untuk hobbit ketika tempat ini dibangun. Di lantai bawah, seperti kesukaan mereka; berikut jendela-jendela bundar dan sebagainya. Kuharap kalian merasa nyaman. Pasti kalian ingin makan malam. Akan segera dihidangkan. Lewat sini!"
            Ia membimbing mereka melewati selasar, dan membuka sebuah pintu. "Di sini ada ruang duduk kecil yang nyaman!" katanya. "Kuharap cocok. Sekarang aku permisi. Aku sibuk sekali. Tidak ada waktu untuk mengobrol. Aku harus lari lagi. Berat kalau cuma punya dua kaki, tapi aku tidak kurus-kurus juga. Aku akan menengok kalian lagi nanti. Kalau kalian butuh sesuatu, bunyikan bel, dan Nob akan datang. Kalau dia tidak datang, bunyikan bel dan teriaklah!"
            Akhirnya ia keluar, meninggalkan mereka dengan perasaan agak terengah-engah. Mr. Butterbur tampaknya mampu berbicara tanpa henti, betapapun sibuknya dia. Mereka berada dalam ruangan kecil dan nyaman. Ada api kecil menyala terang di perapian, di depannya ada beberapa kursi rendah dan nyaman. Ada meja bundar yang sudah diberi taplak putih, dan di atasnya ada bel-tangan besar. Tapi sebelum mereka sempat membunyikan bel, Nob, si hobbit pelayan, sudah masuk membawa lilin dan baki penuh piring.
            "Apakah Anda ingin minum sesuatu, Tuan-Tuan?" tanyanya. "Dan bolehkah aku menunjukkan kamar tidur Anda, sementara makan malam disiapkan?"
            Mereka sudah mandi dan sedang minum bir enak dalam mug besar ketika Mr. Butterbur dan Nob masuk lagi. Dalam sekejap meja ditata. Ada sup panas, daging dingin, kue tar blackberry, roti baru, lempengan mentega, dan separuh keju matang: makanan sederhana yang enak, seenak yang ada di Shire, dan cukup terasa seperti di rumah sendiri, hingga bisa menghilangkan perasaan waswas Sam (yang sudah agak lega karena kelezatan bir yang diminumnya).
            Pemilik penginapan berlama-lama sedikit, lalu bersiap meninggalkan mereka. "Aku tidak tahu apakah kalian mau bergabung dengan rombongan lain, kalau kalian sudah selesai makan malam," ia berkata sambil berdiri di pintu. "Mungkin kalian, memilih tidur. Tapi para tamu lain akan senang menyambut kalian, kalau kalian bersedia. Kami tidak sering menerima Orang Luar-pelancong dari Shire, maksudku, maaf-dan kami ingin mendengar berita, atau cerita, atau lag" yang kalian suka. Tapi terserah kalian! Bunyikan bel, kalau butuh sesuatu !"
            Mereka merasa sangat segar dan bersemangat pada akhir makan malam (selama tiga perempat jam makan terus tanpa terganggu obrolan yang tidak perlu), sampai-sampai Frodo, Pippin, dan Sam memutuskan bergabung dengan rombongan lainnya. Merry enggan ikut serta, terlalu ramai, katanya. "Aku mau duduk sejenak dekat perapian, dan mungkin nanti keluar sebentar untuk menghirup hawa segar. Ingat, bicara yang sopan, dan jangan lupa... kita sedang melarikan diri secara rahasia, dan masih berada di jalan utama, belum jauh dari Shire!"
            "Baiklah!" kata Pippin. "Jaga dirimu sendiri! Jangan sampai tersesat, dan jangan lupa bahwa di dalam lebih aman!"

Rombongan lainnya berada di ruang besar penginapan tersebut. Kumpulan berbagai macam orang, seperti yang dilihat Frodo ketika matanya sudah terbiasa dengan cahaya. Cahaya itu terutama datang dari kobaran nyala api unggun, karena ketiga lampu yang tergantung di balok langit-langit hanya mengeluarkan cahaya suram dan setengah terselubung asap. Barliman Butterbur sedang berdiri dekat api, berbicara dengan beberapa kurcaci dan satu-dua orang yang kelihatan aneh. Di bangku-bangku duduk berbagai macam orang: Orang-Orang Bree, sekumpulan hobbit setempat (duduk mengobrol bersama), beberapa kurcaci lagi, dan sosok-sosok lain yang samar-samar serta sulit dikenali dalam keremangan, dan di sudut-sudut.
            Begitu para hobbit masuk, Orang-Orang Bree serempak menyapa mereka. Orang-orang asing, terutama yang datang melalui Greenway, memandang mereka dengan rasa ingin tahu. Pemilik penginapan memperkenalkan mereka pada orang-orang Bree, menyebutkan nama-nama dengan begitu cepat, sampai-sampai mereka tidak tahu siapa si pemilik nama itu. Orang-Orang Bree tampaknya mempunyai nama-nama mirip nama tanaman (dan bagi orang Shire terasa aneh), seperti misalnya Rushlight, Goatleaf, Heathertoes, Appledore, Thistlewool, dan Ferny (termasuk juga Butterbur). Beberapa kaum hobbit mempunyai nama sama. Nama Mugwort, misalnya, tak terhitung banyaknya. Tapi kebanyakan mereka mempunyai nama wajar, seperti Banks, Brockhouse, Longhole, Sandheaver, dan Tunnelly, yang juga banyak digunakan di Shire. Ada beberapa Underhill dari Staddle, dan berhubung merasa mempunyai nama belakang yang sama, mereka menyambut Frodo seperti sepupu yang sudah lama hilang.
            Hobbit-hobbit Bree ternyata ramah dan penuh rasa ingin tahu, dan Frodo segera menyadari bahwa mau tak mau ia mesti memberikan sedikit penjelasan tentang dirinya. Ia mengaku tertarik pada sejarah dan ilmu bumi (para pendengarnya geleng-geleng kepala, meski kedua kata itu jarang digunakan dalam logat Bree). Ia mengatakan berniat menulis buku (yang membuat orang-orang terdiam heran), dan bahwa ia dan kawan-kawannya ingin mengumpulkan keterangan tentang hobbit-hobbit yang tinggal di luar Shire, terutama di negeri-negeri timur.
            Mendengar itu, orang-orang langsung berbicara serempak. Kalau Frodo benar-benar ingin menulis buku, dan mempunyai banyak telinga, ia pasti bisa mendapat bahan tulisan untuk sekian bab, dalam beberapa menit saja. Dan seakan-akan itu belum cukup, ia diberi daftar nama lengkap, diawali dengan "Barliman tua ini", pada siapa ia bisa me- minta keterangan lebih lanjut. Tapi, setelah beberapa saat, karena Frodo tidak menunjukkan tanda-tanda akan langsung menulis buku di situ, para hobbit kembali pada pertanyaan mereka tentang peristiwa-peristiwa di Shire. Ternyata Frodo tidak begitu komunikatif, dan tak lama kemudian ia cuma duduk sendirian di pojok, mendengarkan dan melihat-lihat sekelilingnya.
            Manusia-Manusia dan para Kurcaci kebanyakan membicarakan peristiwa-peristiwa di tempat jauh dan memberitakan jenis-jenis kabar yang sekarang sudah sangat dikenal. Ada kesulitan di Selatan, dan  tampaknya Manusia-Manusia yang datang lewat Greenway hendak pindah tempat tinggal, mencari wilayah yang bisa menawarkan hidup tenteram. Bangsa Bree menaruh simpati, tapi jelas tidak siap untuk menerima sejumlah besar orang asing di negeri mereka yang kecil Salah seorang pelancong, bermata juling dan tidak ramah, meramalkan bahwa semakin banyak orang akan datang ke utara dalam waktu dekat. "Kalau tidak disediakan tempat untuk mereka, mereka akan mencarinya sendiri. Mereka punya hak untuk hidup, sama seperti orang lain," katanya nyaring. Penduduk setempat kelihatan tak senang mendengar ramalan itu.
            Para hobbit tidak begitu menghiraukan semua itu, dan saat ini segala berita tersebut kelihatannya tidak begitu berhubungan dengan kaum hobbit. Makhluk-Makhluk Besar tak mungkin memohon ikut tinggal dalam lubang hobbit. Mereka lebih tertarik pada Pippin dan Sam, yang sekarang sudah mulai merasa betah, dan bercakap-cakap riang tentang kejadian-kejadian di Shire. Pippin menimbulkan tawa cukup ramai dengan menceritakan keruntuhan atap Town Hole di Michel Delving: Will Whitfoot, sang Wali Kota, dan hobbit paling gemuk di Wilayah Barat, terkubur dalam kapur, dan keluar dengan tampang seperti kue bola berlapis tepung. Tapi ada beberapa pertanyaan yang membuat Frodo merasa tidak nyaman. Salah satu orang Bree, yang tampaknya sudah beberapa kali mengunjungi Shire, ingin tahu di mana keluarga Underhill tinggal, dan dengan siapa mereka bertalian keluarga.
            Tiba-tiba Frodo memperhatikan ada seorang pria berpenampilan asing, dengan wajah keras dimakan cuaca, sedang duduk di tempat gelap dekat dinding; orang itu juga mendengarkan omongan kaum hobbit dengan penuh perhatian. Sebuah cangkir logam ada di depannya, dan ia mengisap sebatang pipa bertangkai panjang dengan ukiran aneh. Kakinya dijulurkan ke depan, menunjukkan sepatu bot dari kulit lentur yang pas sekali, tapi tampaknya sudah sering dipakai dan sekarang dikotori lumpur kering. Mantel dari kain hijau tua, yang sudah usang karena perjalanan, menutup rapat tubuhnya, dan meski ruangan itu panas, ia memakai kerudung menutupi wajahnya; tapi kilatan matanya terlihat ketika ia memperhatikan para hobbit.
            "Siapa itu?" tanya Frodo, ketika mendapat kesempatan untuk berbisik pada Mr. Butterbur. "Rasanya Anda belum memperkenalkan dia."
            "Dia?" si pemilik penginapan menjawab dengan berbisik juga, melirik tanpa menolehkan kepala. "Aku tidak begitu tahu. Dia salah satu dari bangsa pengembara-para Penjaga Hutan, kami menyebut mereka. Dia jarang berbicara, tapi dia bisa menceritakan. kisah langka kalau mau. Dia suka menghilang selama sebulan, atau setahun, lalu muncul lagi. Musim semi lalu dia sering keluar-masuk; tapi akhir-akhir ini aku belum melihatnya. Siapa namanya, aku belum pernah dengar, tapi di sekitar sini dia dikenal sebagai Strider. Berjalan kaki ke sana kemari cepat sekali, dan tak pernah cerita pada siapa pun, apa alasannya dia terburu-buru. Tapi Timur dan Barat memang tak bisa diuraikan, begitulah kata orang di Bree-maksudnya kaum Penjaga Hutan dan orang-orang dari Shire, maaf. Lucu bahwa Anda menanyakan tentang dia." Tapi tepat pada saat itu Mr. Butterbur dipanggil karena ada permintaan bir lebih banyak lagi, jadi ia tak sempat menjelaskan komentarnya yang terakhir.
            Frodo sekarang melihat Strider sedang memandangnya, seolah ia telah mendengar atau menduga semua yang dibicarakan. Tak lama kemudian, dengan lambaian tangan dan anggukan, Strider mengundang Frodo untuk mendekat dan duduk bersamanya. Saat Frodo mendekat, Strider membuka kerudungnya. Maka tersingkaplah kepala berambut panjang gelap bebercak kelabu, dan sepasang mata kelabu tajam dalam wajah pucat dan kaku.
            "Orang-orang memanggilku Strider," katanya dengan suara rendah. "Aku sangat senang bertemu denganmu, Master... Underhill, kalau Butterbur tua mendengar namamu dengan benar."
            "Memang benar," kata Frodo kaku. Ia merasa jauh dari nyaman di bawah tatapan mata tajam itu.
            "Nah, Master Underhill," kata Strider, "kalau aku jadi kau, aku akan menghentikan kawan-kawanmu yang muda berbicara terlalu banyak Minum, perapian, dan pertemuan kebetulan sangat menyenangkan, tapi, well... di sini bukan Shire. Banyak orang aneh berkeliaran. Meski kubilang jangan, kau boleh memikirkannya," tambahnya dengan senyum sedih, melihat lirikan Frodo. "Dan bahkan ada pelancong yang lebih aneh lagi melewati Bree akhir-akhir ini," lanjutnya sambil memperhatikan wajah Frodo.
            Frodo membalas tatapannya, tapi tidak mengatakan apa pun. Strider tidak memberi isyarat lagi. Perhatiannya tiba-tiba tertuju pada Pippin. Dengan tercengang Frodo menyadari bahwa si Took muda yang konyol itu rupanya semakin bersemangat karena keberhasilannya dengan kisah Wall Kota Michel Delving yang gemuk, dan sekarang ia malah menyajikan uraian jenaka tentang pesta perpisahan Bilbo. Ia sudah mulai meniru pidato Bilbo, dan hampir mendekati bagian tentang lenyapnya Bilbo secara misterius.
            Frodo jengkel. Kisah itu tidak begitu berbahaya bagi kebanyakan hobbit setempat: hanya sebuah kisah jenaka tentang orang-orang lucu di seberang Sungai; tapi beberapa orang (Butterbur tua misalnya) tahu satu-dua hal, dan mungkin sudah lama mendengar desas-desus tentang hilangnya Bilbo. Itu akan memunculkan nama Baggins dalam pikiran mereka, terutama kalau sudah ada pertanyaan tentang nama itu di Bree.
            Frodo gelisah, bertanya-tanya dalam hati, apa yang harus ia lakukan. Pippin rupanya sangat menikmati perhatian yang diperolehnya, dan mulai lupa bahaya yang mengancam mereka. Frodo takut Pippin akan menyebut-nyebut Cincin itu; kalau itu terjadi, berbahaya sekali.
            "Sebaiknya kau segera bertindak!" bisik Strider di telinganya.
            Frodo melompat ke atas meja, dan mulai berbicara. Perhatian penonton Pippin teralihkan. Beberapa hobbit memandang Frodo, lalu tertawa dan bertepuk tangan, karena mengira Mr. Underhill sudah mabuk kebanyakan minum bir.
            Frodo mendadak merasa bodoh sekali, dan menyadari dirinya (seperti kebiasaannya kalau sedang berpidato) meraba-raba benda-benda di sakunya. Ia meraba Cincin pada rantainya, dan tanpa bisa dijelaskan, muncul hasrat untuk mengenakannya dan menghilang dari keadaan sulit itu. Hasrat itu seolah datang dari luar dirinya, dari seseorang atau sesuatu di dalam ruangan itu. Dengan tegas ia menahan godaan tersebut, dan memegang Cincin di tangannya, seolah mencengkeramnya, mencegahnya lari atau berbuat nakal. Tapi hal itu tidak memberinya ilham. Ia mengucapkan beberapa "kata-kata pantas", seperti biasa dilakukan di Shire: kami semua sangat bersyukur dengan keramahan penyambutan Anda sekalian, dan aku memberanikan diri berharap bahwa kunjungan singkat ini akan membantu memperbaharui tali persahabatan lama antara Shire dan Bree; lalu ia berhenti dan batuk-batuk.
            Semua di ruangan itu sekarang memandangnya. "Nyanyi!" teriak salah seorang hobbit. "Nyanyi! Nyanyi!" teriak semua yang lain, “Ayo, Master, nyanyikan sesuatu untuk kami, yang belum pernah kami dengar!"
            Untuk beberapa saat Frodo berdiri melongo. Lalu dengan nekat ia mulai menyanyikan sebuah lagu konyol yang dulu disukai Bilbo (dan bahkan dibanggakannya karena ia sendiri yang mengarang kata-katanya). Lagu itu tentang sebuah penginapan, dan mungkin karena itulah ia terlintas dalam benak Frodo saat itu. Berikut ini sajaknya yang lengkap. Sekarang hanya beberapa kata yang diingat, biasanya.

Ada sebuah penginapan, penginapan tua ceria
di bawah bukit tua kelabu letaknya,
Bir buatan mereka begitu cokelat
Sampai Manusia Bulan sendiri turun melihat
Suatu malam untuk minum sepuasnya.

Pengasuh kuda punya kucing mabuk
yang sangat mahir main biola;
Gesek ke atas, gesek ke bawah,
Kadang melengking tinggi, kadang mendengkur rendah,
meliak-liuk dengan nada ceria.

Pemilik penginapan punya anjing kecil
yang suka sekali mendengar kelakar;
Kalau tetamu sedang bercanda, Dia ikut memasang telinga
dan tertawa sampai tergetar-getar

Sapi bertanduk pun mereka punya
angkuhnya bukan kepalang;
Mendengar musik membuatnya bergoyang,
Melambaikan ekornya dengan girang
Dia berdansa di rumput sampai siang.

Dan lihatlah barisan piring perak
deretan sendok perak serta garpu!
Untuk hari Minggu ada sepasang khusus, Yang digosok hati-hati agar tampak mulus
pada siang-siang hari Sabtu.

Manusia Bulan minum banyak,
si kucing pun melolong tak terkira;
Piring-sendok di meja berdansa,
Sapi di kebun berjingkrak jingkrak gila,
dan anjing kecil mengejar ekornya.

Manusia Bulan mengambil mug lain
lalu berguling ke bawah kursi;
Dia tidur nyenyak dan bermimpi,
Sampai bintang-bintang tak bersinar lagi,
dan datanglah fajar pagi.

Kata pengasuh kuda pada kucing mabuk:
"Kuda-kuda putih dari Bulan,
Mereka meringkik mengentakkan kaki;
Tapi titan mereka sudah asyik bermimpi,
sementara malam terus berjalan!"

Maka kucing memainkan biola hei-tra la la,
irama cepat dan riuh setengah mati:
Mendecit nada cepat tak terperikan,
Sementara pemilik penginapan mengguncang Manusia Bulan:
katanya, "Sudah lewat jam tiga pagi!"

Manusia Bulan digulingkan ke bukit
dibungkus masuk ke dalam Bulan,
Sementara kuda-kudanya berderap di belakang,
Dan sapi melonjak-lonjak ikut datang,
piring-sendok pun muncul berlarian.

Biola berbunyi semakin cepat;
anjing mulai menggeram,
Sapi dan kuda-kuda berdiri di atas kepala;
Tamu-tamu melompat dari ranjang dengan gembira
dan berdansa riang berdentam-dentam.

Ping, pong, senar biola putus!
sapi meloncat melewati Bulan,
Si anjing kecil tertawa geli melihat kelucuan,
Piring hari Sabtu berlari lintang pukang
disusul sendok hari Minggu di belakang.

Bulan bulat berguling ke balik bukit,
memberi giliran kepada Matahari,
Dan Matahari hampir-hampir tak percaya;
Sebab meski sudah siang, betapa ajaibnya,
semua orang malah justru tidur lagi!

            Tepuk tangan keras dan panjang terdengar. Suara Frodo lumayan bagus, dan lagu itu menyenangkan mereka. "Di mana si tua Barley?" seru mereka. "Dia harus dengar ini. Bob harus mengajari kucingnya main biola, lalu kita bisa berdansa." Mereka meminta lebih banyak bir, lalu mulai berteriak, "Ayo, lagi, Master! Ayolah! Sekali lagi!"
            Mereka memaksa Frodo minum lagi, lalu mulai bernyanyi lagi, diikuti oleh banyak di antara mereka, karena lagu itu cukup terkenal, dan mereka cepat hafal kata-katanya. Sekarang giliran Frodo merasa puas dengan dirinya sendiri. Ia menari-nari gembira di atas meja; dan ketika untuk kedua kalinya ia sampai pada sapi meloncat melewati Bulan, ia melompat ke atas. Terlalu bersemangat, hingga ia jatuh... beng... ke atas baki penuh mug, dan tergelincir, lalu menggelinding dan meja dengan bunyi gedubrak, kelontang, dan bam! Penonton membuka mulut lebar-lebar untuk tertawa, tapi lalu diam melongo; karena si penyanyi sudah menghilang. Ia lenyap begitu saja, seolah tembus lewat lantai, tanpa meninggalkan lubang!
            Hobbit-hobbit setempat memandang tercengang, lalu melompat dan berteriak memanggil Barliman. Seluruh kumpulan itu menjauhkan diri dari Pippin dan Sam, yang ditinggal berduaan di pojok, dipandangi dengan curiga dan ragu dari kejauhan. Sudah jelas sekarang, mereka dianggap pendamping seorang tukang sihir pengembara, yang punya kekuatan tak terduga dan tujuan entah apa. Tapi ada satu orang Bree kehitaman yang menatap mereka dengan ekspresi tahu dan setengah mengejek, yang membuat mereka merasa sangat tidak nyaman. Akhirnya ia menyelinap keluar dari pintu, diikuti si orang selatan yang juling: kedua orang itu sudah berbisik berdua cukup lama sepanjang sore. Harry, si penjaga gerbang, juga keluar menyusul mereka.
            Frodo merasa bodoh sekali. Karena tidak tahu harus berbuat apa, ia merangkak keluar dari bawah meja-meja, ke sudut gelap dekat Strider, yang duduk tak bergerak dan tidak menunjukkan reaksi apa Pun. Frodo bersandar pada dinding dan melepaskan Cincin-nya. Bagaimana Cincin itu bisa terpasang pada jarinya, ia tidak tahu. Ia hanya bisa menduga bahwa ia meraba-raba benda itu di sakunya sementara bernyanyi, dan jarinya masuk ke Cincin itu ketika ia menjulurkan tangan untuk menghindari terjatuh. Sejenak ia bertanya dalam hati, apakah bukan Cincin itu sendiri yang mempermainkannya; mungkin ia mencoba menyingkap sesuatu, sebagai jawaban atas suatu keinginan atau perintah yang terasa di ruangan itu. Frodo tidak suka pada orang-orang yang tadi pergi keluar.
            "Well?" kata Strider ketika ia muncul kembali. "Kenapa kaulakukan itu? Lebih buruk daripada celotehan kawan-kawanmu! Tindakanmu sama sekali tidak bijaksana!"
            "Aku tidak mengerti maksudmu,"' kata Frodo, jengkel dan takut.
            "Ah, kau tahu," jawab Strider, "tapi sebaiknya kita menunggu sampai kegemparan mereda. Lalu, Mr. Baggins, aku ingin bicara dengan tenang denganmu."
            "Tentang apa?" tanya Frodo, tidak mengacuhkan sapaan Strider atas nama aslinya.
            "Suatu masalah penting-bagi kita berdua," jawab Strider, sambil menatap mata Frodo lekat-lekat. "Kau mungkin akan mendengar sesuatu yang menguntungkan bagimu."
            "Baiklah," kata Frodo, berusaha kelihatan acuh tak acuh. "Aku akan berbicara denganmu nanti."

Sementara itu, sebuah perdebatan berlangsung dekat perapian. Mr. Butterbur berlari masuk, dan sekarang berusaha mendengarkan beberapa uraian yang saling berlawanan tentang kejadian tersebut pada saat bersamaan.
            "Aku melihatnya, Mr. Butterbur," kata seorang hobbit, "maksudku... aku tidak melihatnya lagi, kalau Anda paham maksudku. Dia lenyap begitu saja, bisa dikatakan begitu."
            "Ah, masa, Mr. Mugwort!" kata pemilik penginapan, kelihatan heran. "Ya, benar!" jawab Mugwort. "Lagi pula, aku berkata benar." "Pasti ada yang salah," kata Butterbur sambil menggelengkan kepala. "Tak mungkin Mr. Underhill bisa lenyap begitu saja; di tengah orang banyak begitu."
            "Lalu di mana dia?" teriak beberapa suara.
            "Mana aku tahu? Dia boleh pergi ke mana dia suka, asal dia bayar besok pagi. Itu Mr. Took: dia tidak menghilang."
            "Pokoknya aku melihat apa yang kulihat, dan aku melihat apa yang tidak kulihat," kata Mugwort keras kepala.
            "Dan aku bilang ada kesalahan," ulang Butterbur, sambil memungut baki dan mengumpulkan benda-benda tembikar yang pecah.
            "Tentu saja ada kesalahan!" kata Frodo. "Aku tidak menghilang. Ini aku! Aku baru saja mengobrol sedikit dengan Strider di pojok."
            Ia maju ke dalam cahaya api; tapi kebanyakan dari mereka mundur menjauh, bahkan lebih gelisah daripada sebelumnya. Mereka sama sekali tidak puas dengan penjelasannya bahwa tadi ia merangkak di bawah meja-meja setelah terjatuh. Kebanyakan para hobbit dan Orang-Orang Bree langsung pergi dengan marah saat itu juga, sama sekali tak ingin melanjutkan hiburan malam itu. Satu-dua memandang Frodo dengan curiga, dan pergi sambil menggerutu di antara mereka sendiri. para Kurcaci, dan dua atau tiga orang asing yang masih tertinggal, bangkit berdiri dan mengucapkan selamat malam kepada pemilik penginapan, tapi tidak kepada Frodo dan kawan-kawannya. Tak lama kemudian, tinggal Strider yang terus duduk tak diperhatikan di dekat dinding.
            Mr. Butterbur tidak tampak terpengaruh. Mungkin ia merasa penginapannya akan penuh lagi pada malam-malam mendatang, setelah misteri yang sekarang terjadi didiskusikan dengan saksama. "Nah, apa yang sudah kaulakukan, Mr. Underhill?" tanyanya. "Menakut-nakuti pelangganku dan memecahkan tembikarku dengan akrobatmu!"
            "Aku sangat menyesal telah menimbulkan masalah," kata Frodo. "Ini tidak disengaja, yakinlah. Ini kecelakaan yang sangat sial."
            "Baiklah, Mr. Underhill! Tapi kalau hendak melakukan jungkir-balik, atau sulap, atau apa pun, sebaiknya kau memberitahu dulu-dan memperingatkan aku. Kami di sini agak curiga pada apa pun yang sedikit aneh-gaib, maksudku; dan kami tidak bisa begitu saja menyukainya."
            "Aku tidak akan melakukan hal semacam itu lagi, Mr. Butterbur, aku janji. Dan sekarang aku akan pergi tidur. Kami akan berangkat besok, pagi-pagi. Maukah kau mengatur agar kuda-kuda kami siap jam delapan?"
            "Baik! Tapi, sebelum kau pergi, aku mau bicara secara pribadi denganmu, Mr. Underhill. Aku baru teringat sesuatu yang harus kuceritakan padamu. Kuharap kau tidak akan salah terima. Kalau aku sudah membereskan beberapa hal, aku akan datang ke kamarmu, kalau kauizinkan."
            "Tentu saja!" kata Frodo, tapi semangatnya merosot. Ia bertanya-tanya, berapa banyak pembicaraan pribadi yang mesti dilayaninya sebelum ia bisa tidur, dan apa yang akan terungkap. Apakah semua orang ini bersekongkol melawannya? ia bahkan mulai curiga akan adanya rencana-rencana gelap tersembunyi di balik wajah gemuk si Butterbur tua.


BAB 10
STRIDER

Frodo, Pippin, dan Sam kembali ke ruang duduk. Tidak ada cahaya di sana. Merry tidak ada, dan api sudah mengecil. Baru setelah nyala api mereka embus sampai berkobar tinggi, dan beberapa kayu bakar dilemparkan ke atasnya, mereka sadar bahwa Strider mengikuti mereka. Itu dia duduk dengan tenang di dekat pintu!
            "Halo!" kata Pippin. "Siapa kau, dan apa maumu?"
            "Aku dipanggil Strider," jawabnya, "mungkin temanmu lupa, tapi dia sudah berjanji akan berbicara denganku."
            "Katamu aku akan mendengar sesuatu yang mungkin menguntungkan bagiku," kata Frodo. "Jadi, apa yang mau kaukatakan?"
            "Beberapa hat," jawab Strider. "Tapi, tentu saja, aku punya harga."
            "Apa maksudmu?" tanya Frodo tajam.
            "Jangan kaget! Maksudku hanya begini: aku akan menceritakan
            apa yang kuketahui, dan memberimu nasihat bagus-tapi aku vmenginginkan imbalan."
            "Dan apakah imbalan itu?" tanya Frodo. Ia menduga yang dihadapinya ini seorang bajingan, dan dengan perasaan kurang enak ia ingat bahwa ia hanya membawa sedikit uang. Jumlahnya tidak akan memuaskan seorang bajingan, dan ia tak bisa menyisihkan uang itu sedikit pun. "Tidak lebih daripada kemampuanmu," jawab Strider dengan senyuman lamban, seolah bisa menebak pikiran Frodo. "Hanya ini: kau harus membawaku serta dengan rombonganmu, sampai aku mau meninggalkan kalian."
            "Oh, begitu!" jawab Frodo, tercengang tapi tidak begitu lega. "Kalaupun aku butuh pendamping lain, aku tidak akan begitu saja menerimamu, sampai aku tahu lebih banyak tentang dirimu dan kegiatanmu."
            “Bagus!” seru Strider, menyilangkan kakinya dan duduk bersandar dengan nyaman. "Kelihatannya kau sudah memakai akal sehat lagi, baguslah. Kau terlalu ceroboh sejauh ini. Baiklah! Aku akan menceritakan apa yang kuketahui, dan membiarkanmu memutuskan tentang imbalanku. Kau mungkin akan senang memberikannya, kalau kau sudah mendengar ceritaku."
            "Teruskan!" kata Frodo. "Apa yang kauketahui?"
            "Terlalu banyak; terlalu banyak hal-hal gelap," kata Strider muram. "Tapi mengenai urusanmu..." ia bangkit berdiri dan pergi ke pintu, membukanya cepat, dan melihat ke luar. Lalu ia menutupnya perlahan dan duduk lagi. "Aku punya telinga tajam," lanjutnya, merendahkan suaranya, "dan meski aku tak bisa menghilang, aku sudah memburu banyak makhluk liar dan waspada, dan aku bisa menghindari ketahuan, kalau aku mau. Nah, semalam aku berada di balik pagar, di Jalan sebelah barat Bree, ketika empat hobbit keluar dari Downlands. Tak perlu kuulangi semua yang mereka katakan pada Bombadil tua, atau di antara mereka sendiri, tapi satu hat menarik perhatianku. Ingat, kata salah satu dad mereka, nama Baggins tak boleh disebut-sebut. Aku Mr Underhill, kalau ada nama yang harus disebut. Itu sangat menarik perhatianku, maka aku pun mengikuti mereka ke sini. Aku menyelinap memanjat gerbang, persis di belakang mereka. Mungkin Mr. Baggins mempunyai alasan jujur untuk menyembunyikan namanya; kalau begitu, aku harus menasihati dia dan kawan-kawannya agar lebih berhati-hati."
            "Aku tidak mengerti, apa daya tarik namaku untuk orang-orang di Bree," kata Frodo marah, "dan aku masih belum tahu, mengapa ini menarik perhatianmu. Mr. Strider mungkin punya alasan jujur untuk memata-matai dan menguping; kalau memang begitu, aku minta dia menjelaskannya."
            "Jawaban bagus!" kata Strider sambil tertawa. "Tapi penjelasannya sederhana: aku sedang mencari hobbit bernama Frodo Baggins. Aku ingin segera menemukannya. Aku sudah tahu dia pergi dari Shire sambil membawa, well, sebuah rahasia yang berhubungan denganku dan teman-temanku.
            "Nah, jangan salah tangkap!" seru Strider, saat Frodo bangkit dari kursinya, dan Sam melompat sambil mengerutkan dahi. "Aku akan lebih berhati-hati dengan rahasia itu daripada kalian. Dan kehati-hatian memang diperlukan!" ia mencondongkan badannya ke depan dan memandang mereka. "Waspadai setiap bayangan!" katanya dengan suara rendah. "Para Penunggang Hitam sudah melewati Bree. Hari Senin ada satu yang datang melalui Greenway, kata orang; dan satu lagi muncul kemudian, datang melewati Greenway dari selatan."
            Sepi sebentar. Akhirnya Frodo berbicara pada Pippin dan Sam, "Seharusnya aku sudah menduga, dari cara penjaga gerbang menyalami kita," katanya. "Dan rupanya pemilik penginapan juga tahu sesuatu. Kenapa dia mendesak kita untuk bergabung den-an rombongan lainnya? Dan mengapa kita bersikap begitu bodoh? Seharusnya kita tetap di dalam sini dengan tenang."
            "Itu akan lebih baik," kata Strider. "Sebenarnya aku mencoba mencegah kalian masuk ke ruang utama, seandainya bisa; tapi pemilik penginapan tidak mengizinkan aku menemuimu, atau mengantarkan pesan."
            "Apakah menurutmu dia...," Frodo memulai.
            "Tidak, aku tidak punya pandangan buruk tentang Butterbur tua. Hanya saja dia tidak menyukai pengembara misterius seperti aku." Frodo memandangnya dengan heran. "Well, penampilanku memang agak seperti bajingan, bukan?" kata Strider sambil mengulum bibirnya, dan kilauan aneh muncul di matanya. "Tapi kuharap kita bisa saling mengenal lebih baik. Setelah itu, kuharap kau mau menjelaskan apa yang terjadi pada akhir nyanyianmu. Olok-olok kecil itu..."
            "Itu hanya kecelakaan!" sela Frodo.
            "Aku ragu," kata Strider. "Kecelakaan, eh? Kecelakaan itu telah membahayakan posisimu."
            "Tidak lebih membahayakan daripada sebelumnya," kata Frodo. "Aku tahu para Penunggang kuda itu mengejarku; tapi sekarang tampaknya mereka sudah gagal dan sudah pergi."
            "Jangan harap!" kata Strider tajam. "Mereka akan kembali. Dan lebih banyak lagi yang bakal datang. Ada yang lain-lainnya. Aku tahu jumlahnya. Aku kenal Penunggang-Penunggang ini." ia berhenti, matanya dingin dan keras. "Dan ada beberapa orang di Bree yang tidak bisa dipercaya," lanjutnya. "Bill Ferny, misalnya. Reputasinya jelek di Bree-land, dan orang-orang aneh suka mengunjunginya. Pasti kau melihatnya di kumpulan orang-orang tadi; seorang pria kehitaman yang tampak selalu mengejek. Dia dekat sekali dengan salah satu pendatang asing dari Selatan, dan mereka menyelinap keluar persis setelah 'kecelakaanmu'. Tidak semua orang Selatan itu bermaksud baik; dan tentang Ferny, dia akan menjual apa pun pada siapa pun; atau membuat keonaran hanya demi kesenangan."
            "Apa yang akan dijual Ferny, dan apa hubungan kecelakaanku dengannya?" kata Frodo, masih bertekad untuk pura-pura tak mengerti
            "Berita tentang kau, tentu," jawab Strider. "Uraian tentang pertunjukanmu akan sangat menarik perhatian beberapa orang tertentu. Setelah itu, mereka tak perlu diberitahu namamu yang sebenarnya. Menurutku, sebelum malam ini berakhir mereka sudah mendengar tentang peristiwa tadi. Apakah itu sudah cukup? Terserah kau tentang imbalanku; kau boleh mengajakku sebagai pemandu jalan, atau tidak. Boleh kukatakan aku tahu semua negeri di antara Shire dan Pegunungan Berkabut, karena aku sudah mengembara di sana bertahun-tahun. Aku lebih tua daripada penampilanku. Siapa tahu aku akan berguna. Kau harus meninggalkan jalan terbuka setelah malam ini, karena para Penunggang itu akan mengawasinya siang-malam. Mungkin kau bisa melarikan diri dari Bree dan akan dibiarkan melangkah maju sementara Matahari bersinar; tapi kau tidak akan pergi jauh. Mereka akan menyergapmu di belantara, di suatu tempat gelap di mana tidak ada pertolongan. Apakah kau ingin mereka menemukanmu? Mereka sangat mengerikan!"
            Para hobbit memandangnya, dan kaget melihat wajahnya menyeringai bagai kesakitan, tangannya mencengkeram kedua lengan kursinya. Ruangan itu sepi dan sangat hening, cahaya seolah semakin suram. Untuk beberapa saat Strider duduk dengan tatapan kosong, seolah sedang mengembara jauh dalam ingatannya, atau mendengarkan bunyi-bunyi Malam di kejauhan.
            "Nah!" serunya setelah beberapa saat, menyapukan tangan ke dahinya. "Barangkali aku tahu lebih banyak tentang pengejarmu daripada kalian. Kalian takut pada mereka, tapi belum cukup takut. Besok kalian harus lari, kalau bisa. Strider bisa membawa kalian melalui jalan-jalan yang jarang dilalui. Kau mau mengajakku?"
            Keheningan berat mencekam. Frodo tidak menjawab, benaknya bingung, penuh keraguan dan ketakutan. Sam mengerutkan dahi dan menatap majikannya, dan akhirnya mencetuskan,
            "Dengan seizin Anda, Mr. Frodo, aku akan bilang tidak! Strider ini, dia memperingatkan kita dan bilang supaya hati-hati; aku bilang ya untuk itu, dan kita mulai dengan dia. Dia datang dari daerah Belantara, dan aku belum pernah mendengar kebaikan apa pun tentang orang-orang macam dia. Dia memang tahu sesuatu, itu jelas, dan dia tahu lebih banyak daripada yang kuanggap aman; tapi itu bukan alasan untuk membiarkan dia memimpin kita keluar ke suatu tempat gelap di mana tidak ada pertolongan, seperti katanya."
            Pippin gelisah dan kelihatan tidak nyaman. Strider tidak menjawab Sam, tapi memalingkan matanya yang tajam ke arah Frodo. Frodo menangkap lirikannya dan membuang muka. "Tidak," katanya perlahan.
            "Aku tidak setuju. Kupikir, kupikir kau bukan seperti penampilanmu
            Kau mulai berbicara padaku seperti orang Bree, tapi suaramu berubah. Tapi Sam kelihatannya benar tentang ini: Aku tidak mengerti, mengapa kau menyuruh kami hati-hati, tapi juga meminta kami menerimamu atas dasar kepercayaan belaka. Kenapa harus menyamar? Siapa kau? Apa yang sebenarnya kauketahui tentang... urusanku, dan bagaimana kau tahu itu?"
            "Pelajaran tentang kewaspadaan sudah kalian pelajari dengan baik," kata Strider dengan senyuman muram. "Tapi kewaspadaan dan keraguan adalah dua hal berbeda. Kalian tidak akan pernah sampai ke Rivendell sendirian, dan mempercayaiku adalah kesempatan kalian satu-satunya. Kalian harus memutuskan. Aku akan menjawab beberapa pertanyaan kalian, kalau itu membantu untuk mengambil keputusan. Tapi mengapa harus mempercayai ceritaku, kalau kalian toh tidak mempercayaiku? Bagaimanapun, beginilah ceritanya..."

Saat itu terdengar ketukan di pintu. Mr. Butterbur datang membawa lilin-lilin, dan di belakangnya ada Nob dengan kaleng-kaleng penuh air panas. Strider mundur ke pojok gelap.
            "Aku datang untuk mengucapkan selamat malam," kata pemilik penginapan itu, sambil meletakkan lilin-lilin di meja. "Nob! Bawa airnya ke kamar-kamar!" ia masuk dan menutup pintu.
            "Begini," Butterbur memulai, sambil ragu dan kelihatan khawatir. "Kalau aku melakukan sesuatu yang merugikan, aku menyesal sekali. Tapi satu hal mendorong yang lainnya, seperti kalian tahu; dan aku orang sibuk. Berbagai urusan dalam minggu ini telah membuatku jadi pelupa, seperti kata pepatah; tapi mudah-mudahan tidak terlambat. Begini, aku diminta menunggu hobbit-hobbit dari Shire, dan terutama satu yang bernama Baggins."
            "Lalu apa hubungannya dengan aku?" tanya Frodo.
            "Ah! Kau pasti: tahu," kata pemilik penginapan dengan penuh arti. "Aku tidak akan membuka rahasiamu, tapi aku diberitahu bahwa Baggins ini akan memakai nama Underhill, dan aku diberikan uraian yang cocok betul denganmu, kalau boleh kukatakan."
            "Oh, ya? Kalau begitu, ayo katakan!" kata Frodo, menyela dengan kurang bijak.
            "Seorang pria gagah kecil dengan pipi merah, " kata Mr. Butterbur dengan khidmat. Pippin tertawa kecil, tapi Sam kelihatan marah. "Itu tidak banyak membantu; kebanyakan hobbit tampangnya seperti itu, Barley, dia berkata padaku," lanjut Mr. Butterbur sambil melirik pippin. "Tapi yang ini lebih tinggi dari kebanyakan, dan lebih bagus dari kebanyakan, dan dia mempunyai belahan pada dagunya; laki-laki keren dengan mata tajam. Maaf, tapi dia yang mengatakan itu, bukan aku."
            "Dia yang mengatakannya? Dan siapa dia itu?" tanya Frodo bersemangat.
            "Ah! Gandalf, kalau kau tahu maksudku. Kata orang, dia tukang sihir, tapi bagaimanapun dia teman baikku. Sekarang aku tidak tahu apa yang akan dikatakannya padaku, kalau aku bertemu lagi dengannya: entah dia akan membuat seluruh bir di sini menjadi masam, atau mengubahku menjadi sebatang kayu, aku tidak akan heran. Dia agak tergesa-gesa. Namun apa yang sudah terjadi tak bisa dibatalkan."
            "Well, apa yang sudah kaulakukan?" kata Frodo, mulai tak sabar dengan penuturan Butterbur yang lamban dan bertele-tele.
            "Sampai di mana aku?" tanya pemilik penginapan itu sambil menjentikkan jarinya. "Oh, ya! Gandalf. Tiga bulan yang lalu, dia masuk langsung ke kamarku tanpa mengetuk pintu. Barley, katanya, aku akan pergi besok pagi. Kau mau melakukan sesuatu untukku? Katakan saja, kataku. Aku terburu-buru, katanya, dan aku sendiri tidak punya waktu, tapi aku ingin pesanku dibawa ke Shire. Apa kau punya orang untuk mengirimkannya, dan yang bisa dipercaya untuk pergi? Aku bisa mencarikan seseorang, kataku, besok, mungkin, atau lusa. Besok saja, katanya, lalu dia memberikan sepucuk surat padaku.
            "Ada alamatnya yang jelas," kata Mr. Butterbur, mengeluarkan sepucuk surat dari sakunya, lalu membacakan alamatnya dengan perlahan dan bangga (ia sangat menghargai reputasinya sebagai orang terpelajar),
            Mr FRODO BAGGINS, BAG END, HOBBITON di SHIRE.
            "Surat untukku dari Gandalf!" seru Frodo.
            "Ah!" kata Mr. Butterbur. "Kalau begitu, namamu yang sebenarnya memang Baggins?"
            "Memang," kata Frodo, "dan sebaiknya kau segera memberikan surat itu padaku, dan menjelaskan kenapa kau tidak pernah mengirimkannya. Kurasa itulah yang tadi hendak kauceritakan padaku, meski kau menghabiskan waktu lama sekali untuk sampai pada masalah sebenarnya."
            Mr. Butterbur tampak gelisah. "Kau benar, Master," katanya, "dan aku minta maaf. Aku benar-benar takut akan apa yang dikatakan Gandalf, kalau kelalaianku ternyata mencelakakan. Tapi aku tidak menyimpannya dengan sengaja. Aku mengamankannya. Aku tak bisa menemukan orang yang mau pergi ke Shire keesokannya, atau hari berikutnya, dan anak buahku sendiri tak bisa kubiarkan pergi; lalu satu dan lain hal mengusir surat itu dari benakku. Aku orang sibuk Aku akan berusaha melakukan apa pun untuk membetulkannya, dan kalau aku bisa menolong, sebutkan saja.
            "Terlepas dari surat itu, aku sudah berjanji pada Gandalf. Barley, katanya padaku, sahabatku ini dari Shire, dia mungkin akan datang ke sini tak lama lagi, dia dan yang lainnya. Dia akan menyebut dirinya Underhill. Ingat itu! Tapi kau tidak perlu menanyakan apa-apa. Kalau aku tidak bersamanya, mungkin dia bakal mendapat kesulitan, dan butuh pertolongan. Lakukan apa yang bisa kaulakukan untuknya, dan aku akan bersyukur, katanya. Sekarang di sinilah kau, dan kesulitan tampaknya tidak jauh darimu."
            "Apa maksudmu?" tanya Frodo.
            "Orang-orang hitam ini," kata si pemilik penginapan, merendahkan suaranya. "Mereka mencari Baggins, dan kalau mereka bermaksud baik, maka aku mungkin bukan manusia, tapi hobbit. Waktu itu hari Senin, semua anjing melolong dan angsa-angsa meleter. Ajaib, kataku. Nob, dia datang memberitahuku bahwa ada dua orang hitam di depan pintu, menanyakan seorang hobbit bernama Baggins. Rambut Nob semuanya berdiri. Aku menyuruh kedua orang hitam itu pergi, dan membanting pintu di depan mereka; tapi mereka sudah menanyakan hal yang sama sepanjang jalan sampai ke Archet, kudengar. Dan si Strider itu, dia juga bertanya-tanya. Berusaha masuk ke sini menemuimu, sebelum kau makan."
            "Memang!" kata Strider tiba-tiba, maju ke dalam cahaya. "Dan banyak kesulitan bisa dihindari, seandainya kau membiarkannya masuk, Barliman."
            Pemilik penginapan itu melompat kaget. "Kau!" teriaknya. "Kau selalu muncul. Apa yang kauinginkan sekarang?"
            "Dia di sini dengan seizinku," kata Frodo. "Dia datang untuk menawarkan bantuannya."
            "Well, mungkin kau tahu urusanmu sendiri," kata Mr. Butterbur, sambil memandang Strider dengan curiga. "Tapi kalau aku jadi kau, aku tidak akan menerima bantuan seorang Penjaga Hutan."
            "Kalau begitu, siapa yang akan kauterima?" tanya Strider. "Seorang pemilik penginapan gendut yang hanya ingat namanya sendiri karena orang-orang meneriakkannya sepanjang hari? Mereka tak bisa selamanya tinggal di sini, dan mereka juga tak bisa pulang. Perjalanan mereka masih panjang. Apa kau mau pergi bersama mereka, mengusir orang-orang hitam itu?”
            "Aku? Meninggalkan Bree? Aku tak mau melakukan itu, biarpun dibayar," kata Mr. Butterbur, kelihatan takut sekali. "Tapi kenapa kau tidak bisa tetap di sini dengan tenang_ untuk sementara, Mr. Underhill? Apa maksudnya semua kejadian aneh ini? Apa yang dikejar orang-orang hitam ini, dan dari mana mereka, aku ingin tahu."
            "Maaf, aku tak bisa menjelaskan semuanya," jawab Frodo. "Aku lelah dan sangat cemas, dan ceritanya panjang. Tapi kalau kau bermaksud membantu, aku perlu memperingatkanmu bahwa kau dalam bahaya selama aku di rumahmu. Para Penunggang Hitam ini: aku tidak yakin, tapi kukira, aku khawatir mereka datang dari..."
            "Mereka datang dari Mordor," kata Strider dengan suara rendah. "Dari Mordor, Barliman, kalau kau tahu apa artinya itu."
            "Astaga!" teriak Mr. Butterbur dengan wajah pucat; nama itu tampaknya ia kenal. "Itu berita terburuk yang sampai ke Bree pada masa ini.”
            "Memang," kata Frodo. "Kau masih mau membantuku?"
            "Aku mau," kata Mr. Butterbur. "Lebih ingin dari semula. Meski aku tidak tahu, apa yang bisa dilakukan orang seperti aku untuk melawan, melawan...," ia berkata gugup.
            "Melawan Bayangan di Timur," kata Strider tenang. "Tidak banyak, Barliman, tapi sedikit bantuan pun akan membantu. Kau bisa membiarkan Mr. Underhill tinggal di sini malam ini, sebagai Mr. Underhill, dan kau bisa melupakan nama Baggins, sampai dia sudah jauh dari sini."
            "Akan kulakukan," kata Butterbur. "Tapi tanpa bantuanku pun mereka akan tahu bahwa dia ada di sini, itu yang kukhawatirkan. Sayang sekali Mr. Baggins menarik perhatian orang-orang pada dirinya sendiri tadi sore. Kisah Mr. Bilbo pergi sudah pernah didengar di Bree. Bahkan Nob yang lamban itu pun sudah bisa menduga-duga; dan ada orang-orang lain di Bree yang lebih cepat mengerti daripada dia."
            "Yah, kita hanya bisa berharap para Penunggang Hitam belum kembali," kata Frodo.
            "Kuharap tidak," kata Butterbur. "Tapi hantu atau bukan hantu, mereka tidak akan mudah masuk ke penginapan ini. Jangan khawatir sampai pagi. Nob tidak akan mengatakan apa pun. Tidak akan ada orang hitam masuk pintuku, sementara aku masih berdiri. Aku dan anak buahku akan berjaga malam ini; tapi sebaiknya kalian tidur sebisa mungkin."
            "Bagaimanapun, kami harus dibangunkan saat fajar," kata Frodo. "Kami harus berangkat sepagi mungkin. Sarapan jam enam tiga puluh, kalau bisa."
            "Baik! Aku akan mengurusnya," kata si pemilik penginapan. "Selamat malam, Mr. Baggins—Underhill, mestinya! Selamat malam—nah! Ke mana Mr. Brandybuck?"
            "Aku tidak tahu," kata Frodo, tiba-tiba cemas sekali. Mereka lupa tentang Merry, dan malam sudah larut. "Aku khawatir dia sedang ke luar. Dia bilang ingin keluar untuk menghirup hawa segar."
            "Well, kalian memang perlu dijaga dan jangan salah: anggap saja rombongan kalian ini sedang berlibur!" kata Butterbur. "Aku harus pergi dan secepatnya menutup pintu-pintu, tapi aku akan memastikan temanmu dibiarkan masuk bila dia datang. Sebaiknya kusuruh Nob mencarinya, Selamat malam semuanya!" Akhirnya Mr. Butterbur pergi, dengan lirikan ragu ke arah Strider dan gelengan kepala. Bunyi langkah kakinya . menghilang melewati selasar.

"Nah," kata Strider. "Kapan kau akan membuka surat itu?" Frodo mengamati segelnya dengan cermat, sebelum membukanya. Tampaknyal memang dari Gandalf. Di dalamnya ada pesan berikut, tertulis dalam tulisan tangan tukang sihir yang tegas tapi luwes:
           
            KUDA MENARI, BREE. Hari Pertengahan Tahun, Tahun Shire, 1418.
           
Frodo yang baik,
            Berita buruk sampai kepadaku. Aku harus segera pergi. Sebaiknya kau segera meninggalkan Bag End dan keluar dari Shire, paling lambat sebelum akhir Juli. Aku akan kembali sesegera mungkin, dan aku akan menyusulmu kalau ternyata kau sudah pergi. Tinggalkan pesan untukku di sini, kalau kau melewati Bree. Kau bisa mempercayai pemilik penginapan ini (Butterbur). Kau mungkin akan bertemu seorang sahabatku di Jalan Timur: seorang Manusia, kurus, gelap, jangkung, oleh beberapa orang dipanggil Strider Dia tahu urusan kita dan akan membantumu. Pergilah ke Rivendell. Di sana kuharap kita akan bertemu lagi. Kalau aku tidak datang, Elrond akan memberitahumu.

Sahabatmu yang terburu-buru,
GANDALF.

            PS. JANGAN gunakan ITU lagi, walau dengan alasan apa pun! Jangan berjalan di malam hari!

            PPS. Pastikan dia benar-benar Strider yang asli. Banyak orang asing di jalan. Nama aslinya Aragorn.

Emas belum tentu gemerlap,
Tak semua pengembara tersesat;
Yang tua tapi kokoh akan bertahan tetap,
Akar yang tertanam dalam akan bertahan kuat.
Dari abu akan menyala api,
Dari bayangan akan muncul cahaya;
Mata pisau yang patah akan diperbaharui,
Yang tidak bermahkota 'kan kembali menjadi raja.

PPPS. Kuharap Butterbur segera mengirimkan ini. Dia orang baik, tapi ingatannya seperti gudang sesak: barang yang dibutuhkan selalu terkubur. Kalau dia lupa, akan kupanggang dia.
Selamat jalan!

            Frodo membaca surat itu, lalu menyerahkannya pada Pippin dan Sam. "Butterbur tua benar-benar mengacaukan keadaan!" katanya. "Dia pantas dipanggang. Kalau aku segera menerima surat ini, kita semua mungkin sudah aman di Rivendell sekarang. Tapi apa yang terjadi pada Gandalf? Dia menulis seolah dia dalam bahaya besar."
            "Dia sudah melakukan itu bertahun-tahun," kata Strider.
            Frodo menoleh dan memandang Strider sambil merenung, bertanya-tanya tentang catatan tambahan kedua dalam surat Gandalf. "Kenapa kau tidak segera mengatakan kau sahabat Gandalf?" tanyanya. "Itu akan menghemat waktu."
            "O ya? Apakah di antara kalian ada yang percaya padaku sebelumnya?" kata Strider. "Aku tidak tahu apa pun tentang surat ini. Aku hanya tahu aku perlu membujukmu untuk mempercayaiku, tanpa bukti-bukti, kalau aku harus menolongmu. Bagaimanapun, aku memang tidak berniat langsung menceritakan semua tentang diriku. Aku harus mempelajarimu dulu, dan harus merasa yakin tentang kalian. Musuh sudah pernah memasang perangkap untukku. Kalau sudah yakin, aku siap menceritakan apa saja yang kautanyakan. Tapi perlu kuakui," tambahnya dengan tawa ganjil, "bahwa aku berharap kau akan menerimaku apa adanya. Orang yang dikejar-kejar kadang-kadang jemu dengan kecurigaan dan mendambakan persahabatan. Tapi... yah, penampilanku memang merugikan aku."
            "Memang—setidaknya pada pandangan pertama," tawa Pippin yang sekarang merasa lega, setelah membaca surat Gandalf. "Penampilan memang bisa menipu, seperti kata orang-orang di Shire; dan aku yakin kami juga akan kelihatan sepertimu kalau berhari-hari berbaring di selokan dan parit."
            "Makan waktu lebih dari beberapa hari, atau minggu, atau tahun, mengembara di wilayah Belantara untuk membuatmu tampak seperti Strider," jawabnya. "Dan kau akan mati duluan, kecuali kau lebih kuat daripada kelihatannya:"
            Pippin mengalah; tapi Sam masih penasaran, dan masih memandang Strider dengan curiga. "Bagaimana kami tahu kau adalah Strider yang dibicarakan Gandalf?" tuntutnya. "Kau sama sekali tidak menyebut-nyebut Gandalf, sampai suratnya muncul. Kau bisa saja mata-mata yang menyamar, mencoba agar kami mau ikut denganmu. Sekarang, apa katamu?"
            "Kataku, kau orang yang berani," jawab Strider, "tapi satu-satunya jawaban yang bisa kuberikan padamu, Sam Gamgee, hanya ini. Kalau aku sudah membunuh Strider yang asli, aku juga bisa membunuhmu. Dan aku pasti sudah akan membunuhmu tanpa banyak bicara. Kalau aku mengejar Cincin itu, aku bisa mendapatkannya—SEKARANG!"
            Ia berdiri, dan mendadak sosoknya seolah semakin tinggi. Matanya menyorotkan cahaya tajam berwibawa. Ia menyingkap mantelnya ke belakang, dan meletakkan tangannya pada pangkal pedang yang tersembunyi menggantung di sisinya. Mereka tidak berani bergerak. Sam duduk melongo sambil memandangnya dengan dungu.
            "Tapi aku memang Strider yang asli, untunglah," katanya sambil memandang mereka, wajahnya melembut oleh senyuman tiba-tiba. "Aku Aragorn, putra Arathorn; dan kalau dengan hidup atau mati aku bisa menyelamatkan kalian, aku akan melakukannya."

Hening... lama sekali. Akhirnya Frodo berbicara dengan ragu-ragu. "Aku sudah percaya kau seorang sahabat, bahkan sebelum surat itu datang," katanya, "atau setidaknya begitulah harapanku. Kau menakuti aku beberapa kali malam ini, tapi tak pernah seperti yang bakal dilakukan para anak buah Musuh, atau begitulah dalam bayanganku. Kukira mata-mata Musuh akan... yah, kelihatan lebih bagus dari luar, tapi terasa lebih busuk di dalamnya, kalau kau paham maksudku."
            "Aku paham," tawa Strider. "Aku tampak buruk dari luar, tapi terasa bagus di dalamnya. Begitukah? Emas belum tentu gemerlap, tak semua pengembara tersesat."
            “Jadi, sajak itu menggambarkan dirimu rupanya?” tanya Frodo
            "Aku tadi tidak mengerti maksudnya. Tapi bagaimana kau tahu sajak itu ada di dalam surat Gandalf, kalau kau belum pernah melihatnya?"
            "Aku tidak tahu," jawabnya. "Tetapi aku Aragorn, dan sajak itu mendampingi namaku." Ia menarik pedangnya, dan mereka melihat memang pedang itu pecah satu kaki di bawah pangkalnya. "Tidak banyak berguna, bukan, Sam?" kata Strider. "Tapi sebentar lagi pedang ini akan ditempa kembali."
            Sam membisu.
            "Nah," kata Strider, "dengan seizin Sam, kita anggap urusan ini selesai. Strider akan menjadi pemandu kalian. Kita akan menghadapi perjalanan berat besok. Meski kita berhasil meninggalkan Bree tanpa halangan, sekarang kita tak bisa berharap pergi tanpa diketahui. Tapi aku akan berusaha sesegera mungkin menghilangkan jejak. Aku tahu satu-dua jalan keluar dari Bree-land, selain jalan utama. Begitu kita bisa melepaskan diri dari pengejaran, aku akan pergi ke Weathertop."
            "Weathertop?" kata Sam. "Apa itu?"
            "Sebuah bukit di sebelah utara Jalan Timur, sekitar separuh perjalanan dari sini ke Rivendell. Dan sana pemandangannya luas ke sekitar; di sana kita bisa melihat sekeliling kita. Gandalf akan pergi ke tempat itu kalau dia menyusul kita. Setelah Weathertop, perjalanan akan semakin sulit, dan kita harus memilih antara beberapa macam bahaya."
            "Kapan terakhir kau bertemu Gandalf?" tanya Frodo. "Apa kau tahu di mana dia, atau apa yang dilakukannya?"
            Strider tampak muram. "Aku tidak tahu," katanya. "Aku pergi ke barat dengannya musim semi lalu. Aku sering menjaga perbatasan Shire beberapa tahun belakangan ini, saat Gandalf sibuk di tempat lain. Dia jarang membiarkannya tidak terjaga. Kami terakhir bertemu pada hari pertama bulan Mei: di Sam Ford, dekat Brandywine. Dia menceritakan padaku bahwa urusannya denganmu berjalan baik, dan bahwa kau akan berangkat ke Rivendell pada minggu terakhir September. Karena aku tahu dia mendampingimu, aku pergi untuk urusanku sendiri. Dan ternyata itu berakibat buruk; Gandalf rupanya mendapat suatu berita, dan aku tidak ada di sana untuk membantunya.
            "Aku merasa cemas, untuk pertama kali sejak aku kenal dengannya. Seharusnya kita sudah menerima kabar, meski dia sendiri tak bisa datang. Ketika aku kembali, beberapa hari yang lalu, aku mendengar kabar buruk itu. Sudah tersiar luas bahwa Gandalf hilang, dan para Penunggang kuda sudah berkeliaran. Bangsa Peri dari Gildor yang menceritakan ini padaku; kemudian mereka menceritakan bahwa kau sudah meninggalkan rumahmu; tapi tak ada berita tentang kepergianmu dari Buckland. Aku sudah mengawasi Jalan Timur dengan cemas."
            "Menurutmu, apakah para Penunggang Hitam itu ada hubungannya dengan ini—dengan hilangnya Gandalf, maksudku?" tanya Frodo.
            "Menurutku tidak ada hal lain yang bisa menghambat dia, kecuali Musuh sendiri," kata Strider. "Tapi jangan putus harapan! Gandalf lebih hebat daripada yang kalian kira-biasanya kalian hanya melihat kelakar dan permainannya. Tapi urusan kita ini akan menjadi tugasnya yang paling besar."
            Pippin menguap. "Maaf," katanya, "tapi aku lelah sekali. Meski banyak bahaya dan kekhawatiran, aku harus tidur, kalau tidak aku akan tertidur sambil duduk di sini. Ke mana kawan sinting kita, Merry? Benar-benar keterlaluan kalau kita masih harus keluar dalam gelap untuk mencarinya."

Saat itu mereka mendengar bunyi pintu dibanting, lalu langkah kaki berlari melewati selasar. Merry masuk secepat kilat, diikuti Nob. Ia menutup pintu tergesa-gesa, dan bersandar di sana. Napasnya terengah-engah. Sejenak mereka memandangnya dengan kaget, lalu ia berkata terengah-engah, "Aku melihat mereka, Frodo! Aku melihat mereka! Para Penunggang Hitam!"
            "Para Penunggang Hitam!" seru Frodo. "Di mana?"
            "Di sini. Di desa. Aku tidak ke mana-mana selama satu jam. Lalu, karena kalian tidak kembali, aku keluar untuk berjalan-jalan. Sepulangnya berjalan-jalan, aku berdiri di luar cahaya lampu, sambil memandang bintang-bintang. Mendadak aku menggigil, dan merasa sesuatu yang menyeramkan merangkak mendekatiku: ada semacam bayangan yang lebih gelap di antara bayang-bayang di seberang jalan persis di luar batas cahaya lampu. Penunggang itu segera menyelinap kembali ke dalam gelap, tanpa suara. Tidak ada kuda."
            "Ke mana dia pergi?" tanya-Strider dengan tiba-tiba dan tajam.
            Merry kaget, baru menyadari kehadiran orang asing itu. "Lanjutkan!" kata Frodo. "Ini teman Gandalf. Aku akan menjelaskan nanti."
            "Tampaknya dia pergi ke Jalan Timur, ke arah timur," lanjut Merry. "Aku berusaha mengikutinya. Tapi dia langsung lenyap; aku membelok di tikungan, dan berjalan sampai sejauh rumah terakhir di Jalan Timur."
            Strider menatap Merry keheranan. "Kau sangat berani," katanya, "tapi itu bodoh sekali."
            "Aku tidak tahu," kata Merry. "Bukan berani maupun bodoh, kukira. Aku tak bisa menahan diri. Aku seolah ditarik. Pokoknya, aku pergi, dan tiba-tiba aku mendengar suara-suara dekat pagar. Satu menggerutu, satunya lagi berbisik atau mendesis. Aku tak bisa mendengar satu kata pun yang diucapkan. Aku tidak merangkak lebih dekat, karena seluruh tubuhku mulai gemetaran. Lalu aku merasa ngeri, dan berbalik, dan baru saja akan lari pulang, ketika sesuatu datang dari belakang dan aku... aku terjatuh."
            "Aku menemukannya, Sir," tambah Nob. "Mr. Butterbur menyuruhku pergi sambil membawa lentera. Aku pergi ke Gerbang, Barat, lalu kembali ke arah Gerbang Selatan. Persis dekat rumah Bill Ferny, rasanya aku melihat sesuatu di Jalan Timur. Aku tak bisa memastikannya, tapi kelihatannya ada dua laki-laki sedang membungkuk di atas sesuatu, dan mengangkatnya. Aku berteriak, tapi ketika aku sampai di tempat itu, mereka sudah tak terlihat, dan hanya ada Mr. Brandybuck tengkurap di pinggir jalan. Dia seperti sedang tidur. 'Aku mengira aku jatuh ke dalam air dalam,' katanya padaku, ketika aku menggoyang-goyangkannya. Sikapnya aneh sekali, dan begitu aku membangunkannya, dia bangkit dan lari kembali ke sini seperti kelinci."
            "Itu benar," kata Merry, "meski aku tidak tahu apa yang kukatakan tadi. Aku bermimpi jelek sekali, dan tak bisa kuingat lagi. Aku hancur berantakan. Aku tidak tahu apa yang terjadi denganku."
            "Aku tahu," kata Strider. "Napas Hitam. Para Penunggang itu pasti meninggalkan kuda mereka di luar, dan masuk diam-diam melalui Gerbang Selatan. Mereka semua sekarang sudah tahu beritanya, karena mereka mengunjungi Bill Ferny; dan mungkin pendatang dari Selatan itu juga mata-mata. Mungkin akan terjadi sesuatu malam ini, sebelum kita meninggalkan Bree."
            "Apa yang akan terjadi?" kata Merry. "Apa mereka akan menyerang penginapan ini?"
            "Tidak, kurasa tidak," kata Strider. "Mereka belum semuanya terkumpul di sini. Dan bagaimanapun, itu bukan cara mereka. Dalam kegelapan dan kesepian, mereka paling kuat; mereka tidak akan secara terbuka menyerang rumah di mana ada lampu dan banyak orang—kecuali mereka sudah nekat, dan mereka juga tidak akan menyerang selama jarak bermil-mil ke Eriador masih terbentang di depan kita. Tapi mereka bisa menebar teror, dan beberapa orang di Bree sudah berada dalam cengkeraman mereka. Mereka akan mendorong orang-orang malang itu untuk melakukan kejahatan: Ferny, dan beberapa orang asing, dan mungkin penjaga gerbang juga. Mereka berbicara dengan Harry di Gerbang Barat kemarin. Aku memperhatikan mereka. Harry pucat pasi dan gemetaran setelah mereka pergi."
            "Rupanya banyak musuh di sekitar kita," kata Frodo. "Apa yang harus kita lakukan?"
            "Tetaplah di sini, dan jangan masuk ke kamar-kamar kalian' Mereka pasti sudah tahu yang mana kamar kalian. Kamar-kamar hobbit mempunyai jendela menghadap ke utara, dan dekat ke tanah. Kita semua akan berkumpul bersama, memalangi pintu dan jendela. Tapi Nob dan aku akan mengambil barang-barang kalian dulu."
            Sementara Strider pergi, Frodo menceritakan dengan cepat pada Merry semua yang sudah terjadi setelah makan malam. Merry masih membaca dan merenungi surat Gandalf ketika Strider dan Nob kembali.
            "Nah, Tuan-Tuan," kata Nob, "aku sudah memberantakkan seprai-seprai dan memasang guling di tengah setiap tempat tidur. Dan aku membuat tiruan bagus kepala Anda dengan keset wol cokelat, Mr. Bag... Underhill, Sir," tambahnya sambil nyengir.
            Pippin tertawa. "Bagus sekali!" katanya. "Tapi apa yang akan terjadi kalau mereka sudah membuka kedok penyamaran itu?"
            "Kita lihat saja nanti," kata Strider. "Moga-moga saja kita bisa mempertahankan kubu ini sampai besok pagi."
            "Selamat malam semuanya," kata Nob, lalu pergi untuk turut berjaga mengawasi pintu-pintu.
            Mereka menumpuk ransel-ransel dan perlengkapan di lantai ruang duduk. Sebuah kursi diletakkan di belakang pintu, dan jendela ditutup. Ketika Pippin mengintip keluar, ia melihat malam masih sangat terang. Rasi bintang Beruang Besar masih mengayun cerah di atas pundak bukit Bree. Lalu Pippin menutup dan memalang kerai-kerai jendela sebelah dalam yang berat, dan menutup tirai-tirainya. Strider membesarkan api dan meniup mati semua lilin.
            Para hobbit berbaring di selimut mereka, dengan kaki menghadap perapian, tapi Strider duduk di kursi di belakang pintu. Mereka berbicara sebentar, karena Merry masih punya beberapa pertanyaan.
            "Sapi loncat lewat Bulan!" Merry terkikik sambil menggulung diri ke dalam selimut. "Konyol sekali kau, Frodo! Sayang aku tadi tidak ada di sana. Orang-orang Bree pasti akan membahas kekonyolanmu sampai seratus tahun dari sekarang."
            "Kuharap begitu," kata Strider. Lalu mereka semua terdiam, dan satu demi satu para hobbit tertidur.

0 komentar:

Kaskus Only
:ilovekaskus :iloveindonesia :kiss :maho
:najis :nosara :marah :berduka
:malu: :ngakak :repost: :repost2:
:sup2: :cendolbig :batabig :recsel
:takut :ngacir2: :shakehand2: :bingung
:cekpm :cd :hammer :peluk
:toast :hoax: :cystg :dp
:selamat :thumbup :2thumbup :angel
:matabelo :mewek: :request :babyboy:
:babyboy1: :babymaho :babyboy2: :babygirl
:sorry :kr: :travel :nohope
:kimpoi :ngacir: :ultah :salahkamar
:rate5 :cool :bola

by Pakto
:mewek2: :rate-5 :supermaho :4L4Y
:hoax2: :nyimak :hotrit :sungkem
:cektkp :hope :Pertamax :thxmomod
:laper :siul :2malu: :ngintip
:hny :cendolnya

by misterdarvus
:maintenis: :maintenis2: :soccer :devil
:kr2: :sunny

Posting Komentar